Jakarta –
Apakah bisa menempuh pendidikan sampai S2 secara gratis? Jawabannya bisa. Setidaknya ini dibuktikan melalui pengalaman Alfin Dwi Novemyanto, yang berhasil menempuh pendidikan tinggi sampai jenjang S2 secara gratis dengan jalur beasiswa.
Alfin, sapannya, telah menempuh jenjang sekolah menengah secara gratis dengan bantuan pemerintah. Kemudian dengan prestasinya, ia berhasil lanjut kuliah di Universitas Terbuka (UT) melalui jalur beasiswa Bidikmisi dan lulus pada 2022 dengan predikat cum laude.
Kini, pada 2024, ia telah tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kemenkeu.
Lantas bagaimana Alfin bisa mendapatkan beasiswa tersebut?
Ibu Bekerja sebagai Pemulung, Alfin Menjemput Mimpi dan Untung
Saat ditemui detikEdu pada Rabu (4/9/2024) di gedung Fakultas Hukum (FH) UGM, Alfin menceritakan perjalanannya mengejar mimpi di bidang pendidikan. Ia mengaku memiliki motivasi yang kuat dan semangat untuk bisa mengubah nasib melalui pendidikan.
Sejak remaja, Alfin tinggal bersama ibunya yang menjadi orang tua tunggal dan dua saudaranya. Ibu Alfin, Warsiti, bekerja sebagai pemulung.
Sehari-hari, Warsiti memungut sampah sejak pukul 1 dini hari hingga pagi hari. Bahkan tak jarang, kadang harus bekerja lagi hingga siang sampai sore.
“Beliau kerjanya tukang rosok, dari jam 1 pagi (dini hari) sampai jam 7, beliau nyari sampah-sampah itu. Selalu kerja tanpa henti, (bahkan) sampai sore, kadang sampai malam,” kata Alfin.
Belum lagi, Alfin dan keluarganya sempat tinggal di sebuah indekos ukuran 2×3 meter. Karena barang rosok ibu Alfin yang menumpuk, mereka juga kerap terusir dari kos.
Akhirnya, mereka tinggal terpisah. Alfin dan kedua saudaranya menyewa kos, sedangkan ibunya mendirikan gubuk di pinggir rel untuk menampung sampah-sampah dan tempat tidur bagi dirinya.
Dengan kondisi seperti ini, Alfin tetap memegang mimpinya. Ia bahkan tetap belajar dengan giat, meski mimpinya sempat diremehkan oleh tetangganya sewaktu dirinya masih SMA.
“Pada saat itu, (pernah) pas di desa aku sedang megang brosur kuliah, terus tetanggaku bilang ‘emang kamu bisa kuliah?’, dia kayak gitu,” ceritanya.
“Jadi pas ada brosur tak pegang, dia bilang ‘Emang kamu mau kuliah? Emang kamu punya apa?’ Gitu. Aku sebagai (seorang) anak yang masih SMA ya sakit banget rasanya digituin,” imbuh Alfin.
Meski begitu, ia tetap teguh untuk terus bermimpi bisa menempuh sampai ke pendidikan tinggi.
Kuliah S1-S2 Gratis dengan Beasiswa
Setahun setelah lulus dari SMAN Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, Alfin yang awalnya bekerja, direkomendasikan oleh sekolahnya untuk mendaftar kuliah di Universitas Terbuka (UT) kampus Surakarta.
Pada 2018, akhirnya ia mendaftar ke UT dengan bekal nilai rapor dan prestasi semasa SMA seperti juara lomba cerdas cermat, juara olimpiade astronomi, hingga juara olimpiade penelitian siswa Indonesia.
Ia mendaftar melalui jalur beasiswa Bidikmisi dari Kemendikbud dan diterima di jurusan ilmu hukum.
Selama kuliah di UT, Alfin berhasil menorehkan berbagai prestasi, di antaranya:
– Juara 1 Poster Competition yang diselenggarakan Politeknik STMI Jakarta (2019)
– Juara 1 Poster Umum dalam acara Pekan Orientasi Ilmiah Fisika XXII Plus 2019
– Juara 1 Lomba Essay oleh Ukmi Bumi Bengawan tahun 2019
– Juara 1 Lomba Poster Kartini’s Day oleh Himpunan Mahasiswa Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2020
– Juara 3 National Business Plan Competition oleh Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret 2021
– Finalis PIMNAS 2021
– Juara 1 Lomba Business Plan ENIGMA Universitas Islam Indonesia tahun 2022, dst.
Alfin Saat Juara Lomba Kisah Inspiratif Mas di Universitas Riau Tahun 2022 Foto: Doc. Alfin Dwi Novemyanto
|
Dengan bekal prestasi dan semangatnya, ia tak hanya berhenti dengan gelar sarjana. Pada 2023, akhirnya ia memberanikan diri mendaftar beasiswa LPDP.
Hasilnya, ia kemudian lolos dan kini tercatat sebagai mahasiswa baru pascasarjana di FH UGM.
Rahasia Alfin Dalam Meraih Impiannya
Alfin mengaku, dalam menghadapi hidup, ia memiliki prinsip dan tujuan penting. Salah satunya, bagaimana tetap fokus dan menghadapi kesulitan dengan baik.
1. Memiliki Prinsip Tiga Cara Hidup Bahagia
Alfin mengatakan, ia memiliki prinsip yang membuatnya kuat ketika menghadapi hal sulit yang ditemui.
“Aku itu punya prinsip tiga cara hidup bahagia, ada SIB, Sabar Ikhlas Bersyukur, udah itu aja. Ketika aku diremehkan, ketika aku dijatuhkan, aku hanya bisa itu saja. Jadi aku ketika dapat semua musibah, menjalani takdirku, aku selalu sabar aja, ikhlas, dan bersyukur,” tutur pria kelahiran 23 November 1998 itu.
“Karena kalau kita nggak bersabar dan bersyukur, akan menjadi hamba yang kufur, yang nggak menikmati. Aku percaya bahwa kunci sukses itu cuman satu, berbuat baik. Jadi aku harus melandaskan aku harus berbuat baik meski ada yang jahat sama aku,” imbuhnya.
2. Sangat Menghormati Ibu
Alfin Dwi Novemyanto dan Ibunya, saat perayaan wisuda di Universitas Terbuka pada 2022 Foto: Doc. Alfin Dwi Novemyanto
|
Bagi Alfin, keluarga adalah rumah, dan rumah adalah segalanya. Maka dari itu, ia sangat menghormati jerih payah ibunya dan ingin membahagiakan keluarganya dengan cara ia sendiri.
“Jadi beliau hampir jarang istirahat. Jadi aku sangat menghormati dan respect banget sama ibuku. Selalu kerja tanpa henti, (bahkan) sampai sore, kadang sampai malam. Aku pengen lebih membahagiakan mereka aja sih. Keluarga adalah rumah terbaik,” ungkapnya.
“Aku cuman pengen ngucapin terima kasih, udah memberikan yang terbaik buat anak-anaknya. Karena mungkin kalau nggak ada ibu aku juga nggak ada motivasi hidup. Kalau nggak ada ibu gatau aku harus pulang ke mana. Kalau nggak ada ibu gatau harus jadi apa,” lanjut Alfin.
3. Berani Menghadapi Kegagalan dan Bangkit dengan Semangat
Selama menghadapi berbagai proses, Alfin mengaku memiliki mental yang tetap semangat meski kegagalan menemuinya. Ia telah menilai bahwa kegagalan adalah bagian dari keberhasilan, maka dari itu, ia akan terus semangat meski gagal.
“Jadi berhasil itu bukan sesuatu yang kita capai, tapi ketika kita gagal itu dah berhasil. Dalam artian berhasil mengalahkan (sesuatu dalam) diri kita. Ketika aku gagal satu, ya harus semangat lagi. Ketika gagal, semangat bangkit lagi. Karena ketika punya tujuan dan prinsip hidup, kita bakal lebih semangat,” paparnya.
Mahasiswa S2 UGM kelahiran Sragen tersebut juga menanamkan kalimat berharga yang membuat dirinya tetap semangat menjalani pendidikan.
“Ada kalimat yang membuat aku semangat, ‘Tuntutlah ilmu di saat kamu miskin, ia akan menjadi hartamu dan di saat kamu kaya, ia akan menjadi perhiasanmu’. Di situ aku percaya bahwa “Education is the most power weapon which you can use to change world. Jadi pendidikan adalah senjata paling tajam yang bisa mengubah dunia. Aku percaya dengan adanya hal tersebut,” ujar Alfin.
4. Terus Bermimpi
Sejak kecil, Alfin mengaku memiliki berbagai impian. Mulai jadi guru hingga jadi arsitek. Namun, meski tidak atau belum tercapai impian itu, ia masih tetap selalu memiliki mimpi.
“(Ingin jadi) guru, dulu pengennya guru matematika. Kalau SMA jadi pengen arsitek, karena suka hitung-hitungan dan menggambar visual,” kisahnya.
Kini, ia mengaku mulai mantap ingin menjadi dosen atau pengajar di bidang hukum agar bisa membagikan pengalaman dan ilmunya kepada banyak orang.
Baginya, tidak ada mimpi yang terlalu tinggi untuk dicapai, yang hanya ada niat terlalu rendah untuk melangkah.
“Kamu tidak perlu hebat untuk memulai tapi kamu perlu memulai untuk menjadi hebat. Teman-teman harus semangat. Kita harus memberikan yang terbaik bukan menjadi yang terbaik,” tutur Alfin.
“Pada intinya harus semangat, harus punya motivasi hidup sebagai senjata untuk melawan kemustahilan. Aku percaya bahwa ketika kita memuliakan yang di bumi, insyaallah akan dimuliakan yang di Langit,” pungkasnya.
(faz/nwk)