Jakarta –
Ketua Pusat Studi Ekonomi Keuangan dan Industri Digital (PSEKUIN) UPN Veteran Yogyakarta, Ardito Bhinadi, mengungkapkan bahwa mahasiswa di Jogja yang kuliah sambil bekerja cukup banyak. Hal ini disampaikan dalam laporannya.
“Sebagian mahasiswa selain kuliah juga bekerja sebagai wirausahawan, asisten praktikum, freelancer, pekerja cafe, dan pengajar kursus,” tulisnya dalam laporan hasil ‘Survei Biaya Hidup Mahasiswa 2024’ yang dilakukan oleh UPN Veteran Yogyakarta dan Bank Indonesia (BI).
Berdasarkan data, lebih dari 25 persen responden mahasiswa kuliah sambil bekerja. Dari jumlah tersebut, rincian profesi yang tersebar yakni wirausahawan (43,41%), asisten praktikum/dosen (18,43%), freelancer (11,46%), pekerja kafe (9,65%), dan pengajar kursus (9,30%).
Adapun untuk bidang usaha yang dijalankan mahasiswa Jogja yang menjadi wirausahawan, yaitu:
– Makanan dan minuman (38,56%)
– Bisnis online (34,23%)
– Persewaan (8,47%)
– Lainnya (5,05%)
– Pengajar kursus (2,88%).
Tren Penggunaan Gadget Berkembang
Ardito mengatakan, bahwa ‘Survei Biaya Hidup Mahasiswa’ ini telah ada sejak 2008 dan dilakukan tiap empat tahun sekali.
“Ada perubahan perilaku, kita bisa lihat dari hasil survei. Jadi survei tidak hanya bisa menjawab berapa sih biaya hidup mahasiswa, tapi kita bisa lihat perubahan preferensi mahasiswa selama kurun waktu 4 tahun. Tren arahnya ke mana, bisa lihat dari (survei) itu,” katanya.
Sebelumnya, pada 2020, responden survei mencapai 1.500 mahasiswa. Pada 2024, survei melibatkan 2.000 mahasiswa dari 43 perguruan tinggi dengan menggunakan kuesioner tatap muka langsung selama kurun waktu 26 Maret-22 April 2024. Sampling error survei ini 2,23%.
Dalam preferensi penggunaan gadget, tren yang ada pada mahasiswa Jogja berkembang. Pada 2024, mahasiswa banyak menggunakan gadget untuk fungsi lain seperti bekerja atau mencari pendapatan.
“Fungsi gadget, ternyata tidak hanya sebagai sarana penunjang pendidikan, sosialisasi, tapi juga mulai untuk bekerja. Dalam survei kita, meskipun angkanya masih relatif kecil, tapi banyak (mahasiswa) yang dapat (penghasilan) dari bekerja menggunakan gadget,” tutur pakar lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.
“Ada yang jualan live, endorsement, mulai pakai banyak handphone. Itu kenapa iPhone, jadi logis. Ada lifestyle-nya, tapi untuk menunjang (pekerjaan) juga,” imbuhnya.
Tren Media Sosial Favorit Mahasiswa Jogja
Saat menjelaskan hasil surveinya, Ardito menerangkan bahwa pada 2024 ini, juga semakin banyak media sosial dan aplikasi. Kondisi ini berbeda dengan empat tahun lalu.
Misal, penggunaan TikTok dulu belum masuk ke dalam survei. Namun, tahun ini, TikTok naik pesat menjadi media sosial favorit ketiga bagi mahasiswa Jogja.
“TikTok kan empat tahun lalu belum muncul (di hasil survei). Begitu muncul di survei 2024, sudah ada di nomor 3, nomor 2 Instagram. WhatsApp masih nomor satu, untuk chatting,” ucapnya.
“Menarik memang, dari preferensi itu kita bisa melihat dia generasi apa. (Sekarang) generasi TikTok, Instagram,” lanjutnya.
Berdasarkan survei, berikut untuk persentase penggunaan media sosial favorit di kalangan mahasiswa Jogja.
1. WhatsApp – 22,2%
2. Instagram – 21,9%
3. TikTok – 16,4%
4. YouTube – 15,4%
5. Twitter (X) – 10,3%
6. Telegram – 6,2%
7. Facebook – 5,2%
8. Line – 1,1%
9. Messenger – 1,0%
10. Lainnya – 0,3%.
(faz/nwk)