Jakarta –
Kasus perundungan atau bullying saat ini masih menjadi isu yang tengah diberantas oleh banyak pihak. Pasalnya, sepanjang tahun 2023 terdapat 30 kasus kekerasan anak di sekolah.
Seperti dilaporkan oleh Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), angka tersebut meningkat di mana pada tahun 2022 ada 21 kasus. Data tersebut belum mencakup sepenuhnya, mengingat kemungkinan masih ada kasus yang tidak dilaporkan.
Menurut Amurwani Dwi Lestariningsih, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kementerian PPPA, tindak pencegahan kekerasan bisa dimulai dari lingkungan terdekat anak yakni orang tua.
“Beberapa waktu yang lalu, data menyebutkan banyak anak usia sekolah yang terlibat judi online juga banyak kekerasan yang terjadi pada anak-anak. Karena mereka meniru game yang diakses dari internet,” tuturnya dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) ‘Gerak Bersama Wujudkan Sekolah Sehat dan Merdeka dari Kekerasan’, Kamis (25/7/2024).
Tips Parenting agar Anak Terhindar dari Bullying
1. Pilih Pola Asuh yang Cerdas
Menurut Amurwani, hal yang harus dipahami oleh para orang tua adalah mereka wajib siap memberikan pola asuh sebaik mungkin bagi anak. Setiap orang tua memiliki pola asuh berbeda, tetapi intinya sama untuk membuat anak aman dan nyaman.
Ia mengingatkan untuk tidak melampiaskan emosi anak ke hal lain misalnya gadget. Setiap kali anak tantrum, orang tua harusnya dapat memikirkan cara terbaik untuk menghentikannya.
“Supaya anak diam, diberi gadget. Akhirnya anak jadi tergantung dengan gadget itu sendiri. Oleh karena itu, pola pengasuhan yang cerdas itu menjadi penting dalam pengelolaan,” tuturnya.
2. Berkomunikasi dengan Guru
Dikarenakan bullying besar kemungkinan terjadi di sekolah, Amurwani menyarankan kepada orang tua untuk melakukan komunikasi dengan guru. Hal ini penting, apalagi jika anak menunjukkan gelagat yang tak biasa.
“Penting juga di satuan pendidikan itu untuk melakukan pengawasan. Kita harus tahu kondisi kejiwaan anak. Siswa, guru, dan orang tua perlu berkomunikasi,” tuturnya.
3. Memberi Rasa Percaya
Kemudian, dalam webinar yang sama hadir pula Fasilitator Ibu Penggerak Sidina Community, Adhya Larasati. Ia menambahkan pola parenting lain yang harus dilakukan adalah memberikan rasa percaya kepada anak.
“Orang tua memiliki andil dalam memberikan rasa kepercayaan. Anak-anak perlu percaya kepada orang tuanya dan orang tua pun harus memberikan kepercayaan kepada anaknya,” tuturnya.
4. Mengenalkan Dampak Buruk Kekerasan
Tips selanjutnya adalah orang tua bisa mengedukasi soal dampak buruk dari kekerasan. Gunanya agar bisa terbuka juga jika menemui kasus bullying.
Dengan demikian, mereka bisa lebih terbuka kepada orang tua dalam mengungkapkan perasaannya. Hal ini juga diperlukan agar anak berani berbicara jika dirinya menjadi korban.
“Orang tua juga harus mengomunikasikan bagaimana agar mereka tidak menjadi pelaku atau ketika mereka jadi korban, setidaknya mereka tahu harus melakukan apa,” kata Adhya.
5. Jadi Orang Tua yang Menyenangkan
Kenyamanan anak juga bisa berasal dari tingkah orang tua. Agar anak lebih dekat dan terbuka, sebisa mungkin orang tua harus bisa jadi sosok yang menyenangkan bagi anaknya.
“Orang tua juga bisa mengajak anak-anak menjadi pribadi yang fun. Di masyarakat, dia bisa menikmati proses belajarnya bukan cuma belajar aspek-aspek kognitif saja tapi juga belajar bersosialisasi,” tutur Adhya.
(cyu/nwy)