Jakarta –
“Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.”
Begitulah kutipan dari Nelson Mandela, pejuang kemanusiaan terkemuka asal Afrika Selatan. Kutipan itu mungkin cocok bagi siapapun yang berjuang untuk mengubah nasibnya melalui pendidikan.
Salah satu yang mau mengubah nasib melalui dunia pendidikan yakni perempuan asal Klaten, Happy Putri Ginada. Dia melewati banyak perjuangan sampai akhirnya bisa diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM). Tak main-main, UGM adalah kampus terbaik kedua di Indonesia menurut peringkat terbaru dari Quacquarelli Symonds World University Rankings (QSWUR) 2025.
Terlebih, Happy memiliki kondisi ekonomi yang berasal dari keluarga tidak mampu. Perjuangannya untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi menjadi tantangan tersendiri.
Bapaknya, Giwarno, sudah tidak bekerja karena telah lama sakit komplikasi. Sementara ibunya, Ida Pertiwi, sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik kayu.
“Ya flek paru-paru, diabetes, kolesterol, asam urat, hipertensi, gangguan ginjal juga. Sampai waktu itu tidak bisa bangun hanya bisa tiduran. Cukup lama sampai merambat ke pengeroposan tulang belakang. Tapi alhamdulillah sekarang bisa untuk jalan pelan-pelan dan masih rutin kontrol ke rumah sakit. Tiap pagi juga rutin berjemur agar tulangnya nggak semakin keropos,” jelas Happy.
Saat mendengar anaknya diterima di UGM, ibu Happy, Ida mengaku bangga dan terharu. Meski awalnya, Ida memang tidak setuju Happy memilih UGM karena merasa tidak sanggup membayar biaya kuliah mengingat gajinya yang hanya sekitar Rp 1 juta.
“Ya terharu bisa lolos UGM. Alhamdulillah,” kata Ida, dalam keterangan tertulis yang diterima detikEdu, Sabtu (27/7/2024).
Jatuh Bangun Happy Mengejar Prestasi di SMA
Kini Happy sudah diterima di kampus top Indonesia melalui jalur prestasi. Namun, hasil ini diraih dengan perjuangan panjang semasa duduk di bangku SMA.
Ia merupakan lulusan SMA Unggulan CT Arsa Foundation Sukoharjo. Sekolah berasrama dengan beasiswa full ini diperuntukkan bagi keluarga tidak mampu, namun berprestasi.
Pada tahun pertamanya di SMA, Happy mengaku sempat down karena belum terbiasa dengan sekolah asrama. Bahkan, kondisi ini diperparah dengan dirinya yang sempat masuk daftar paralel 10 terbawah di angkatannya.
Melihat kondisi ini, tak lantas membuat dirinya tak bisa bangkit. Justru sebaliknya, Happy termotivasi untuk bangkit dari peringkat bawah dan terus mengejar ketertinggalan.
Ia pun menambah belajar mandiri selepas pulang sekolah ketika teman lainnya kembali ke asrama. Biasanya, Happy kembali mempelajari materi yang baru saja diajarkan dan ia teruskan dengan mendalaminya melalui YouTube.
Ini menjadi kebiasaan rutin yang dijalani saat di bangku SMA. Bukan proses instan, tetapi perlahan mulai membuah hasil bagi Happy.
Perlahan, prestasinya mulai membaik termasuk rangkingnya. Bahkan ia mulai aktif di organisasi seperti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan Pramuka.
Tidak hanya itu, beberapa prestasi diraih seperti juara 1 Psychology Vlog Competition yang diselenggarakan oleh Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), juara 3 lomba podcast yang diselenggarakan oleh Universitas Ngudi Waluyo dan penerima awardee beasiswa Smart Scholarship dari YBM Brillian.
Mimpi untuk Menjadi Peternak yang Sukses
Kebiasaan untuk terus belajar dan perjuangan yang tidak selalu mulus, akhirnya tidak sia-sia. Ketekunan dan prestasi Happy mengantarkannya diterima di Prodi Ilmu dan Industri Peternakan, Fakultas Peternakan UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi tahun 2024.
Selain melalui jalur prestasi, ia juga dinyatakan masuk kriteria penerima Uang Kuliah Tunggal (UKT) 0 dari UGM.
“Satu doa yang tak pernah lupa dan saya ulang-ulang adalah lolos SNBP,” terang perempuan asal Bulurejo, Juwiring, Klaten, Jawa Tengah tersebut.
Meski berasal dari keluarga kurang berada serta kondisi bapaknya yang tengah sakit, Happy membuktikan bahwa mimpinya dalam dunia pendidikan, bisa diraih.
“Jangan mudah menyerah, berusahalah semaksimal mungkin, dekatkan diri dengan Allah, minta restu, dan berbaik hati terutama pada orang tua karena ridha Allah ada pada ridha orang tua. Belajar dengan sungguh sungguh, bismillah. Kun fayakun,” tutur Happy.
Kini setelah diterima di UGM, Happy telah memiliki mimpi baru yakni menjadi peternak sukses.
(faz/nwy)