Jakarta –
Berawal dari kekhawatiran terhadap proses pemeriksaan gula darah yang invasif, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bernama Rafly Zaka Rulloh dan tim mengembangkan alat deteksi gula non-invasif bernama Instrument Glucose Non-Invasive (Insgluni).
Menurut Rafly, proses pemeriksaan gula darah secara konvensional menggunakan jarum suntik menimbulkan rasa sakit dan membawa risiko infeksi.
“Metode konvensional turut menyumbang limbah medis berupa jarum suntik dan strip uji,” ujarnya.
Untuk itulah Rafly menggagas Insgluni yang bekerja tanpa proses pengambilan darah. Alat ini dinilai lebih aman, nyaman, dan ramah lingkungan.
Tak Cuma untuk Penderita Diabetes
Alat ini menurut Rafly tidak hanya bermanfaat untuk pengidap diabetes, melainkan juga membantu dalam pemeriksaan dini pada individu yang peduli kesehatan.
“Insgluni juga dapat digunakan pada instansi kesehatan seperti rumah sakit, klinik, dan puskesmas,” imbuhnya, dikutip dari laman resmi ITS pada Selasa (7/1/2025).
Ia dan teman-teman yang terdiri dari Yeti Mirasani, Muhammad Zidane Abri, Rafly Zaka Rulloh, Rahadiyan Rachmadi, dan Yus Putri Arum Seger ini berhasil membawa Insgluni pada tingkat 7 dalam Tingkatan Kesiapan Teknologi (TKT).
“Pada tingkat ini, Insgluni telah mencapai bentuk prototipe yang matang dan telah diuji massal pada skala lingkungan yang kecil,” ungkap Rafly.
Cara Kerja Insgluni
Alat yang dikembangkan Rafly dan tim berbentuk kubus dan memanfaatkan cahaya nir infrared sebagai pemantik detektor gula darah. Rafly memaparkan cahaya nir infrared yang ditembakkan akan menabrak jari di tempat pengujian yang disediakan.
Bilah cahaya yang melewati jari kemudian ditangkap sensor optik photodioda dengan panjang gelombang 940 nanometer. Kemudian sistem yang sudah dilatih akan menyaring, mengolah, dan mengonversi noise cahaya jadi sebuah nilai dengan satuan gula darah miligram per desiliter.
Dengan uji coba yang panjang, Insgluni terbukti mampu menghasilkan tingkat akurasi deteksi kadar gula darah mencapai 87 persen.
“Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan alat serupa yang beredar di pasaran,” ucap Rafly.
Alat yang diciptakan Rafly dan kawan-kawannya ini turut dilengkapi aplikasi berbasis android yang bisa dihubungkan dengan jaringan wifi. Aplikasi tersebut akan menerima dan menampung rekaman data pengujian kadar gula darah dan memberikan informasi kesehatan pengguna. Sehingga pengguna dapat memantau dan mengontrol kadar gula darah dengan rutin.
Sabet Juara 1 PKM-KI
Berkat inovasi tersebut, Rafly dan tim berhasil menyabet juara pertama kategori Program Kreativitas Mahasiswa Karya Inovatif (PKM-KI) subkategori Presentasi pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2024.
Rafly menyebut ingin mengembangkan Insgluni lebih lanjut dan memperoleh izin komersialisasi. Dia berharap manfaat alat ini dapat dirasakan masyarakat luas.
“Dengan keamanan, kemudahan, dan kenyamanan yang dibawa, Insgluni dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,” katanya.
(nah/nwy)