Jakarta –
Sebanyak 18 mahasiswa jadi guru bantu bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Australia. Ke-18 mahasiswa ini berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Atdikbud RI) di Canberra, Mukhamad Najib menjelaskan seluruh mahasiswa yang menjadi guru bantu ini hadir melalui program Praktik Keterampilan Mengajar (PKM) Internasional. PKM Internasional juga menjadi bagian tugas akhir di kampus masing-masing mahasiswa.
“Hal ini juga merupakan implementasi dari program mobilitas internasional mahasiswa yang dimiliki oleh universitas di Indonesia,” ucapnya dikutip dari rilis di laman resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbduristek) Kamis (25/7/2024).
Mahasiswa Disebar ke 4 Kota di Australia
Bukan pertama, Najib menjelaskan ini adalah tahun ketika program PKM Internasional dilaksanakan. Program ini merupakan hasil kerja sama antara Kantor Atdikbud RI di Canberra dengan universitas di Indonesia.
Tujuan utamanya adalah agar membantu siswa Australia belajar bahasa Indonesia dengan baik. Mengingat hingga saat ini banyak sekolah di Australia masih banyak kekurangan guru bahasa Indonesia.
Para mahasiswa ini nantinya akan dikirim ke empat kota di Australia, yakni Canberra, Melbourne, Adelaide, dan Scotthead. Mereka akan menjadi guru selama satu term kalender akademik di sekolah Australia atau 22 Juli-27 September 2024.
Selama bertugas, mahasiswa akan dibimbing oleh guru sekolah tujuan untuk menyusun rencana pembelajaran bersama. Mereka juga akan menjadi mitra guru dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan.
Tidak hanya itu, melalui program ini mahasiswa juga bisa belajar mengenai sistem pendidikan di Australia. Sehingga bisa menjadi manfaat baik bila nanti ingin diterapkan di Indonesia.
Para pengajar di berbagai sekolah tujuan program PKM Internasional sangat menyambut baik kehadiran mahasiswa sebagai guru bantu. Salah satunya yakni Margo Smith, guru bahasa Indonesia di St. Clare Assisi Primary School, Canberra.
Menurutnya kehadiran guru bantu sangat penting agar para siswa bisa berlatih percakapan secara langsung dengan penutur asli bahasa Indonesia. Selaras dengan Smith, Peter Monteath dari Adelaide juga berterima kasih dengan dukungan KBRI Canberra dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
“Dengan adanya guru bantu Bahasa Indonesia, semoga para siswa semakin termotivasi untuk belajar Bahasa Indonesia,” katanya.
Akan melalui sekitar 2 bulan menjadi guru, Najib berharap mahasiswa juga bisa bertindak sebagai duta budaya. Karena hal ini akan berdampak positif pada penguatan hubungan Indonesia-Australia di masa depan.
“Semoga para guru tersebut juga dapat mengenalkan dan mengajarkan budaya Indonesia kepada para siswa di sekolah, sehingga para siswa semakin mengenal dan cinta pada Indonesia. Hal ini tentu akan berdampak positif pada penguatan hubungan Indonesia-Australia pada masa depan,” tutupnya.
(det/det)