Jakarta –
Buat gebrakan baru di bidang astronomi, Institut Teknologi Bandung (ITB) segera membangun teleskop anyar di Observatorium Bosscha. Fasilitas strategis ini bernama Teleskop Radio Very Long Baseline Interferometry (VLBI) Global Observing System atau yang bisa disebut VGOS.
Bukan teleskop biasa, VGOS merupakan teleskop canggih berstandar internasional yang akan jadi tonggak sejarah baru bagi bidang astronomi nasional. Bekerja sama dengan Shanghai Astronomical Observatory-Chinese Academy of Sciences (SHAO-CAS), ini adalah VGOS pertama yang ada di Indonesia.
Kepala Biro Kemitraan ITB, Prof Dr Taufiq Hidayat DEA menjelaskan VGOS akan bekerja di dalam jaringan yangs ama dengan banyak teleskop radio lainnya di seluruh dunia. Keberadaannya masih jarang di daerah ekuator apalagi Indonesia.
“Sejauh ini, VLBI masih terpusat di belahan bumi bagian utara. Adapun di daerah ekuator masih jarang dan di beberapa negara sekitar masih dalam tahap pembangunan,” katanya dikutip dari rilis di laman resmi ITB, Jumat (26/7/2024).
Fungsi VGOS Bagi Indonesia
Hingga saat ini, stasiun teleskop radio di sekitar ekuator bumi hanya ada di negara Brasil. Memiliki posisi yang strategis, Indonesia akan berperan dalam menjembatani baseline belahan bumi utara dan selatan.
Indonesia juga diharapkan mengisi kekosongan teleskop radio di daerah ekuator untuk regional AOV (Asia-Oceania VLBI Group for Geodesy and Astrometry) yang merupakan subgrup dari IVS (International VLBI Service for Astrometry and Geodesy).
Dengan peran yang sangat penting ini, Indonesia memiliki kesempatan untuk ikut berkontribusi dalam jejaring teleskop radio internasional.
Tidak hanya itu, kesempatan ini membuka berbagai kolaborasi multidisiplin di berbagai bidang seperti astronomi, geodesi, sains data, telekomunikasi, rekayasa perangkat lunak, dan sebagainya.
VGOS beroperasi secara sinkron dengan jaringan teleskop radio global. Perangkat ini mampu mengamati sumber radio kosmik dengan presisi tinggi.
Caranya dengan menggabungkan data dari beberapa teleskop yang tersebar di seluruh dunia. Dari data ini akan bisa dilihat pengukuran yang presisi terkait jarak dari satu titik teleskop dengan teleskop lainnya.
Salah satu implementasi VGOS adalah untuk mengukur pergerakan benua dengan presisi. Hal ini akan membantu dalam memprediksi apakah suatu wilayah memiliki potensi bahaya atau tidak.
“Teleskop ini dapat digunakan untuk membuat kerangka acuan dengan sangat akurat, standar waktu yang presisi, dan memantau potensi dari perubahan iklim,” tambah Taufiq.
Untuk itu hadirnya VGOS di Observatorium Bosscha menjadi investasi jangka panjang bagi Indonesia dalam berbagai bidang. Bukan hanya sebuah alat, VGOS adalah aset berharga bagi dunia pendidikan, penelitian, dan inovasi, serta memperkuat posisi Indonesia di peta astronomi global.
(det/pal)