Jakarta –
Meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4,00 menjadi suatu hal yang membanggakan. Begitu pula yang dirasakan Al Afik, wisudawan terbaik program S3 Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (Unair).
Prestasi luar biasa ini diraih Afik panggilan akrabnya saat aktif sebagai pegiat kemanusiaan. Da adalah seorang dosen dan pegiat kemanusiaan yang turun langsung sebagai relawan baik di kejadian dalam dan luar negeri.
Setiap rangkaian masa studinya tak bisa terlepas dari perannya sebagai relawan kemanusiaan. Masa studinya berjalan dengan pandemi COVID-19 yang membuatnya juga mendapat tugas kemanusiaan.
“Saya mendapat tugas sebagai komandan Incident Command System Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (ICS – UMY), lanjut juga sebagai Ketua Kampus Sehat sampai sekarang,” katanya dikutip dari laman Unair, Rabu (2/10/2024).
Pernah Jadi Relawan Gaza
Tak berhenti disitu, Afik bahkan pernah menjadi relawan di Gaza Palestina hingga bencana gempa di Maroko pada September 2023 lalu. Bahkan ketika akan menyelesaikan program doktornya, ia tengah mengemban tanggung jawab sebagai petugas haji di Makkah.
Sehingga proses pengujian disertasi tidak terjadi secara langsung. Ia dijadwalkan untuk ujian disertasi secara daring pukul 3 pagi waktu Makkah.
“Sehingga saat itu saya jam 3 pagi ujiannya saat jaga malam di Makkah, Arab Saudi,” tutur Afiq.
Menjadi Pakar di Bidang Keperawatan
Perannya sebagai relawan selaras dengan bidang studi yang diambil Afik. Menurutnya program doktor di Unair terancang untuk memberikan pendalaman ilmu yang sangat spesifik.
Di program yang ia ambil, pengembangan ilmiah melalui penelitian dan inovasi dijelaskan secara terarah. Sehingga lulusan yang menempuh studi dipastikan akan menjadi pakar di bidangnya.
“Fakultas Keperawatan UNAIR sangat membantu dalam pengembangan ilmiah melalui research dan inovasi yang terarah bagi kami. Kurikulum tersusun untuk memastikan lulusan menjadi pakar di bidang keperawatan,” jelas Afik.
Dengan berhasil mencapai IPK 4,0, Afik memiliki rencana untuk terus berkarier menjadi dosen. Ia juga memiliki keinginan untuk memajukan bidang kesehatan baik melalui organisasi atau politik.
Membagikan ilmunya, menjadi langkah yang dipilih Afik untuk mengungkapkan rasa syukur. Karena baginya kehidupan akan semakin bermakna bila kita terus berbagai manfaat bagi orang lain.
Ia berpesan agar mahasiswa lain untuk tak menyia-nyiakan kesempatan untuk berkuliah. Karena pendidikan tinggi adalah anugerah yang belum tentu dirasakan orang lain.
“Menempuh pendidikan tinggi itu sebuah anugerah yang tidak semua orang dapat mendapatkannya, maka nikmati dengan semangat untuk menyelesaikannya dengan hasil yang optimal,” tutupnya.
(det/faz)