Jakarta –
Bermula dari nongkrong di bengkel dan konsistensi belajar otomotif, Zaid kini memiliki bengkel sendiri dengan omzet 3 kali upah minimum kabupaten/kota (UMK).
Awalnya gara-gara nongkrong di bengkel, Zaid tertarik dengan bidang otomotif. Ini mengantarnya menempuh pendidikan vokasi, mulai dari sekolah di SMK hingga kursus di lembaga kursus dan pelatihan (LKP).
Sebelumnya, Zaid menempuh pendidikan formal di SMKN 1 Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Riau program keahlian teknik bisnis sepeda motor (TBSM). Dia menambah kecakapannya melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) di LKP Riau Cipta Mekanik (RCM), Pekanbaru, Riau.
“Saya dari SMK langsung kursus, karena pengen punya bengkel sendiri tapi belum ada modal. Untungnya ada program PKW yang gratis,” kata Zaid melalui keterangan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dikutip Senin (16/9/2024).
Dapat Modal Usaha dari Program PKW
Zaid mengaku pendidikan vokasi dapat memfasilitasi minat dan bakatnya di bidang otomotif. Dia berkesempatan untuk berhadapan langsung dengan pelanggan melalui project based learning (PBL) saat kursus.
“Di LKP RCM, kami peserta didik diharuskan untuk membuka servis dan ganti oli ke masyarakat. Dari situ, melatih keterampilan teknis sekaligus pelayanan juga. Jadi, pas buka usaha nggak kaget lagi,” ujarnya.
Tiga bulan mengikuti PKW adalah pengalaman berharga bagi Zaid. Dia pun membuka rintisan usaha bengkel di pelataran rumahnya di Pelalawan. Modal sejumlah peralatan yang lengkap dari program PKW membuatnya mudah dalam membuka usaha.
“Enak, tinggal buka usaha saja. Saya dapat kompresor, gerinda, berbagai kunci, sparepart, pokoknya lengkap,” jelasnya.
Zaid telah membuka bengkelnya sendiri sejak 2023. Berawal dari 1-2 motor per hari, dia kini sudah bisa melakukan servis ringan 8-10 motor per hari. Dia bahkan telah memiliki pelanggan tetap.
Omzet 3 Kali Lipat dari UMK
Saat awal merintis, omzet Zaid hanya sekitar Rp 1-2 juta saja. Namun, beberapa bulan belakangan omzetnya menyentuh Rp 10 juta, tiga kali lebih besar daripada UMK Pelalawan.
“Alhamdulillah, saya tidak pernah menyangka bisa sampai di tahap ini. Dulu, bengkel hanya tempat saya nongkrong, sekarang sudah jadi sumber penghasilan utama bagi saya,” ungkapnya.
“Banyak yang bilang pendidikan vokasi itu pilihannya terbatas, tapi sebenarnya justru di sana kita bisa belajar keterampilan yang langsung bisa diterapkan di dunia kerja,” imbuh Zaid.
Dari usaha bengkelnya ini, dia sudah dapat meningkatkan perekonomian keluarga. Dia pun telah membuktikan kepada kedua orang tuanya, bahwa dari bengkel mampu mendapatkan pundi-pundi rupiah.
Zaid berharap kisahnya dapat menginspirasi anak muda lainnya, khususnya yang masih ragu mengambil jalur vokasi.
“Kunci sukses itu bukan seberapa cepat kita berhasil, tapi seberapa tekun kita mengejar apa yang kita cintai,” pungkasnya.
(nah/nwk)