Jakarta –
Menempuh studi di luar negeri saat kondisi keluarga tertimpa pilu tentu tak mudah dijalani. Seperti yang dirasakan oleh Mutasem Ali Abuzahra.
Ia adalah pria asal Palestina yang baru saja lulus S3 di Universitas Airlangga (Unair). Meski cemas dengan keluarga yang berada di tengah peperangan, Mutasem tetap berupaya fokus melanjutkan kuliah.
Bahkan, ia dinobatkan sebagai lulusan terbaik di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mutasem sempurna yakni 4.00.
Perjalanan Kuliah di Unair
Mutasem mengambil program studi (prodi) Sains Veteriner Unair karena komitmennya sebagai peneliti. Ia dikenal sebagai mahasiswa yang produktif dan penuh dedikasi.
“Saya telah menerbitkan dan menulis 8 jurnal, dengan 6 di antaranya sebagai penulis utama,” katanya dilansir dari laman Unair, Kamis (15/8/2024).
Menurutnya, menempuh pendidikan di prodi tersebut bukan sekadar soal angka-angka yang membanggakan. Ia ingin mencoba membuka cakrawala baru dalam dunia peternakan.
Selama merampungkan penelitian S3, Mutasem menghadapi beberapa tantangan. Misalnya ia sempat kesulitan dalam memperoleh data valid dan harus ekstra sabar dalam melakukan revisi artikel ilmiah.
Tantangan berat lainnya yang dirasakan Mutasem adalah selalu khawatir terhadap keluarga di Gaza, Palestina. Diketahui, hingga kini konflik Palestina dan Israel masih berlangsung.
Dapat Beasiswa Khusus Rektor
Beruntung, Mutasem mempunyai sosok yang banyak membantunya, termasuk dalam hal finansial untuk proyek penelitian. Ia adalah Prof Mustofa Helmi Effendi.
Selain itu, Mutasem meraih beasiswa khusus dari Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih. Ia juga turut dibantu oleh dosen dari Departemen Sosiologi Unair yakni Dr Mutia dan Dr Tuti.
“Ini adalah faktor yang sangat signifikan bagi mahasiswa PhD untuk dapat berhasil tepat waktu,” ujarnya.
Atas kerja kerasnya dan bantuan dari banyak pihak, Mutasem berhasil merampungkan pendidikan S3-nya dalam waktu 2 tahun 4 bulan.
Dedikasi Tinggi dalam Meneliti Hewan Ternak
Dalam tesisnya, Mutasem fokus meneliti pemetaan genetik dan identifikasi single nucleotide polymorphism (SNP) terkait sifat reproduksi domba. Ia sebelumnya memulai karier sebagai asisten profesor di Fakultas Kedokteran Hewan Unair.
Ia juga aktif mengelola banyak proyek penelitian soal genetika hewan ternak. Dari sana, ia jadi punya dedikasi tinggi terhadap dunia SNP pada hewan.
Ke depannya, Mutasem ingin terus aktif dalam dunia penelitian. Ia berharap bisa menerbitkan lebih banyak jurnal akademik atas temuan ilmiahnya.
“Saya akan terus terlibat dalam penelitian yang relevan dengan bidang saya, mencari peluang baik di dunia akademis maupun industri,” pungkasnya.
(cyu/twu)