Jakarta –
Survei Biaya Hidup Mahasiswa (SBHM) 2024 mengungkapkan bahwa biaya gaya hidup mahasiswa di Jogja meningkat dibanding tahun 2020. Pengeluaran terbanyak dalam biaya gaya hidup ini adalah untuk perawatan wajah (skincare).
Berdasarkan survei yang dilakukan UPN Veteran Yogyakarta (UPNVY) bersama Bank Indonesia (BI) tersebut, tiga pengeluaran terbesar mahasiswa-mahasiswa di Jogja yaitu makan dan minum (26%), gaya hidup (23%), dan kos/pondokan (22%).
“Pengeluaran gaya hidup meningkat dari Rp 159.620,00 di tahun 2020 menjadi Rp 191.495,00 per bulan di tahun 2024. Pengeluaran gaya hidup paling banyak adalah untuk perawatan wajah dan tubuh (skincare & body treatment),” tulis laporan SBHM 2024.
Dalam hal ini, pengeluaran gaya hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Sebagian besar perempuan menghabiskan anggaran gaya hidupnya untuk perawatan wajah dan tubuh.
“Yang paling kentara (dibanding survei 2020) adalah lifestyle (gaya hidup). Lifestyle muncul (sebagai tren di survei) sejak tahun 2020. Dulu orang belum banyak mengenal skincare. Paling ya (dulu) lifestyle-nya rekreasi, nonton, nge-mal,” ucap Ardito Bhinadi, Ketua Pusat Studi Ekonomi Keuangan dan Industri Digital (PSEKUIN) UPN Veteran Yogyakarta, saat ditemui detikEdu di Gedung Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Senin (12/8/2024).
“Kemudian sejak ada e-commerce, orang bisa belanja online dengan mudah, fasilitas smartphone lebih murah, influence juga lebih banyak, paket data juga lebih banyak. Laki-laki termasuk paling banyak lifestyle untuk skincare juga, untuk perawatan wajah dan tubuh,” imbuhnya.
Setelah skincare dan treatment (28%), biaya gaya hidup mahasiswa di Jogja paling banyak dikeluarkan untuk nongkrong di kafe (22%), rekreasi & hiburan (22%), olahraga (14%), dan game online/aplikasi berbayar (14%).
Mahasiswa Asal Sulawesi Tertinggi soal Biaya Gaya Hidup
Ardito mengatakan bahwa survei dilakukan menggunakan kuesioner tatap muka langsung dengan 2.000 responden mahasiswa dengan sampling error 2,23%.
Sampel diambil secara proporsional menurut jumlah mahasiswa di perguruan tinggi terpilih program studi. Terdapat 43 perguruan tinggi (PT) sampel terdiri dari 19 universitas, 3 Institut, 11 Sekolah Tinggi, 5 Politeknik, dan 5 akademi.
“Kami secara proporsional sampelnya. Tentunya tidak semua perguruan tinggi ya. Artinya, kalau kita bagi secara proporsional ada yang tidak nyampai 1 sampel. Hanya perguruan tinggi yang jumlah mahasiswanya lebih dari 5 ribu,” jelasnya.
Dalam hal ini, sampel mahasiswa yang terdiri dari jenjang Diploma kategori Saintek 196 orang dan Soshum 169 orang. Kemudian jenjang program Sarjana kategori Saintek 677 orang dan Soshum 958 orang.
Kemudian, berdasarkan wilayah, sampel mahasiswa dari DIY 27,85% dan luar DIY 72,15%, dengan rincian Indonesia Timur 4,40%; Sulawesi 2,85%; Kalimantan 3,60%; Sumatra 11,70%; dan Jawa 77,45%.
Menurut survei, mahasiswa yang berasal dari Sulawesi memiliki pengeluaran gaya hidup lebih besar daripada mahasiswa yang berasal dari daerah lainnya.
Pengeluaran Mahasiswa Berkontribusi terhadap PDRB Jogja
Berdasarkan SBHM 2024, diperkirakan kontribusi pengeluaran mahasiswa terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY mencapai 8,7%. Pada SBHM 2020, kontribusinya sebesar 8,8%. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa di DIY menjadi penggerak perekonomian di DIY.
Dalam surveinya, Ardito memberi rekomendasi kepada perguruan tinggi di DIY untuk senantiasa meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, layanan akademik dan nonakademik pada mahasiswa.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan citra positif DIY sebagai kota pendidikan dan promosi pendidikan tinggi DIY yang berkualitas. Selain itu, juga meningkatkan peran kampus sebagai modal SDM dalam pembangunan DIY.
Sementara untuk pemerintah daerah, ia berharap bisa mengoptimalkan peran pendidikan tinggi dalam perencanaan pembangunan daerah dan memanfaatkan modal SDM berkualitas tinggi (dosen dan mahasiswa) untuk pemberdayaan masyarakat.
“Membuka ruang ekonomi kreatif, dan menjaga iklim investasi untuk penyediaan sarana pendidikan, akomodasi, dan layanan lainnya untuk mendukung perkembangan jasa pendidikan di DIY,” tulisnya dalam laporan SBHM 2024.
(faz/nwk)