Jakarta –
Menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Tingkat Pusat atau nasional bukan suatu hal mudah yang bisa dilakukan semua orang. Butuh niat dan perjuangan hebat untuk bisa sampai di titik itu, seperti yang dilakukan Jonathan Gilbert Tanjawa.
Jona, panggilan akrabnya bercerita bila ia telah mengenal Paskibra sejak kelas 4 SD. Kala itu ia menyaksikan upacara peringatan Hari Kemerdekaan di televisi.
“Saya kenal Paskibra itu sejak kelas 4 SD, pertama kali saya menonton di TV. Melihatnya wah keren banget gitu pakai baju PDU (pakaian dinas upacara),” tuturnya kepada detikEdu, di Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur, Depok, Sabtu (27/7/2024) ditulis Senin (29/7/2024).
Sejak saat itu motivasi kuatnya timbul. Namun, baru bisa dijalani dengan sungguh-sungguh di tingkat SMA tepatnya kala ia masuk sekolah SMA Advent Unklab, Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
“Sejak saat itu saya mulai termotivasi untuk menjadi seorang Paskibraka dan dimulai saat masuk SMA. Ketika saya tahu di sekolah ada ekskul (ekstrakurikuler) Paskibra, saya langsung mendaftarkan diri,” tambahnya.
Ajang Pembuktian Diri
Tidak mudah, Jona melalui proses yang luar biasa untuk menjadi Paskibraka Tingkat Pusat. Baginya ini adalah yang sangat berat mengingat latar belakang yang ia miliki bukanlah orang berada.
Diceritakannya, ia adalah putra kebanggaan dari orang tua yang berprofesi sebagai pedagang sembako (sembilan bahan pokok) di pasar. Setiap hari di sela-sela waktu latihannya mempersiapkan diri dalam mengikuti seleksi, Jona selalu menyempatkan diri untuk membantu orang tua.
Keadaan ini sempat membuatnya tertekan. Terlebih ketika di tingkat provinsi ia harus melawan putra Wakil Gubernur Sulawesi Utara.
“Saya merasa tertekan karena banyak sekali teman-teman yang orang tuanya pejabat, tentara. Itu sempat membuat saya down karena ada waktu saya bersaing dengan teman saya itu bapaknya wakil gubernur,” jelasnya.
Dengan keberhasilan ini, Jona belajar dan yakin bila daerah asalnya yakni Sulawesi Utara tidak ada praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Sebagai informasi, Paskibraka Tingkat Pusat diseleksi secara berjenjang dari tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional
“Sulawesi Utara itu tidak ada namanya KKN. Semuanya murni dari seleksi provinsi sampai nasional murni,” tegas Jonathan.
Berlatih Fisik di Pantai Minahasa Utara
Berangkat dari kesadaran ia bukan anak orang berpengaruh membuat Jona sangat mempersiapkan diri untuk ikut seleksi Paskibraka. Walau baru bergabung dengan ekskul Paskibra di tingkat SMA, ia sudah mempersiapkan diri sejak SMP.
Terutama dalam menyiapkan keadaan fisik yang prima. Ketika SMP, siswa berusia 15 tahun ini mulai menyiapkan fisik dengan mengikuti bela diri kempo.
Tidak hanya itu, latihan tambahan di rumah pun ia lakukan. Setiap harinya, ia berlatih sejak pukul 5-7 pagi dilanjut dengan membantu orang tua mempersiapkan dagangan di pasar.
“Untuk kesiapan fisik, saya latihan dari pagi. Bangun jam 5 langsung pemanasan dan persiapan, semua latihan sampai jam 7. Setelahnya mandiri bersih-bersih lalu membantu orang tua,” katanya.
Selesai membantu orang tua, sekitar jam 2 siang ia mulai persiapan latihan lanjutan. Rumah Jonathan diceritakan dekat dengan pantai, sehingga untuk sore hari ia memilih pantai sebagai tempat latihannya.
Kebiasaan ini dilakukan kurang lebih 6 bulan dan semakin konsisten dilakukan saat seleksi tingkat kabupaten sudah semakin dekat. Walaupun dengan persiapan yang matang, Jona menyadari bila keberhasilan ini tak akan tercapai tanpa dukungan penuh dari sekolah dan juga kedua orang tuanya.
Ia juga berharap keberhasilan di Paskibraka bisa membuka pintu kesempatan untuk mencapai cita-citanya. Jona bercita-cita masuk ke akademi militer dan menjadi perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Konsisten dan Disiplin Jadi Kunci Keberhasilan
Bila bertanya tentang kunci keberhasilan, Jona bisa memberikan dua hal penting yang harus dimiliki calon Paskibraka. Yakni konsisten dan disiplin.
Konsisten bisa diterapkan terutama dalam proses latihan fisik. Karena tubuh dan performa yang ideal tidak bisa didapatkan ketika seseorang berlatih sesekali.
Sedangkan disiplin diterapkan dalam membagi waktu antara latihan, membantu orang tua dan belajar. Ya, belajar tidak bisa dilepaskan dari keseharian Jona mengingat hakikatnya sebagai seorang pelajar.
Beruntungnya, ia mendapat kelonggaran waktu dari sekolah ketika mengikuti seleksi Paskibraka Tingkat Pusat. Hal ini sangat disyukurinya, mengingat tak semua orang bisa dapat kesempatan ini.
“Kalau tidak disiplin itu agak susah, jadi saya bagi waktu (untuk latihan dan belajar). Saya juga diberikan kelonggaran dari sekolah, hal ini rasanya lega gitu. Sekolah sangat mendukung,” ceritanya.
Pertama kali menjejakkan kaki di Jakarta, Jonathan mengaku kaget. Terutama ketika melihat udara Jakarta yang penuh dengan polusi, sangat berbeda dengan kampung halamannya. Tetapi ketika sampai di Cibubur ia bersyukur udara di tempat latihannya ini segar lantaran banyak pepohonan.
Tidak hanya udara, ia juga mengaku sempat kesulitan beradaptasi karena perbedaan bahasa. Selanjutkan kesulitan juga dirasakannya terkait dengan makanan.
“Makanan di sini manis-manis, aduh. Soalnya kan lidah-lidah orang Manado sukanya yang pedis-pedis (pedas), berempah jadi sempat kesulitan,” jelas Jona.
Meski begitu, kesulitan tersebut berhasil diatasinya. Setiap harinya Jona mengaku sangat senang karena kesempatan ini momen yang sangat-sangat berkesan dalam hidupnya.
Rindu Orang Tua
Menjadi bagian Paskibraka Tingkat Pusat juga menjadi momen pertama bagi Jonathan jauh dari kedua orang tuanya. Ketika akan berangkat, kedua orang tuanya berpesan agar ia bisa kuat fisik, mental dan iman.
“Mama dan papa selalu pesan kepada saya setiap kali mau melangkah kemana saja tetap berdoa kepada Tuhan Yesus,” katanya.
Ia juga mencurahkan rasa rindu dan berpesan kepada orang tuanya untuk bisa mendukungnya dalam doa dan menjaga kesehatan. Sehingga bisa menyaksikannya sebagai Paskibraka ketika upacara HUT ke-79 RI 17 Agustus nanti di IKN.
“Untuk mama dan papa tetap dukung Jona dalam doa. Jona rindu dengan mama, papa, adik di rumah. Pesan Jona baik-baik di Manado, jaga kesehatan jangan sampai sakit,” ungkap Jona.
Jonathan juga berpesan untuk adik-adik dari daerah Manado khususnya Kabupaten Minahasa Utara yang ingin jadi sepertinya agar tetap semangat berlatih di sekolah. Ia berharap di tahun mendatang ada bibit baru lain yang bisa membawa nama Minahasa Utara di tingkat nasional.
“Untuk adik-adik yang ada di Manado, terlebih yang ada di Kabupaten Minahasa Utara dan sekarang baru kelas 1 SMA, pesan kakak tetap semangat berlatih di sekolah. Tunggu kakak pulang baru kita orang latihan sama-sama,” ungkap Jona bersemangat.
“Kakak berharap kalian juga jadi seperti kakak di sini, jadi seorang Paskibraka nasional. Mau dari sekolah mana saja yang penting targetkan Minahasa Utara harus nasional di tahun depan,” tutupnya.
(det/nwk)