Jakarta –
Masuk jurusan kedokteran terlebih di perguruan tinggi negeri (PTN) membutuhkan perjuangan yang keras. Selain itu, diperlukan juga biaya yang ekstra.
Hal tersebut sempat menyurutkan Refiqka Asmilla Rahma. Gadis asal Jambi yang kerap dipanggil Fiqka ini selalu bermimpi masuk jurusan tersebut.
Fiqka selalu mengingat kondisi ekonominya yang kurang. Sang ayah hanyalah buruh di perkebunan kelapa sawit.
Namun, dengan segala usaha dan keyakinan Fiqka berhasil lolos di Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada (UGM). Bukanlah hal mudah baginya bisa menerima hasil tersebut, sampai saat ini Fiqka masih tak menyangka.
“Entah berapa kali buka tutup pengumuman. Berulang kali saya bertanya, benar ndak ini,” ucap Fiqka dikutip dari laman UGM, Rabu (31/7/2024).
Alasan Memilih Kedokteran Hewan UGM
Dalam memilih jurusannya kuliah, Fiqka sempat ragu. Awalnya, ia berniat daftar jurusan Kedokteran Hewan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Akan tetapi, ternyata ada temannya yang memilih jurusan dan kampus tersebut juga.
Pihak sekolah pun memanggil Fiqka dan memintanya memilih kampus lain. Dengan berat hati, Fiqka harus menuruti kebijakan sekolah yang tujuannya baik yakni ingin membuat Fiqka berpeluang besar lolos.
Pasalnya, Fiqka mendaftar lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Oleh karena itu, status Fiqka sebagai siswa eligible tak boleh disia-siakan.
“Bingung waktu itu. Karena memang tidak mungkin dalam satu sekolah diperbolehkan memilih perguruan tinggi dan prodi yang sama,” tuturnya.
Keyakinan Fiqka memilih Kedokteran Hewan UGM juga didorong oleh kawan dan keluarganya. Ibu, ayah, hingga paman sama-sama menyarankan untuk memilih UGM.
Setelah dinyatakan sebagai mahasiswa baru UGM, Fiqka pun kejatuhan rezeki lain. Ia berhasil mendapatkan beasiswa sehingga bisa kuliah di UGM secara gratis.
Sering Diejek karena Masalah Ekonomi
Fiqka saat ini tinggal bersama ibu beserta ayah dan adik sambungnya. Pendapatan dari ayahnya yang kini sebagai pekerja serabutan menjadi andalan.
“Ya sekarang ini, saya hidup bersama ayah sambungan, karena ibu menikah lagi karena merasa tidak kuat kalau membiayai hidup sendirian,” ungkap Fiqka.
Sejak kecil, Fiqka kerap mendapat ejekan dari temannya karena kondisi ekonomi. Bahkan, Fiqka sering menangis setibanya di rumah saat pulang sekolah.
Hingga masa SMA, Fiqka pun masih mendapat ejekan serupa. Sampai-sampai, kawan Fiqka yang peduli padanya merasa gemas karena Fiqka tak membalas ejekan tersebut.
Fiqka mengaku tak perlu membalas ejekan tersebut. Ia bersyukur karena bisa diam menanggapinya.
“Kenapa meski membalas. Ya sudah, sejak kecil aku mengalami itu. Sejak itu aku hanya ingin bapak nantinya bisa mengambil rapor dengan tegak kepala biarpun miskin,” ucap Fiqka.
Kiat Fiqka Dapat Meraih Mimpinya
Sadar kondisi ekonomi keluarga yang kurang, Fiqka bertekad untuk lebih menonjolkan dirinya lewat prestasi. Selama duduk di SMA 1 Sarolangun, Fiqka punya beberapa prestasi.
Di antaranya juara 4 Olimpiade Kebumian Tingkat Kabupaten tahun 2022, juara 2 Olimpiade Kebumian Tingkat Kabupaten tahun 2023, juara 1 Lomba Cipta Puisi Tingkat Kabupaten 2023 dan aktif berorganisasi di Kerohanian Islam (Rohis) juga sebagai penghafal Al-Q’uran (hafiz).
Kunci untuk bisa meraih itu semua menurut Fiqka adalah dapat meluangkan waktu belajar. Fiqka biasanya belajar setelah sholat Isya sampai pukul 22.30.
“Kalau sampai jam 23, aku malah kadang pusing. Makanya harus membatasi,” terangnya.
Menurutnya, ia adalah tipe yang bisa belajar saat sudah dalam kondisi fokus. Jika sudah fokus, bahkan saat ada petir menyambar di sekitarnya, Fiqka mengaku bisa tetap belajar.
Fiqka juga selalu mengisi waktu kosongnya dengan membaca novel. Terkadang ia sampai bisa di bawah meja saat sudah asyik membaca.
“Di rumah kan banyak buku. Kalau sudah pegang buku dan fokus sampai dipanggil pun saya tidak mendengar,” akunya.
Setelah ia lulus dan berprofesi sebagai dokter hewan, Fiqka berencana kembali ke Jambi. Ia akan mengabdi mengingat jumlah profesi dokter hewan di daerahnya masih sedikit.
“Pinginnya kuliah nanti lancar, setelah lulus ada sih niatan kembali ke daerah transmigrasi di Jambi, karena di sinu kan belum ada dokter hewan, dan banyak pemilik sapi dan kambing,” imbuhnya.
(cyu/nwy)