Jakarta –
Tanggal 1 Januari 2025 menjadi momen bersejarah dalam hidup Rukiah Khairani Sipahutar S Pd. Usai 17 tahun mengabdi sebagai guru honorer, ia berhasil lulus sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kinerja (PPPK) Kementerian Agama (Kemenag).
Rukiah panggilan akrabnya, tercatat sebagai guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Padang Lawas, Sumatra Utara. Ia mulai bekerja sebagai tenaga honorer pada 2008 dan hidup penuh tantangan,
Meski begitu, semangatnya tak pernah pudar. Terutama untuk mencerdaskan anak bangsa menjadi generasi yang cerdas dan berakhlak serta mengabdi pada dunia pendidikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Saya mulai bekerja sebagai tenaga honorer pada 2008, dengan harapan bisa memberikan kontribusi dalam mencetak generasi yang cerdas dan berakhlak,” kata Rukiah dikutip dari rilis di laman Kemenag, Minggu (12/1/2025).
“Meski penuh tantangan, saya merasa ini adalah jalan hidup yang harus saya jalani dengan penuh tanggung jawab,” imbuhnya lagi.
Beban Kerja Berat, Gaji Tak Menentu
Diketahui Rukiah merupakan guru mata pelajaran bahasa Inggris yang sangat dekat dengan para siswa. Setiap harinya, ia datang lebih awal dan pulang lebih lama dibanding guru lainnya.
Sebagai guru honorer tantangan terbesar yang dihadapi Rukiah berkaitan dengan pendapatan. Menurutnya, selama 17 tahun menjadi guru ia mendapat gaji yang tidak menentu dan ketiadaan jaminan pensiun.
Beban ini terus ditanggungnya selama bertahun-tahun. Kendati demikian, ia terus berusaha tidak mengeluh dan tetap berkomitmen memberikan pengajaran terbaik kepada siswa-siswinya di MAN 2 Padang Lawas.
“Terkadang, gaji yang diterima sangat kecil, bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, saya selalu berusaha untuk tidak mengeluh, karena bagi saya, setiap anak yang saya ajar adalah kebahagiaan tersendiri,” cerita Rukiah.
Tantangan lain yang dihadapi para tenaga honorer adalah sulitnya mendapat pengakuan. Untuk itu ia berharap suatu saat nanti, tenaga honorer bisa mendapat perhatian lebih baik tentang kesejahteraan ataupun status pekerjaan yang jelas.
“Saya hanya ingin ada kejelasan dan penghargaan terhadap kerja keras kami,” ungkapnya.
Akan Lanjut Studi S2
Kini perjuangan selama 17 tahun akhirnya terbayar dengan status PPPK yang telah ditangan. Dengan kesempatan ini, Rukiah mengaku akan mengabdi sebagai pegawai PPPK dan akan melakukan pengembangan diri.
Salah satu jalan yang akan ditempuhnya yakni melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Ia berharap dengan peningkatan kompetensinya bisa memberikan kontribusi yang lebih besar pada dunia pendidikan.
Rukiah juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan doa dan dukungan padanya. Baik itu orang tua, suami, keluarga, teman sejawat, hingga siswa-siswi tercintanya.
Ia berharap perjuangannya selama 17 tahun sebagai tenaga honorer bisa menginspirasi. Terutama bagi generasi penerus bangsa untuk selalu berjuang meskipun kondisi yang sulit.
“Mungkin pengakuan itu datang terlambat, tapi saya yakin setiap pengabdian akan selalu mendapat tempat di hati anak-anak didik saya,” tandas Rukiah.
(det/faz)