Jakarta –
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamen Dikti Saintek) Prof Stella Christie PhD menuturkan pengalamannya pernah pindah jurusan setelah kuliah tiga tahun di Harvard University, Amerika Serikat. Ia semula mengambil jurusan ilmu ekonomi, lalu pindah ke psikologi.
“Waktu kuliah di Harvard, saya major-nya (jurusan) Economics sampai tahun ketiga, dan setelah tahun ketiga itu saya berubah,” kisahnya dalam siaran Mengenal Wamen Stella Christie Lebih Dekat dalam kanal YouTube CNN Indonesia, dikutip Jumat (25/10/2024).
Menjadi Ilmuwan
Keputusannya untuk pindah jurusan menurut Stella tidak lepas dari prosesnya menemukan minat diri. Saat itu, ia mendapati dirinya lebih berminat pada pertanyaan-pertanyaan di bidang kognitif. Stella mencontohkan, ia salah satunya mempertanyakan bagaimana anak-anak mengenal objek tanpa diberitahu.
Berangkat dari situ, ia pun terpantik untuk menjadi ilmuwan.
“Ilmuwan itu seorang yang bertanya dan ingin menemukan jawaban-jawaban. Jadi kebetulan waktu itu saya ada pertanyaan-pertanyaan yang jauh lebih menarik daripada pertanyaan (saya soal) ekonomi pada saat itu. Jadi saya pindah haluan,” tuturnya.
Stella menuturkan, lulusan TK-SMP Santa Ursula Jakarta ini semasa kecil tidak terpikir untuk jadi ilmuwan. Saat menginjak SMA, alumnus International Baccalaureate (IB) di Norwegia ini terpapar teman-teman dan pacar yang kelak menjadi suaminya selalu tertarik untuk menjadi ilmuwan.
“Jadi saya tertarik, (kayak) apa sih itu ilmuwan,” tuturnya.
Mempertahankan Beasiswa
Agar dapat lanjut kuliah dengan mulus, mahasiswa S1 Harvard 1999-2004 tersebut harus pandai mempertahankan beasiswa pendidikan tinggi yang telah ia dapatkan. Di samping menekuni perkuliahan, ia juga harus membagi waktu dengan kerja sebagai petugas kebersihan.
“Orang tua saya berkecukupan, tapi sangat tidak cukup untuk membiayai saya sekolah di Harvard. Jadi saya bekerja, bahkan sebagai janitor. Saya membersihkan WC,” ucapnya.
Pada 2004, ia lulus dari Harvard University sebagai Sarjana Psikologi dengan predikat Magna Cum Laude with Highest Honor. Ia pun menekuni pendidikan S2 dan S3 Cognitive Psychology di Northwestern University.
Pada 2010-2012, Stella menjadi peneliti pascadoktoral di University of British Columbia (UBC), Amerika Serikat. Pada 2012-2016, ia menjadi guru besar di Swarthmore College, Amerika Serikat.
Pada 2015-2016, ia menjadi peneliti tamu di Stanford University. Sejak 2018, Stella pun menjadi guru besar Tsinghua University, China. Di sana, ia juga menjadi Ketua Riset Laboratorium Otak dan Kecerdasan Tsinghua.
Berangkat dari pertanyaan-pertanyaannya, Stella meneliti cara kerja pikiran manusia, hewan, dan kecerdasan buatan (AI).
(twu/nwk)