Jakarta –
Perkenalkan ini Alfian Andhika Yudhistira, mahasiswa tunanetra pertama Universitas Airlangga (Unair) yang berhasil lulus program magister (S2) Kebijakan Publik. Alfian baru saja resmi diwisuda pada Minggu (24/12/2024) lalu di Airlangga Convention Center (ACC), Kampus MERR-C, Jawa Timur.
Keberhasilan Alfian menjadi bukti bila tekad yang kuat untuk menimba ilmu bisa mengalahkan keterbatasan. Menjadi sosok yang sangat menginspirasi, Alfian juga diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan dalam prosesi wisudanya.
Dalam sambutannya, ia mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantunya menyelesaikan studi. Ia merasa bahagia karena diperlakukan baik oleh lingkungan Unair dan teman-temannya selama berkuliah.
“Meskipun saya tunanetra pertama, saya merasa diperlakukan baik sekali di Unair selama saya berkuliah. Saya jarang mendapat pendamping dari luar kelas karena teman-teman sekelas saya sudah bisa menjadi pendamping,” tuturnya dikutip dari rilis resmi Unair, Selasa (24/12/2024).
Satu-satunya Tunanetra di Keluarga
Bukan hanya jadi wisudawan tunanetra pertama Unair, Alfian dengan bangga mengungkap dirinya adalah satu-satunya tunanetra di keluarga yang berhasil lulus S2. Gelar ini didapatkannya usai berhasil melewati lika-liku panjang kehidupan.
Ibu Alfian memiliki profesi ibu rumah tangga dan sang ayah bekerja sebagai tukang tambal ban. Meski begitu, banyaknya keterbatasan tak membunuh semangatnya untuk meraih ilmu setinggi mungkin.
“Saya tunanetra satu-satunya di keluarga. Saya anak keempat, tapi yang pertama S2. Ibu saya ibu rumah tangga dan bapak saya tukang tambal ban, tetapi saya bangga menjadi bagian dari mereka,” ujar Alfian.
Ingin Berkontribusi Bagi Indonesia
Unair menjadi bagian yang tak terlepaskan dalam perjalanan studi pendidikan tinggi Alfian. Karena ia juga menyelesaikan S1 program studi Antropologi di Unair.
Melalui bidang ilmu yang ia pelajari, Alfian berharap bisa memberikan kontribusi untuk negara dan menjadikan Indonesia lebih inklusif. Ia juga aktif menyebarkan isu tentang disabilitas di media sosial.
Dengan usaha ini, Alfian berharap bisa meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kelompok berkebutuhan khusus. Baginya, disabilitas juga harus bisa bahagia seperti kelompok normal.
“Yang saya lakukan saat ini adalah bagaimana saya menularkan isu-isu disabilitas melalui sosial media dan itu harus dilakukan dengan bahagia. Disabilitas itu harus bahagia,” ungkapnya.
Di penghujung sambutannya, Alfian mengajak wisudawan untuk bisa berkontribusi bagi negara. Tak apa-apa bila dilakukan dengan cara berbeda, asalkan memiliki tujuan yang sama.
“Semoga kita bersama-sama menjadi insan yang excellent with morality dan bisa berkontribusi pada negara dengan apa yang kita miliki,” tutup Alfian.
(det/nwk)