Jakarta –
Sudah dua minggu Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya menghadapi serangan siber dengan modus ransomware. Akibatnya, sejumlah instansi penting lumpuh karena data-data terkunci atau terenkripsi.
Direktur Network & IT Solution PT Telkom Indonesia Tbk, Herlan Wijanarko, mengatakan bahwa data yang terkena serangan ransomware ini tak bisa dipulihkan.
“Yang jelas data yang sudah kena ransom ini sudah enggak bisa kita recovery, jadi kita menggunakan sumber daya yang masih kita miliki,” ucapnya dalam CNN Indonesia, dikutip (28/6/2024).
Untuk diketahui bahwa PDNS 2 ini dipakai 282 instansi pusat dan daerah. Akibat serangan ransomware sejak 20 Juni, sejumlah instansi masih menghadapi masalah layanan.
Salah satunya adalah layanan keimigrasian di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra, Australia. Berdasarkan pantauan detikEdu, sehari setelah PDNS diserang ransomware, layanan keimigrasian di Canberra mengalami gangguan.
“PENGUMUMAN: Saat ini sedang terjadi gangguan pada Server Pusat Data Nasional (PDN) Kemenkominfo di Indonesia yang berdampak pada layanan keimigrasian (Paspor dan Visa) di KBRI Canberra. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya,” tulis akun X @INAEmbAUS pada 21 Juni 2024 lalu.
Terkait hal ini, apakah mahasiswa RI di Australia ikut terdampak?
PPI Australia Menelusuri Laporan
Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Australia, Wildan Ali, mengatakan pihaknya sejauh ini belum menerima laporan dari mahasiswa RI terkait adanya dampak yang dirasakan di layanan keimigrasian di Australia.
Paling, menurutnya, hanya soal waktu yang lama pengurusannya.
“Sepertinya belum ada (laporan). Paling cuman lama aja (pengurusannya),” kata Wildan saat dihubungi detikEdu, Jumat (28/6/2024).
Ia menuturkan, bahwa ketika mahasiswa RI memiliki persoalan semacam ini, biasanya dirinya atau pihak PPI Australia memberi kabar.
Namun, untuk dampak gangguan layanan keimigrasian di KBRI Canberra akibat diretasnya PDNS, belum ada mahasiswa yang memberi kabar.
“Soalnya kalo ada yang bener bener kesulitan biasanya kabarin aku. Tapi (saat ini) ga ada kabar,” jelas mahasiswa S1 Management and International Relations, The University of Western Australia (UWA).
Membuat Polling untuk Mahasiswa RI di Australia
Meski begitu, dirinya sebagai ketua PPI Australia tidak berdiam diri. Ia mengatakan tengah menelusuri apakah ada mahasiswa RI di Australia yang benar-benar terdampak atau tidak.
Hal ini juga ditujukan agar bisa menjangkau mahasiswa yang mungkin kesulitan dalam mengurus paspor atau visa.
“Iya aku coba bikin polling. Kita bakal tanya-tanya mahasiswa dulu terus atase imigrasi,” tutur Wildan.
Ia juga berpesan, untuk mahasiswa RI di Australia yang mengalami kendala layanan keimigrasian akibat dampak diretasnya PDNS, bisa segera menghubungi pihak PPI Australia.
“Untuk mahasiswa yang terkena dampak dari PDN bisa menghubungi PPI Australia, kami pasti akan mengadvokasikan yang terbaik untuk membantu kalian semua,” pungkasnya.
(faz/nah)