Jakarta –
Pemakaian generative artificial intelligence (AI) oleh mahasiswa dan dosen tidak bisa dihindarkan. Mempertimbangkan fenomena tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) merilis buku Panduan Penggunaan Generative Artificial Intelligence (GenAI) pada Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Jumat (11/10/2024).
Berdasarkan studi pada kampus-kampus luar negeri, tugas-tugas yang dibuat mahasiswa dari copy-paste jawaban generative AI juga tidak mudah terdeteksi oleh dosen. Sejumlah bentuk tugas seperti esai, take-home test, dan jawaban isian tidak lagi cukup akurat untuk mengevaluasi pemahaman mahasiswa akan konsep yang dipelajari.
Pembelajaran Berbasis Pengalaman
Merespons tantangan ini, Ketua Pelaksana Pusat Kampus Merdeka Drs Gugup Kismono MBA PhD mengatakan pembelajaran berbasis pengalaman dalam hal ini menjadi konsep yang perlu dikembangkan dosen dalam memastikan bekal pemahaman dan skill mahasiswa sebelum lulus dari bangku pendidikan tinggi.
Dengan begitu, kendati banyak tugas dapat ditangani artificial intelligence, mahasiswa tetap dapat belajar melalui experiential learning. Contohnya seperti konsep program-program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Konsep pembelajaran berbasis pengalaman menurut Gugup juga memungkinkan mahasiswa dengan keterbatasan ekonomi yang tidak dapat mengakses tools generative AI berbayar untuk belajar dengan cara lain di tugas dan proyek studi independen, magang, tugas berwirausaha, dan lain-lain.
“Latar belakang mahasiswa peserta (MBKM) malahan cukup banyak porsi dari mahasiswa yang secara ekonomi kurang mampu sehingga program ini, terutama magang, bisa membantu mereka meningkat, meloncat, yang kita sebut pergerakan vertikal, yang signifikan dibandingkan dengan yang tidak ikut program MBKM. Hampir 60 persen mahasiswa yang ikut program ini kebanyakan mahasiswa yang kurang mampu,” ucapnya pada peluncuran buku panduan GenAI di kampus dan buku Merdeka Belajar Kampus Merdeka di Gedung A Kemendikbudristek.
Penerapan konsep pembelajaran berbasis pengalaman ini dengan demikian menurut Gugup turut menjawab tantangan generative AI di kampus dan kesejahteraan mahasiswa.
Contoh Bentuk Tugas Mahasiswa oleh Dosen
Berdasarkan panduan resmi Kemendikbudristek, berikut contoh tugas yang dapat diberikan dosen pada mahasiswa agar tetap paham pelajaran;
1. Penilaian Autentik
Dalam penilaian autentik, dosen meminta mahasiswa memberikan sejumlah solusi atas suatu masalah, penilaian dapat dilakukan bersama praktisi industri. Contohnya:
- Project-based learning: Dosen menilai pemahaman mahasiswa berdasarkan proses dan produk akhir proyek yang berfokus pada keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
- Video assesment: Dosen menilai pemahaman mahasiswa berdasarkan hasil karya, kreativitas, dan substansi. Mahasiswa berkesempatan untuk lebih serius mengerjakan tugas, lebih teliti, dan mendapat tanggapan dari audiens yang lebih dari dosen dan teman.
- Published assesment: Tugas ini seperti video, tapi dalam bentuk cetak.
2. Penilaian Personal
Dalam penilaian personal, dosen memperhatikan portofolio bukti proses belajar mahasiswanya. Tugas podcast dan rekaman presentasi bernarasi juga bisa bernilai lebih daripada tugas tertulis. Contoh lainnya:
- Self-reflection: Mahasiswa diminta mengidentifikasi hasil belajar, kesulitannya, dan cara meningkatkan hasil belajarnya, sehingga lebih kritis atas proses belajarnya sendiri.
- Penilaian langsung: Sidang atau presentasi lisan mahasiswa bersama rekan dan dosen sambil diuji pemahamannya.
Berdasarkan panduan GenAI, dosen diminta fokus pada proses belajar mahasiswa ketimbang hasil. Sedangkan pada ujian, mahasiswa diawasi dengan tenaga manusia maupun perangkat lunak untuk memastikan integritas dan gambaran akurat kemampuannya.
(twu/pal)