Jakarta –
Nama Mundakir kini menghiasi jabatan tertinggi atau rektor di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya. Namun, jauh sebelum terpilih sebagai rektor, Mundakir punya cerita masa kecil yang mengharukan.
Mundakir dibesarkan oleh keluarga dengan sang ayah yang merupakan buruh serabutan. Ia besar dari hasil jerih payah Tardji, ayahnya yang bekerja serabutan di sawah.
Tempuh Perjalanan 2 Km untuk Sekolah
Saat kecil, Mundakir setiap hari harus menempuh jarak 2 km berjalan menuju sekolahnya. Di saat anak lain pergi menggunakan sepeda, ia harus berjalan karena tak belum sanggup membelinya.
“Dari kecil memang saya suka belajar. Dulu kecil sekolah harus jalan kaki 2km karena tidak punya sepeda. Usai pulang sekolah ya bantu bapak-bapak di sawah,” kata Mundakir, sebagaimana dikutip dari laman UM Surabaya, Senin (9/12/2024).
Meski sehari-hari terasa berat, tetapi prinsip Mundakir adalah selalu mendahulukan pendidikan. Menurut kakaknya, Tarmining, Mundakir kecil sangat senang membaca buku.
Saat harus masuk MTs Negeri 1 Lamongan, Mundakir membiayai sekolahnya lewat pinjaman. Meski demikian, sang ayah selalu berusaha membayar hutangnya tepat waktu.
Untuk memperbaiki ekonominya, Mundakir sekeluarga pernah pergi ke Sumatera untuk mencoba peruntungan. Akan tetapi, dikarenakan tak betah mereka kembali ke Jawa.
Sempat Kerja di Pabrik-Tukang Cukur
Prestasi Mundakir semakin terlihat saat ia masuk SMA Muhammadiyah 1 Babat. Ia selalu masuk peringkat lima besar dan mewakili sekolahnya dalam lomba cerdas cermat.
Setelah lulus SMA, Mundakir kemudian bekerja untuk memenuhi kecukupannya. Ia pernah bekerja di pabrik hingga sebagai tukang cukur.
“Setelah lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Babat saya berhenti 2 tahun dan merantau ke Surabaya, saya bekerja di proyek rel kereta api. Pernah juga kerja di pabrik kayu, kemudian menjadi tukang potong rambut di salon,” kata Mundakir.
Setelah dua tahun bekerja di orang lain, Mundakir pulang ke desa dan membantu sang ayah menjadi tengkulak semangka. Usaha tersebut lancar dan menjadikan ekonomi Mundakir dan keluarga membaik.
Mundakir juga bisa membeli sapi yang kemudian hasil ternaknya bisa membiayai kuliah. Mundakir mengambil D3 Keperawatan UM Surabaya. Lalu melanjutkan S1 ke Universitas Airlangga (Unair).
Pada 2004, ia mengambil profesi Ners Unair. Setelah itu, karier Mundakir adalah dosen di UM Surabaya.
Selama jadi dosen, ia juga melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Indonesia (UI) dan S3 di Unair. Kini Mundakir menikan dengan Nuzul Qur’aniati dan dikaruniai dua orang anak yakni Zafran dan Abyan.
Pada 2024, Mundakir dilantik sebagai Rektor UM Surabaya periode 2024-2028. Sebelum menjadi rektor, ia pernah menjadi Sekretaris Program Studi (Sekprodi) S1 Keperawatan, Kaprodi S1 Keperawatan, Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, dan Wakil Rektor IV UM Surabaya.
(cyu/faz)