Jakarta –
Stroke adalah penyakit yang bisa menyebabkan disabilitas pada pasien. Contohnya kehilangan kemampuan gerak di beberapa bagian tubuhnya seperti tangan dan kaki.
Dalam mempermudah aktivitas pasien stroke atau sejenisnya, tim penelitian hibah matching fund vokasi program studi Rekayasa Mekatronika Fakultas Vokasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengembangkan inovasi kursi roda yang bisa digerakkan oleh sensor otak.
“Kami mau membantu para pasien stroke karena kemampuan motoriknya tak memungkinkan, semoga mobilitas mereka terbantu,” kata salah satu penggagas yang juga dosen Fakultas Vokasi kampus tersebut, Derajat dalam acara Vokasi Berinovasi di Gedung D Kemendiktisaintek, Senin (16/12/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kursi roda ini diberi nama Mind Wheels. Kursi roda mengintegrasikan komponen teknologi seperti mind whip, NPU 6050, sensor ultrasonik, GPS dan internet of things IoT.
Fitur-fitur Mind Wheels
Dengan teknologi elektroensefalografi (EEG), kursi roda bisa mendeteksi aktivitas otak. Mind whip dirancang untuk mengidentifikasi pola pikir pengguna melalui pengukuran sinyal otak yang kemudian diolah menjadi atensi atau tingkat ketenangan pengguna.
Kemudian, sensor ultrasonik digunakan untuk menghindari rintangan dan mengukur jarak dari objek sekitar kursi roda. Penambahan sensor ini penting untuk memastikan keselamatan pengguna dan mencegah tabrakan atau cedera.
Integrasi GPS pada aplikasi untuk memberikan informasi tentang lokasi kursi roda dan track lintasan. Selain itu, GPS juga akan menjadi sumber informasi jarak tempuh atau navigasi pengguna.
“Kami dapat dana dan produk prototipenya kursi roda yang bisa menggunakan sensor otak lewat teknologi EEG,” kata Derajat.
Cara Kerja Kursi Roda
Sistem kerja dari kursi roda ini ada dua. Pertama memakai sensor otak lewat pendeteksian tingkat kefokusan dan ketenangan. Kedua, memakai stick pengendali bagi pasien yang tangannya masih berfungsi.
“Lalu, dari tingkat kefokusan dan ketenangannya tadi diteruskan ke sensor untuk memperlancar jalannya. Misalnya kalau pengguna fokus ke depan sambil agak nunduk sedikit dia bisa maju,” jelas Owen, salah satu mahasiswa yang terlibat dalam proyek.
Adapun untuk memberikan sinyal belok, pengguna bisa berpikir sesuai dengan arah belok yang diinginkan. Arah tersebut bisa ke kanan, kiri, depan, hingga belakang.
“Beloknya tuh kita harus berpikir agak ke kiri, agak miring dikit. Nah nanti dia bisa gerak,” tambah Owen.
Derajat dan tim saat ini tengah membidik mitra untuk memperbanyak produk ini. Ia berharap proses komersialisasinya bisa segera dilakukan agar sampai ke masyarakat.
Untuk harga satuannya bisa mencapai Rp 15-20 juta. Produk ini siap dikomersialisasikan oleh mitra. Nanti kami menggandeng mitra lalu selanjutnya diserahkan ke mitra untuk melanjutkan tahap yang sudah kami awali
Derajat menegaskan kursi roda ini bukan alat terapi untuk menyembuhkan pasien stroke, tetapi sebagai alternatif alat bantu penderita stroke untuk melakukan aktivitas dan mobilitas mereka sehari-hari.
Manfaat dari inovasi ini yakni untuk meningkatkan kemandirian. Kursi roda ini akan memberikan pasien yang lumpuh kemandirian dalam menjalankan mobilitas mereka.
(cyu/pal)