Jakarta –
Peneliti di Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mohammad Ridwan Utina baru saja lulus sebagai wisudawan tertua di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Ridwan lulus jenjang magister dalam usia 61 tahun 11 bulan. Meski menjadi wisudawan tertua, Ridwan lulus dengan predikat cum laude dengan IPK 3,97.
Ridwan memiliki ketertarikan dalam bidang hidrodinamika kapal dan bangunan apung. Menurutnya, hidrodinamika adalah sesuatu yang menarik untuk diteliti.
Persepsi itulah yang membawanya melanjutkan pendidikan S2 Teknik Sistem Perkapalan ITS melalui Program Degree by Research (DBR) BRIN.
Kunci Meraih IPK Hampir Sempurna
Ridwan mengungkap beberapa poin penting yang membuatnya meraih IPK hampir sempurna.
Rupanya, Ridwan sudah mempersiapkan diri sejak mendaftar program S2. Kesiapan ini adalah dalam bentuk topik penelitian yang kemudian dikembangkan dalam penyusunan tesis dan publikasi pada jurnal terindeks Scopus.
Kedua, Ridwan menyebut pentingnya motivasi diri terhadap hasil perkuliahannya ini. Dia menjelaskan motivasi diri dapat membangkitkan semangat dan dorongan untuk terus belajar dan disiplin selama kuliah.
Menurutnya, IPK yang dia dapat dan waktu lulus tiga semester juga merupakan motivasi internal untuk menjaga momentum keberhasilannya.
Kemudian, Ridwan menyebut manajemen waktu juga patut jadi pertimbangan. Waktu untuk kuliah, bekerja, dan berkumpul dengan keluarga menurutnya perlu dicari benang merahnya.
“Jangan sampai salah satu dari ketiga tanggung jawab ini terabaikan,” ujarnya, dikutip dari ITS pada Senin (23/9/2024).
Penelitian yang mengantarkan Ridwan meraih IPK hampir sempurna bertajuk Analisa Pengurangan Tahanan Total pada Kapal Patroli Berbentuk Lambung Axe Bow dengan Metode CFD dan Uji Mode”.
Tesis tersebut memaparkan bagaimana bentuk lambung axe bow memengaruhi tahanan kapal yang disebabkan gelombang. Penelitian tersebut telah diterapkan pada kapal patroli yang memegang peran strategis menjaga keamanan perairan Nusantara.
Lantas, diketahui fakta bahwa bentuk lambung kapal jenis tersebut mampu mengurangi tahanan total kapal sebesar 10-12 persen pada kapal patroli dibanding bentuk lambung konvensional. Pengurangan tahanan total kapal itu dinilai amat menguntungkan karena mengurangi power machine, sehingga lebih hemat bahan bakar.
Ridwan menuturkan, dia tidak menyangka kembali ke dunia pendidikan untuk belajar bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan. Meski tentunya di usianya itu ada kekhawatiran soal kendala selama menempuh studi.
“Namun, Alhamdulillah dengan niat dan tekad yang kuat dapat dilalui dengan lancar,” ujarnya.
(nah/nwy)