Jakarta –
Aktor dan aktivis pendidikan Maudy Ayunda menekankan pentingnya pendidikan bagi masa depan dan karier anak muda, khususnya Generasi Z. Untuk itu, penting bagi anak muda memiliki skill mengajar diri sendiri sehingga menjadi pembelajar mandiri.
“Dalam konteks dunia yang terus berubah dan terus dinamis, menurut aku pendidikan yang paling penting untuk teman-teman sekarang adalah gimana caranya kita belajar untuk mengajar diri sendiri, gimana caranya kita menjadi pembelajar mandiri,” kata Maudy dalam Young On Top National Conference (YOTNC) 2024 di Balai Kartini, Jakarta, Sabtu (13/7/2024).
Skill Belajar Mandiri untuk Karier dan Masa Depan
Skill belajar mandiri baginya dapat menjadi modal siswa untuk beradaptasi dengan kebutuhan dunia kerja yang terus berubah akibat disrupsi teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI).
“Jadi yang penting adalah adaptibilitas kita pada saat itu berubah, kebutuhan manusia berubah, kebutuhan labor tenaga kerja berubah. Kita juga harus bisa bergerak mengikuti perubahan tersebut,” ucapnya.
Penguatan Skill Fondasi
Kemampuan belajar mandiri menurut Maudy juga bantu manusia mengasah foundational skills seperti berpikir kritis hingga memecahkan masalah. Di balik mata pelajaran sekolah pun, tersimpan ilmu penting untuk mengasah skills tersebut.
Mempelajari matematika, misalnya, bantu siswa mengasah logika, berpikir secara logis dan runtun terstruktur, serta memecahkan masalah. Sedangkan bahasa bantu siswa berpikir dan menyampaikan ide serta pemikiran dengan baik, jelas, dan benar.
Belajar sejarah pun menurutnya bantu anak muda belajar berpikir kritis akan adanya kejadian-kejadian di luar nalar atau di luar moralitas yang sempat dianggap lazim. Pelajaran ini menurutnya bantu manusia berpikir dan mengevaluasi lagi alasan di balik manusia-manusia zaman dulu bisa mengambil keputusan demikan.
“Jadi di balik setiap subject (mata pelajaran) itu ada lagi intisari yang lebih-lebih foundational, yang intinya adalah pemberdayaan diri. Bagaimana kita bisa menjadi manusia sepenuhnya yang mungkin mengajar impian kita, melakukan pekerjaan, apapun itu,” ucapnya.
“Dan itu yang akhirnya jadi memiliki result yang berhubungan dengan well-being kita. Apakah kita bisa menjadi manusia yang berdampak, manusia yang punya ketenangan, kebahagiaan, bisa memiliki financial independence, larinya tuh ke berbagai aspek dan elemen kehidupan,” ucapnya.
Maudy sendiri mengaku sempat bolos sekolah saat SMP dan SMA untuk urusan pekerjaan. Alhasil, ia meraih predicted score yang menurutnya rendah. Alih-alih berkecil hati, ia percaya diri dan berupaya belajar sendiri melalui sumber-sumber belajar sampai bisa.
Skill belajar mandiri menurut Maudy menjadikan siswa tidak bergantung pada sekolah saja untuk mendapatkan pendidikan dan tidak melulu mengaitkan aktivitas belajar pada institusi pendidikan. Cara ini menurutnya bantu siswa yang tidak suka maupun tidak dapat belajar di sekolah untuk tetap mandiri belajar lewat buku, sumber-sumber belajar media lain, serta informasi dan pengalaman sehari-hari.
“Mungkin itu yang buat aku sampai sekarang tuh jadi seneng-seneng saja belajar, karena seneng dari nggak bisa jadi bisa. Dari gak tau jadi tau, kayaknya tuh itu proses yang memberikan aku kepercayaan diri pada saat nggak bisa, bisa. Terus mau itu berjam-jam sampai akhirnya bisa itu tuh ada kepuasan sendiri,” ucapnya.
“(Begitu juga) dengan teknologi, dengan disrupsi, dengan AI. Kita tuh bener-bener nggak tahu keperluan work force ke depannya seperti apa, keterampilan apa yang harus kita miliki ke depannya. Jadi tugas kita ya itu untuk gimana caranya bisa mempelajari apapun itu kalau misalnya ada perubahan kebutuhan.
Manfaatkan Rasa Ingin Tahu
Ia mengingatkan manusia pada dasarnya punya rasa ingin tahu, sekalipun muncul dalam wujud mencari tahu gosip dan mengonsumsi konten di media sosial. Rasa ingin tahu ini menurut Maudy dapat digunakan untuk mengasah kemampuan belajar mandiri.
“Oke dengan energi kekepoan ini, gue akan hari ini baca buku. Gue akan hari ini baca artikel gitu ya, dibandingkan scrolling gitu. Jadi, kita sebenarnya punya power itu. Dan itu sangat luar biasa, powerful,” ucapnya,
“Yang dibutuhkan untuk motivasi belajar atau mengembangkan diri itu, udah kita miliki semua. Sudah ada di kekepoan kita dalam keseharian kita. Tinggal kita salurkan aja, tinggal kita disiplinin aja ke area-area yang kita inginkan masing-masing,” ucapnya.
Senada dengan Maudy, Head of Brand Communication Astra, Yudha Prasetya mengatakan rasa ingin tahu dapat dilengkapi dengan growth mindset. Konsep growth mindset adalah pola pikir yang berpandangan bahwa keberhasilan dan kemampuan seseorang dapat berkembang melalui waktu, usaha, dan ketekunan.
“Fokus tuh pengen berkembang, pengen belajar. Kayak yang tadi Kak Maudy bilang, dari nggak tahu jadi tahu, dari nggak bisa jadi bisa, itu adalah ada reward sendiri yang bisa kita dapatkan nantinya. Dan dengan adanya growth mindset itu, aku juga percaya bahwa kalian bisa menjadi individu yang lebih baik, pastinya dari hari ini. Karena setiap hari pengennya berprogres,” ucapnya.
“Walaupun kecil gak apa-apa, yang penting ada progress. Dibandingkan dengan nunggu-nunggu lagi, nanti deh, nanti deh, tapi nggak ada progress. Dan hasilnya mungkin malah jadi nggak ada apa-apa,” katanya.
(twu/nwy)