Jakarta –
Kuliah kedokteran pada umumnya memang menyita banyak biaya. Selain itu, perlu ketekunan dan mental yang kuat untuk bisa menuntaskannya.
Meski sempat merasa terbatas karena orang tua hanya petani jagung, perempuan satu ini bisa mewujudkan kuliah dan lulus dari jurusan tersebut. Ia adalah Susilawati, mahasiswa yang baru saja diwisuda dari Fakultas Kedokteran UM Surabaya.
Pada momen wisudanya tersebut, Susi menceritakan perjuangan sang ayah dalam membiayai kuliahnya. Menurutnya, perjuangan sang ayah sangat besar untuknya mengingat profesinya sebagai petani jagung bahkan sempat bekerja sebagai tukang becak.
Pinjam Sana-sini untuk Biayai Kuliah
Sebelum kuliah kedokteran, Susi mengambil D3 farmasi di sebuah kampus di Yogyakarta. Saat itu, kedua orang tuanya tak cukup punya dana untuk membiayai kuliah Susi ke fakultas kedokteran.
“Waktu itu sebenarnya bapak dan saya inginnya kuliah dokter, tapi uangnya belum cukup, akhirnya saya mengambil kuliah farmasi. Alhamdulillah saya kuliah farmasi hingga lulus,” kata Susi.
Beberapa waktu setelah Susi lulus D3, kedua orang tuanya punya rezeki dari panen jagung. Akhirnya Susi mendaftar ke UM Surabaya dan mengambil jurusan S1 Pendidikan Dokter.
Selama menjalani kuliah kedokteran, Susi mengaku beberapa kali terkendala biaya. Ayah Susi pun harus meminjam uang ke sana-sini.
“Jadi kalau belum panen biasanya pinjam dulu. Nanti pas waktu panen baru dibayar sama bapak,”kata Susi dilansir dari laman UM Surabaya, Senin (2/9/2024).
Selain dipinjami oleh teman ayahnya, Susi juga merasa beruntung karena ada potongan biaya kuliah cukup besar yang ditawarkan pihak kampus. Dengan begitu, Susi bisa tetap meneruskan perkuliahan.
“Dulu saat Covid-19 UM Surabaya juga memberikan potongan Rp 14 juta. Alhamdulillah itu sangat meringankan bapak dan ibu,” kata Susi.
Susi juga mengaku bahwa biaya kuliahnya di UM Surabaya baru lunas pada Agustus 2024 ini. Kedua orang tua Susi akhirnya bisa menghela napas karena tuntas membiayainya.
Jadi Sarjana Pertama di Keluarga
Di keluarganya, Susi adalah sarjana pertama. Sementara sang adik, kini masih menempuh kuliah di jurusan radiologi.
Kegigihan Susi menempuh kuliah kedokteran tentunya punya sebab. Susi tinggal di Dusun Mungguk Desa Tirtanadi Kecamatan Labuhan Haji, Lotim Nusa Tenggara Barat (NTB). Di sana, ia melihat akses ke rumah sakit dan klinik masih sangat terbatas.
“Dulu ketika masih kecil saya kasihan kalau melihat orang berobat. Sejak saat itu saya ingin menjadi dokter agar bisa membantu warga sini,”ujar Susi.
Susi sangat bersyukur karena mimpi baiknya sangat didukung ayah dan ibu. Keduanya sangat bekerja keras dalam bekerja untuk memastikan Susi bisa menjadi seorang dokter.
“Saya tahu perjuangan bapak sulit, cita-cita bapak sangat mulia, maka saya tidak ingin mengecewakan. Saya akan memberikan yang terbaik,” ungkapnya.
Setelah Susi jadi dokter, ia berencana akan pulang ke desanya. Besar harapan ia bisa membangun klinik kesehatan dan membantu warga setempat yang sakit.
“Mohon doanya semoga bisa menjadi dokter yang amanah. Dokter yang profesional dan bermanfaat bagi banyak orang,” pungkasnya.
(cyu/nwy)