Jakarta –
Bagi sebagian orang, membiayai kuliah adalah tanggung jawab orang tua. Namun, tak sedikit juga mahasiswa yang harus mencari pendapatan sendiri agar bisa menempuhnya.
Seperti yang dilakoni oleh Imelda Sriyati Ledi. Gadis asal Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini baru bisa kuliah setelah dirinya mendapatkan penghasilan sendiri.
Kepiawaiannya dalam menenun membuatnya mampu menghasilkan produk kain tenun. Lalu, ia menjualnya agar memperoleh uang untuk tabungan pendidikan.
Perjuangan Belajar Menenun
Bakat Imelda dalam menenun tidak muncul begitu saja. Untuk mengasahnya, Imelda harus mengikuti program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun dan Kriya tahun 2021 lalu.
Perjuangannya menuju tempat kursus ternyata tak mudah. Ia harus menempuh jarak puluhan kilometer menggunakan angkot agar bisa ikut les.
“Selain itu, dulu saya baru belajar menenun di PKW. Sangat sulit dan menantang. Tapi, akhirnya saya terbiasa,” ungkap Imelda dilansir dari laman Vokasi Kemendikbudristek, Minggu (8/9/2024).
Selama kursus, Imelda mendapat pengetahuan baru seputar warna, corak, hingga cara memadukanya dalam kain tenun. Setelah ikut kursus, kemampuan Imelda dalam menenun semakin baik.
Alhasil, ia ditunjuk untuk memamerkan karyanya di Pameran Kriyanusa 2024. Ia tidak menyangka bisa terbang ke Jakarta untuk memamerkan hasil tangannya.
“Ini pertama kalinya saya ke Jakarta dan saya tidak menyangka bahwa selain bisa jadi perajin dan melanjutkan kuliah, saya juga ikut pameran ini,” ungkap Imelda.
Biayai Kuliah dari Hasil Menenun
Setelah satu tahun Imelda menekuni seni tenun, akhirnya ia bisa mengumpulkan tabungan untuk kuliah. Awalnya ia membuat kain tenun pendek dengan harga jual Rp 300 ribu.
Kemudian kemampuannya meningkat sehingga bisa membuat kain tenun panjang dengan harga Rp 1,5 juta. Pada 2022, Imelda membulatkan tekadnya untuk daftar kuliah.
Walau bakatnya di bidang tenun, tapi ia mengambil jurusan kuliah ilmu komputer. Selain menjadi pengrajin, Imelda juga berharap bisa jadi seseorang yang handal di bidang teknologi.
“Puji syukur bahwa keahlian menenun bisa membawa saya ke salah satu universitas di Kabupaten Sumba Barat,” ujar Imelda.
Imelda mengatakan kecintaannya dalam menenun adalah wujud bahwa dirinya ingin melestarikan kain tenun khas Sumba Barat. Saat ini, ia adalah satu-satunya gadis yang rajin memproduksi kain tenun.
“Di Kecamatan Loli memang saya sendiri yang masih rutin menerima orderan menenun,” ungkap Imelda.
Biasanya Imelda menjual kain tenunnya ke Sentra Manada Kabupaten Sumba Barat. Di sana, karyanya tak cuma dibeli oleh penduduk lokal tapi juga mancanegara.
Bahkan, karya tenun buatan Imelda pun kerap dipromosikan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Sumba Barat. Imelda bersyukur berkat dedikasinya dalam menenun bisa menjadi jalan mengubah hidupnya.
(cyu/nwy)