Jakarta –
Ketika niat belajar sudah teguh, di situ pasti selalu ada jalan untuk mencapainya. Menjadi salah satu prinsip yang dipegang seorang Musholizaky Aflaha Mu’min atau yang akrab disapa Zaky.
Baru-baru ini, Zaky berhasil menyelesaikan sidang skripsi dan dinyatakan lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,99 dari Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung (FTTM ITB). Keberhasilan ini menjadi ajang pembuktian bila keterbatasan bukanlah sebuah penghalang.
Ya, bukan hal mudah untuk Zaky bisa berkuliah. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ibundanya bekerja sebagai pedagang plastik di Pasar Boyolali, Jawa Tengah. Sehingga keterbatasan ekonomi sempat menjadi musuh utamanya.
Namun ia tidak menyerah, karena menurutnya setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Dengan semangat belajar yang tinggi ia mampu meraih hasil yang baik dan berhasil menjalani kuliah melalui beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).
“Setiap manusia memiliki kesempatan yang sama. Tinggal, bagaimana manusia dapat mengoptimasi apa yang dimilikinya sejak dini,” katanya dikutip dari rilis di laman resmi ITB, Selasa (30/7/2024).
Dari Astronomi ke Teknik Metalurgi
Meskipun berasal dari Jawa Tengah, ITB telah menjadi mimpi Zaky sejak Sekolah Dasar (SD). Kala itu gurunya adalah lulusan ITB dan memotivasinya agar dapat berkuliah di kampus Ganesha itu.
Akhirnya ia benar-benar termotivasi dan mulai mengerucutkan bidang apa yang ingin diambilnya saat kuliah nanti. Sejak SD hingga akhir SMA sosok yang juga aktif di bidang nonakademik ini meminati bidang astronomi.
Namun alih-alih mengambil program studi astronomi yang ada di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB, ia malah memilih FTTM ITB. Dan pertimbangannya benar, Zaky diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau kini Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP).
Jauh dari minat awalnya, Zaky masih ragu memilih jurusan mana yang akan dipilihnya. Namun keraguan itu hilang usai kegiatan kaderisasi dan melihat media sosial Imam Santoso yang merupakan Dosen Metalurgi ITB.
“Namun, setelah adanya kegiatan kaderisasi wilayah dari FTTM dan terpengaruh IG Mas Imam (Imam Santoso, ST, M Phil), akhirnya memutuskan untuk mengambil jurusan Teknik Metalurgi,” katanya.
Pilihannya tepat, karena ia bertemu dengan teman, dosen dan lingkungan pembelajaran yang mendukung untuk terus mengembangkan diri. Zaky juga mengaku memiliki gaya belajar yang cocok dengan beberapa temannya sehingga saling melengkapi.
“Tipe belajar saya harus sambil ‘mengajari’ ke orang lain. Kebetulan beberapa teman saya ada yang gaya belajarnya itu mendengarkan. Saling melengkapi,” ujarnya.
“Saya bisa mengajarkan teman saya mengenai materi kuliah, dan saya juga mendapatkan timbal balik karena teman saya yang mendengarkan itu, dia mendengarkan lebih jeli penjelasan dosen dibandingkan saya. Jadi, saya juga bisa mendapatkan masukan,” tambah Zaky.
Belajar dengan Penuh Cinta
Untuk bisa meraih IPK 3,99, Zaky membagikan tipsnya dalam belajar. Menurutnya, belajar harus penuh dengan cinta, seperti:
1. Cinta kepada materi yang diberikan
Hal yang menentukan seseorang dapat belajar atau tidak pada suatu materi menurut Zaky tergantung dari respons mahasiswa kepada materi itu. Ketika sudah menyukai bahkan cinta, perlahan-lahan mahasiswa bisa memahami pelajaran.
2. Cinta orang tua
Jangan lupa untuk cinta orang tua dalam setiap langkah setiap harinya. Karena orang tua sudah memberikan dukungan dari berbagai segi baik material, doa, dan sebagainya.
“Jangan sampai jerih payah orang tua itu sia-sia karena kita kurang semangat dalam belajar sehingga kurang berprestasi,” ujarnya.
3. Cinta terhadap dosen
Dosen bak orang tua kedua mahasiswa di dunia perkuliahan. Mereka sudah berusaha mempersiapkan kuliah dengan baik dari materi hingga penjelasan di kelas.
“Kita sebagai mahasiswa selama perkuliahan harus mendengarkan dengan baik dan sebisa mungkin aktif di kelas,” tuturnya.
Dengan keberhasilan yang telah diraihnya, Zaky berpesan agar teman-temannya selalu ingat pengorbanan orang tua agar anak-anaknya sukses ketika lelah dalam belajar. Hal ini akan menjadi vitamin gratis yang bisa didapatkan setiap saat.
“Bagi teman-teman, kalau ada rasa malas belajar atau maju ke depannya, mungkin kita bisa ingat atas jerih payah orang tua yang sudah bekerja yang sudah memfasilitasi kita dan pastinya sudah mendoakan untuk kesuksesan kita,” tutupnya.
(det/nwk)