Jakarta –
Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI), Nasaruddin Umar, singgung masalah transformasi berbagai perguruan tinggi agama di Indonesia. Dalam hal ini, termasuk Institut Agama Kristen Negeri (IAKN).
Meski kuat dalam pembelajaran agama, lembaga pendidikan keagamaan juga harus bisa mempelajari sesuatu yang universal. Menurutnya, layak bila lembaga-lembaga tersebut diangkat menjadi universitas, tidak hanya institut atau sekolah tinggi.
“Tidak bisa yang sifatnya universal diwadahi hanya yang sifatnya lokal, bisa tumpah itu. Jadi universalitas itu hanya cocok oleh universitas, bukan institute, bukan sekolah tinggi,” kata Menag dikutip dari laman resmi Kementerian Agama RI, Sabtu (9/11/2024).
Untuk itu, ia akan berusaha agar lembaga pendidikan yang masih bersifat institut atau sekolah tinggi bisa berubah dan bertransformasi menjadi universitas. Sehingga keilmuan yang diajarkan bisa lebih luas lagi.
“Nanti kita bantu agar perguruan tinggi agama itu benar-benar terwadahi oleh universitas, agar lebih tepat,” jelasnya.
Mahasiswa Keagamaan Harus Punya Berbagai Sumber Keilmuan
Permintaan agar perguruan tinggi keagamaan bisa bertransformasi disampaikan Umar dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema “Transformasi Lembaga Menuju Indonesia Emas” yang digelar Institut Agama Kristen Negeri (IAKN), Jumat (8/11/2024) lalu.
Sebagai kampus keagamaan, Menag berharap IAKN bisa mengkolaborasikan dua keilmuan, yakni logos dan divine knowledge.
Logos berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian, logika, hingga deduksi-deduksi akal. Sementara divine knowledge lebih berkaitan dengan ilmu agama.
“Kalau divine knowledge itu masuk, merasuk ke dalam batin setiap orang Itu dahsyat dan inilah yang sering digunakan oleh para orang-orang di IAKN ini Bapak-bapak kita, leluhur kita Para alim ulama, para pendeta,” ucapnya.
Kolaborasi dua keilmuan ini dapat menciptakan akademisi yang memiliki ethos baik dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.
Tidak hanya itu, Umar juga mengajak agar mahasiswa kampus keagamaan seperti IAKN harus mencari sumber keilmuan lain. Sehingga tidak hanya dari sumber bacaan saja.
“Alangkah miskinnya seorang mahasiswa kalau hanya memperkuat dirinya hanya single helix of metodologi. Hanya the only one way, all to understand, melalui buku, baca buku, belajar, penelitian, Youtube, dan seterusnya,” ucap Umar.
Sumber lain yang dimaksudnya adalah belajar secara langsung melalui alam. Karena alam adalah ayat-ayat Tuhan yang bisa dipelajari.
“Mahasiswa juga harus mampu belajar dari guru yang bukan orang, atau bisa disebut dengan impersonal teachers atau impersonal lecturers (yaitu alam). Alam merupakan ayat-ayat Tuhan yang bisa dipelajari,” tambahnya.
Berbagai hal ini adalah pekerjaan rumah (PR) bagi institusi keagamaan pendidikan tinggi masa kini. Bila pendekatan agama bisa dielaborasi dengan keilmuan dengan baik, Umar yakin hal ini bisa menjadi solusi bagi tantangan kehidupan manusia.
(det/faz)