Jakarta –
Aktor dan aktivitis pendidikan Maudy Ayunda bercerita dirinya juga pernah dikomentari miring saat hendak mengambil pendidikan tinggi magister (S2). Sejumlah komentar tersebut mempertanyaan apa manfaat pendidikan tinggi bagi perempuan jika ujung-ujungnya di rumah dan sulit mencari suami.
Hal tersebut disampaikan Maudy saat menjawab pertanyaan peserta Young On Top National Conference (YOTNC) 2024 di Balai Kartini, Jakarta, Sabtu (13/7/2024). Pada acara tersebut, sang peserta menyampaikan kondisinya yang dikomentari miring saat memutuskan melanjutkan studi oleh orang sekitar. Ia pun meminta pandangan Maudy atas kondisi ini.
“Percaya atau enggak, tapi waktu aku mau S2 pun dulu juga sempat ada perkataan-perkataan yang mirip mungkin ya. Maksudnya, ngapain S2 kalau ujung-ujungnya nanti juga di rumah, ngapain S2 nanti malah susah cari suami gitu, ya. Intinya implikasinya bahwa sebagai seorang perempuan mengejar impian kita secara akademis itu membuang-buang waktu. Dan aku tentunya sangat-sangat tidak nyaman dengan persepsi itu,” ucapnya.
Ia menegaskan, pendidikan bukan bentuk buang-buang waktu sekalipun ia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Sebab, pendidikan memberdayakan manusia, dalam hal ini khususnya perempuan, untuk berdampak pada anak hingga masyarakat.
“Pertama, kalaupun perempuan tersebut akhirnya memutuskan untuk di rumah atau menjadi ibu rumah tangga, pendidikan itu juga tidak akan buang-buang waktu. Karena tetap ada impak terhadap komunitas sekitar, kepada anak-anaknya. Impak perempuan itu luar biasa besar dari sisi itu,” terangnya.
Ia menambahkan, pendidikan setinggi-tingginya juga penting bagi perempuan yang memutuskan untuk berkarya dan berkarier. Mengingat perempuan meliputi setengah populasi dunia, maka perempuan yang berdaya dari rumah maupun dunia kerja dan industri dapat mendukung perekonomian dunia sekaligus mendukung keluarganya.
“Sekarang juga banyak perempuan-perempuan yang aku rasa yang memang ingin berkarya dan juga berkarier. Dalam konteks seperti itu, tentunya sudah tidak bisa dipungkiri lagi, pendidikan dan pengembangan diri itu juga menjadi krusial dan penting,” ucap Maudy.
“Lagipula perempuan itu setengah dari populasi dunia ini. Kita sebenarnya punya potensi untuk berkontribusi yang luar biasa besar terhadap perekonomian, terhadap keluarga. Jadi itu yang membuat aku kadang-kadang bingung, kita itu benar-benar setengah dari populasi loh,” sambungnya.
Ia menggarisbawahi, pendidikan juga pada dasarnya merupakan hak manusia, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mengembangkan diri menjadi versi lebih baik dari diri saat ini.
“It’s a human right to want to become a better version of yourself. Dan pendidikan, sesederhana itu, adalah salah satu cara untuk pemberdayaan diri gitu. Meningkatkan martabat kita juga sebagai perempuan, sebagai manusia. Jadi sangat amat penting, di luar dari elemen fungsional jadi bisa kerja, bisa jadi mandiri, dan lain-lain,” ucapnya.
“It’s never a waste. Mau kamu akhirnya fokus ngurusin anak-anak kamu. Mau kamu akhirnya terus berkarya dan berkarier. Itu pilihan kamu, tapi nggak ada dunia di mana pendidikan itu buang-buang waktu!” pungkas Maudy.
(twu/nwy)