Jakarta –
Jusuf Kalla Library, perpustakaan yang sedang hypes di kalangan anak-anak muda Jabodetabek, viral di sosial media. Bagaimana kesannya menjelajahi perpustakaan milik Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) itu seharian?
detikEdu mencoba menjelajahi museum ini beberapa waktu lalu. Perpustakaan ini terbilang baru dan fresh, kampusnya yang masuk Proyek Strategis Nasional (PSN) saja baru diresmikan tahun 2022 lalu.
detikEdu sendiri pernah ke perpustakaan ini pada September 2023 lalu, saat papan nama Jusuf Kalla Library belum disematkan. Kala itu, dalam kunjungan singkat, perpustakaan masih sangat sepi, tempat koleksi buku-buku masih banyak yang kosong belum terisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepekan lalu, setelah viral, detikEdu berkunjung kembali. Kali ini mencobai atmosfer dalam perpustakaan ini sambil bekerja alias work from anywhere (WFA).
Jam menunjukkan pukul 12.00 WIB lewat. Ada segerombolan anak-anak berseragam putih abu-abu, di parkiran motor hingga di lobinya. Ada sekelompok anak usia SD yang sedang membaca di area baca anak, yang terlihat transparan dari ruangan kaca di lantai 2 jika ditengok dari area parkiran. Cukup ramai dan hiruk pikuk untuk ukuran perpustakaan. Papan visitor elektronik menunjukkan angka 500-an saat detikEdu datang.
Masuk ke lobi, detikEdu bertanya ke meja front officenya, seorang petugas laki-laki dan perempuan tampak berjaga melayani tamu-tamu perpustakaan yang datang. Petugas perempuan, menyampaikan harus mendaftarkan nama dan email dulu di dua komputer yang tersedia di depan meja yang dijaga petugas laki-laki.
Tak lama, selembar kertas print berukuran 10×5 cm berisi nama wifi plus passwordnya yang unik akan diberikan pada pengunjung. Tak perlu mendaftar jadi member tetap ternyata, cukup mendaftar untuk sekali kedatangan.
Beralih lagi ke petugas perempuan, untuk membayar Rp 10 ribu, tarif yang berlaku seharian sampai perpustakaan tutup. Setelah membayar, kemudian detikEdu mendapat lanyard visitor, kunci loker.
“Silakan ambil tas bening di situ ya, barang-barang ditaruh di loker dan bawa seperlunya saja. Musala ada di lantai 6, tapi naiknya dari tangga darurat dari lantai 3, karena liftnya sedang nggak bisa dipakai. Kalau mau makan, Kakak cari ruangan kaca di belakang lift di setiap lantai, nggak bisa di ruangan bacanya,” tutur petugas perempuan itu.
detikEdu lalu mengambil tote bag bening, dan menuju ke ruangan loker yang cukup luas. Mencari nomor loker yang tertera di kunci loker, mentransfer barang-barang seperlunya untuk WFA dari tas ke tote bag bening. Terdengar suara anak-anak SD cukup riuh, dan ditegur oleh pengelola melalui pengeras suara.
“Tolong adik-adiknya dikondisikan ya, buat yang mendampingi, jangan terlalu ramai, karena suaranya sampai ke lantai atas. Kakak-kakak yang di atas sedang belajar,” demikian pengumuman disampaikan.
Fasilitas Jusuf Kalla Library
Perpustakaan ini terdiri dari 8 lantai dengan beragam fasilitas. Petunjuk tiap lantai dipasang di titik strategis agar pengunjung tahu dia berada di lantai berapa dengan fasilitas apa saja.
Berhubung lift lagi nggak bisa dipakai dan mesti lewat tangga darurat, jadi eksplorasi berhenti sampai lantai 3 saja. Sepertinya area ini paling ramai karena terdapat Great Reading Hall, ruangan yang didominasi warna putih, pilar-pilar tinggi dengan langit-langit kaca, menjulang sampai ke lantai 8. Ada meja-meja panjang dan kursi-kursi di tengah-tengahnya.
Tampak beberapa mahasiswa khusyuk membaca, ada yang membuka laptop, ada yang memasang earphone/headphone sambil melakukan aktivitas itu. Colokan listrik terlihat di setiap meja.
Ada juga ruangan Working Space, berupa ruangan-ruangan kubikel berisi sofa-sofa oranye berhadap-hadapan, dengan colokan-colokan listrik. Fasilitas ini paling ramai dan paling penuh.
Ada juga ruangan di tangga yang dipenuhi bean bag, sehingga bisa baca atau ngetik dengan posisi leyeh-leyeh yang nggak terlalu kaku. detikEdu memilih ruangan kaca di belakang lift, biar bisa WFA sambil makan-minum.
Meskipun ruangan ini selalu dilewati lalu lalang pengunjung untuk makan, suasana cukup nyaman, tenang. Apalagi saat itu di luar lagi hujan, pemandangan dari kaca membuat suasana cukup sendu. Cukup khusyuk hingga tak terasa sudah jam 19.00 WIB, detikEdu memutuskan untuk pulang. Angka monitor visitor saat itu menunjukkan 754 pengunjung.
“Sekarang pengunjungnya sih stabil di angka 500-an ya reratanya,” tutur Ketua Komite Perpustakaan Pusat UIII M Rifqi Muna, PhD saat berbincang dengan detikEdu di kampus UIII, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, ditulis Senin (2/12/2024).
Sebagai kampus PSN dengan status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) khusus pascasarjana, Rifqi mengatakan membuka Jusuf Kalla Library untuk umum adalah kontribusi kampus ini untuk menyebarkan dan meningkatkan literasi di kalangan masyarakat, khususnya ke anak-anak muda agar gemar membaca dan ke perpustakaan.
“Dulu sedikit pengunjungnya, begitu viral ya sampai 500-an per hari. Bahkan ada yang dari Bogor dan dari mana-mana di Jabodetabek ini. Tarif Rp 10 ribu itu ya untuk macam-macam sih, bayar Satpam, penjaga dan sebagainya,” tutur Rifqi.
Perpustakaan ini buka dari Senin sampai Jumat dari jam 09.00 sampai 21.00 WIB. Rifqi mengatakan akan membuka perpustakaan hingga akhir pekan pada 2025, agar keluarga-keluarga di Jabodetabek yang tak sempat ke perpustakaan di hari kerja, bisa memenuhinya di akhir pekan.
(nwk/pal)