Jakarta –
Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menciptakan inovasi sandal terapi pintar yang bisa membantu pemulihan pasien patah tulang. Inovasi ini dikembangkan melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC) oleh Maya Aida dari prodi Manajemen Informasi Kesehatan Sekolah Vokasi angkatan 2022 dan kawan-kawannya, Aditya Kyran Santoso (Elektronika dan Instrumentasi FMIPA 2022), Nathasya Angelliya (Ilmu Keperawatan, FKKMK 2022), Ignatius Gerald Handono (Elektronika dan Instrumentasi FMIPA 2022), dan Bitta Nathaniela Purwoko (Manajemen Informasi Kesehatan Sekolah Vokasi 2023).
Bukan inovasi biasa, sandal ini berbasis Load Cell-Accelerometer untuk membantu pasien patah tulang melakukan latihan weight bearing (penumpuan beban) dan range of motion (langkah) dengan lebih tepat selama proses pemulihan. Karena dua latihan ini kerap sulit dialami pasien patah tulang.
Maya Aida, selaku ketua tim bercerita hadirnya Sandal Berbasis Load Cell-Accelerometer berawal dari kejadian nyata. Seorang pasien patah tulang (fraktur) ekstremitas bawah di RSUP Sardjito Yogyakarta sempat berbagai keluh kesahnya.
Terkait kesulitan monitoring ketercapaian latihan beban atau weight bearing (WB) ketika mengalami pemulihan. Tidak hanya pasien ternyata dokter ortopedi juga mengalami kesulitan serupa.
“Kami kemudian lantas mengangkat permasalahan ini dalam penelitian sebagai bagian dari program kreativitas,” kata sosok yang akrab dipanggil Maya dikutip dari laman UGM, Jumat (27/9/2024).
Cara Kerja Sandal Terapi Pintar
Alasan mengapa sandal terapi ini disebut pintar karena sensor load cell dan accelerometer yang ada dapat mengukur dan memberikan umpan baik secara langsung kepada pengguna lantaran terintegrasi dengan smartphone.
Selama penggunaan, pasien akan mendapat informasi terkait distribusi beban yang baik sesuai saran persentase dari dokter ortopedi serta langkah kaki yang benar. Sehingga pasien dan dokter ortopedi memiliki pencatatan dan monitoring latihan beban yang baik.
“Sandal terapi ini dapat memudahkan dokter ortopedi dan pasien dalam memantau ketercapaian latihan beban yang telah dilakukan, yang secara umum dimulai minggu ke-4 pasca operasi patah tulang ekstremitas bawah sampai waktu-waktu berikutnya secara bertahap pasien dapat berjalan tanpa menggunakan alat bantu,” tambah Maya.
Tengah Diajukan Hak Paten
Natashya Angelliya salah satu anggota kelompok menambahkan sandal untuk pasien fraktur kaki ini mendukung meningkatkan derajat kesehatan pasien. Penggunaan teknologi sensor load cell dan accelerometer juga dapat membuka peluang untuk pemanfaatan lebih lanjut dalam pengembangan IPTEK di bidang kesehatan masa depan.
Untuk itu agar melindungi karya dan mendorong penggunaan lebih luas penggunaan sandal terapi ini di dunia medis, pihaknya tengah mengajukan hak paten. Melengkapi Natashya, Ignatius Gerald Handono bersyukur bila inovasi ini hadir dengan bantuan banyak pihak.
Baik dari kerjasama dan dedikasi tim PKM-KC UGM serta mendapat bimbingan langsung dari doktor ortopedi. Yakni dr Dananjaya Putramega, Sp OT (K) yang sangat membantu dalam memastikan desain dan fungsi sandal ini sesuai kebutuhan pasien.
Ia berharap sandal terapi ini dapat bermanfaat bagi pasien. Terutama sebagai alat bantu yang bisa diandalkan pasien dalam menjalani terapi pasca fraktur ekstremitas bawah.
“Sehingga pemulihan berlangsung dengan baik sehingga pasien dapat kembali beraktivitas normal dengan lebih cepat dan aman,” tutup Gerald.
(det/nwk)