Jakarta –
Kembali ke kampung halaman di Prabumulih, Sumatra Selatan, Sari Erni Agustina membuka kursus pada 2010 silam. Tempat kursus ini menyediakan pendidikan menjahit hingga tata busana.
Pada 2019, tempat kursusnya menjadi Lembaga Pendidikan dan Keterampilan (LPK) Sari. LPK ini dibuka gratis untuk anak muda usia 18-25 tahun lewat Pendidikan Kecakapan Kerja (PPK). Bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), program ini terdiri dari rangkaian pelatihan, sertifikasi, dan dan penempatan kerja.
Sari menuturkan, tahap penempatan kerja dimungkinkan lewat kemitraan dengan pihak dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja (dudika). Para siswa PKK pun berkesempatan menjalani rangkaian pemagangan, penempatan kerja, dan pendampingan dari instruktur industri.
Salah satu dudika mitra LPK Sari yakni PT Sansan Saudaratex Jaya, peraih penghargaan Direktorat Kursus dan Pelatihan, DItjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek 2024 kategori Dunia Kerja yang Paling Banyak Menyerap Lulusan. Lembaga ini juga sempat bermitra dengan Sritex, Sai Apparel Industries, dan Ungaran Sari Garmen.
Peluang untuk Anak Putus Sekolah
Berangkat dari program PKK tersebut, anak putus sekolah bisa belajar menjahit di LPK Sari. Syaratnya, mereka tidak sedang bekerja, dan diutamakan yang tidak mampu secara ekonomi.
“Nggak harus KTP Prabumulih, ya. Silakan datang kalau memang bersedia,” tuturnya pada detikEdu dalam acara Gelar Hasil Karya 2024 Peserta Didik Kursus dan Pelatihan di Gedung A Kemdikbud, Jakarta, Selasa (17/12/2024).
Peserta pendidikan PKK kemudian diajarkan pada tingkat 2, yakni di tingkat asisten pembuat pakaian. Para peserta belajar teknik menjahit yang baik dan benar di tahap ini untuk dapat menjadi operator atau asisten penjahit.
“Fokus menjahit, nggak bikin pola, nggak cutting,” ucapnya.
Di luar PKK, program LPK Sari lainnya memungkinkan peserta pendidikan untuk berwirausaha atau bekerja lewat tahap penempatan. Mereka dibekali sertifikat pendidikan usai merampungkan program.
“Jadi untuk berwirausaha juga ada bimbingannya untuk mereka bisa berwirausaha,” terang Sari.
Menavigasi Wirausaha
Sari sendiri mengantongi sertifikat dasar menjahit di kelas 3 SMP. Melihat usaha jahit orang tuanya, Sari kecil tergerak untuk menjalani pendidikan nonformal menjahit di tempat kursus dan belajar otodidak sejak kecil. Kebiasaan ini terbawa hingga dewasa.
“Terakhir saya magang di Esmod, dua tahun lalu” ucap Sari.
Pindah dari Depok, Jawa Barat pada 2010 ke Prabumulih membuatnya berhenti kerja. Saat itulah gagasan membuat lembaga pendidikan dan keterampilan. Tempat kursus jahit pertamanya di Prabumulih berlokasi di garasi rumahnya.
“Alhamdulillah sekarang sudah ada tempatnya,” tuturnya.
Sari bercerita, kesukaannya mempelajari dan mengajar di bidang tata busana berawal dari kesenangan melihat gaun cantik. Mendapati baju yang ia beli tak sesuai ekspektasi, keinginan untuk mampu membuatnya sendiri makin membuat ia semangat belajar.
“Tujuan awalnya itu, ya. Ke sini-sininya alhamdulillah berkembang dan bisa bermanfaat buat orang lain,” ucapnya.
Ia mengamini perkembangan fashion yang sangat dinamis memaksa dunia pendidikan dan pelatihan tata busana harus terus mengikuti zaman. Termasuk juga sarana-prasarananya.
Dihadapkan pada tantangan tersebut, Sari coba tetap mengedepankan gagasan dan inovasi untuknya dan LPK-nya. Salah satunya lewat karya busana zero waste dan pemanfaatan serat alam dari serat nanas.
“Selama kita pelatihan banyak banget perca, hasil potong-potong itu karena kita bingung mau dimanfaatkan buat apa. Paling dibuat kebantal atau dan sebagainya gitu kan. Kesini-sininya kita pas pelatihan di Esmod juga kepikiran, bagaimana kalau setiap pelatihan itu ada beberapa potong baju itu kita buat yang zero waste gitu, jadi kita meminimal percah atau sisa-sisa bahannya,” ucapnya.
Sementara itu, pemanfaatan kain serat nanas berangkat dari komoditas kenamaan Prabumulih sendiri yang juga nanas. Tak hanya serat, nanas pun juga dimanfaatkan untuk mewarnai kain seperti pada jumputan.
“Jadi buah nanas itu kita kupas itu jadi pewarna nanasnya. Untuk serat daunnya itu kita jadiin kayak tenunan gitu,” ucapnya.
“Saya pengen bisa ramah lingkungan, terus bisa memperkenalkan produk Prabumulih juga,” sambungnya.
Karya siswa LKP Sari dapat disaksikan pada fashion show Senin-Rabu, 23-25 Desember 2024 mendatang di Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) Tata Busana, Matraman, Jakarta Timur.
(twu/pal)