Jakarta –
Dapat menempuh pendidikan dengan waktu singkat adalah kebanggaan bagi seorang mahasiswa. Itulah yang belakangan ini dirasakan oleh Muhammad Ruswandi Djalal.
Ia baru saja lulus dari Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada Senin (6/1/2025). Ruswandi lulus doktor dengan masa studi 2,5 tahun. Ia berpredikat cumlaude dan kini bergelar Dr Muhammad Ruswandi Djalal SST MT.
Di samping itu, selama masa studi Ruswandi telah banyak melakukan penelitian. Hingga kini tercatat dirinya telah membuat 29 publikasi ilmiah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdedikasi terhadap Sistem Tenaga Listrik di Sulsel
Ruswandi adalah sosok yang ingin mengembangkan kemajuan sistem tenaga listrik di di Sulawesi Selatan. Ia telah melakukan beberapa penelitian terkait permasalahan tenaga listrik.
Salah satu risetnya pernah meneliti dampak dari integrasi pembangkit energi baru terbarukan. Objek yang ia teliti adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Sidrap dan Jeneponto, Sulawesi Selatan.
“PLTB ini menghasilkan output listrik yang tidak stabil dan fluktuatif, sehingga mengganggu kestabilan pasokan listrik di wilayah tersebut,” katanya dilansir dari laman ITS, Senin (13/1/2025).
Dalam mencari solusi masalah sistem tenaga listrik di Sulsel, Ruswandi mengembangkan teknik pengontrolan optimal. Ia menggunakan metode Multi Band Power System Stabilizer (MBPSS).
Teknik tersebut bertujuan untuk menstabilkan pasokan listrik. Utamanya bagi sistem listrik di Sulsel.
“Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan keandalan sistem tenaga listrik di Sulbagsel,” katanya.
Hasil penelitian Ruswandi sudah tersebar di berbagai jurnal seperti Quartile 1 (Q1) Scopus, Quartile 2 (Q2), dan Quartile 3 (Q3). Beberapa lagi terbit di Sinta 4 dan Sinta 5.
Tantangan Selama Kuliah dan Penelitian
Selain itu, Ruswandi juga punya H-indeks 20 yang tercatat di Google Scholar. H-indeks sendiri merupakan parameter yang menilai produktivitas dan dampak dari publikasi ilmiah periset.
Dampak dari penelitiannya juga diakui secara global. Adapun angka 20 tersebut menunjukkan bahwa Ruswandi sudah punya 20 penelitian yang dikutip minimal 20 kali.
Meski sudah punya banyak karya ilmiah, Ruswandi mengaku selalu bertemu tantangan di setiap riset. Namun, beruntungnya ia masuk ke grup riset Power System Operation and Control (PSOC) yang bernaung di bawah Power System Simulation Laboratory (PSSL) ITS.
Dalam grup riset tersebut, Ruswandi selalu mendapatkan bimbingan dari Prof Dr Ir Imam Robandi MT. Tak hanya itu, Ruswandi jua mendapatkan pendanaan riset yang memadai.
“Atmosfer akademik yang kondusif di ITS mendukung produktivitas riset,” ungkapnya.
Ke depannya, Ruswandi akan melakukan kolaborasi riset dengan penelitian dari kampus luar negeri yakni Tottori University, Osaka University, dan University of Bologna.
“Hal ini dapat terjadi berkat jalinan kerja sama yang telah dibangun oleh Prof Imam Robandi,” tuturnya.
Ia berpesan kepada mahasiswa lain agar punya motivasi untuk melanjutkan pendidikan. Saat ini diperlukan lebih banyak anak muda yang mau berkontribusi dalam pengembangan riset dan pengetahuan.
“Belajarlah tanpa henti untuk terus memperbarui pengetahuan,” tuturnya.
(cyu/nwy)