Jakarta –
Jadi dokter pertama yang lulus dari suku Amungme, Papua Tengah menjadi suatu kebanggaan tak ternilai bagi Sephia Chrisilla Jangkup. Sephia panggilan akrabnya, baru saja menyelesaikan studi dan pendidikan profesinya di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Kristen Indonesia (UKI).
Bukan mahasiswa biasa, Sephia menyelesaikan studi menggunakan program beasiswa pendidikan PT Freeport Indonesia (PTFI). Ia memiliki mimpi besar untuk bisa kembali dan berkontribusi di tanah Papua.
Direktur dan Executive Vice President Sustainable Development PTFI Claus Wamafma memberikan apresiasi dengan pencapaian Sephia. Menurutnya ini adalah prestasi membanggakan dan bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda di Papua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sephia adalah contoh nyata bagaimana dukungan pendidikan dapat mengubah hidup individu dan komunitas,” katanya.
Wujudkan Mimpi Jadi Dokter
Dalam ceritanya, Sephia menjelaskan sudah memiliki motivasi kuat untuk menjadi dokter sejak kecil. Ia ingin melayani masyarakat di kampung halamannya, Aroanop distrik Tembagapura, Mimika, Papua Tengah.
Dengan impian ini, ia mencoba memaksimalkan beasiswa PTFI yang disalurkan melalui Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK). Sephia juga mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak yang membantunya mencapai impian masa kecil.
“Sejak kecil saya sudah berpegang teguh bahwa saya harus menjadi dokter di kemudian hari,” kata Sephia dikutip dari rilis di laman PTFI, Kamis (16/1/2025).
“Saya berterima kasih kepada PT Freeport Indonesia, YPMAK, Yayasan Binterbusih, atas dukungan beasiswa ini. Impian masa kecil saya untuk menjadi dokter terwujud,” imbuhnya.
Kerja Sama PTFI dan YPMAK
Diketahui Sephia adalah salah satu dari ribuan penerima beasiswa pendidikan dari PTFI. Dana beasiswa ini dikelola oleh YPMAK untuk masyarakat asli Papua yang berasal dari Suku Amungme, Suku Kamoro, dan masyarakat asli Papua lainnya.
Total beasiswa aktif PTFI melalui YPMAK pada akhir 2024 mencapai 4.059 siswa. Mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
YPMAK berdiri untuk mendukung pemerintah mewujudkan kehidupan masyarakat yang sehat, berpendidikan dan bersaing dalam sistem ekonomi modern. Meski begitu, mereka tetap melestarikan sumber daya alam, budaya, dan warisan masyarakat asli Papua sesuai kearifan lokal.
Selain beasiswa, YPMAK juga memiliki program dalam bidang pendidikan. Yaitu melakukan pengelolaan enam asrama untuk anak-anak Papua dengan total 1.695 siswa di 2024.
Menjadi bagian PTFI dan YPMAK, Sephia berpesan agar adik-adik penerima beasiswa lain untuk terus semangat menyelesaikan pendidikan. Jika sudah, ia mengajak untuk kembali dan membangun Mimika.
“Semangat dan harus mempergunakan kesempatan beasiswa PTFI sebaik-baiknya untuk menyelesaikan pendidikan dan kembali membangun Mimika,” pungkasnya.
Sekilas Tentang Suku Amungme
Suku Amungme merupakan salah satu suku yang dimiliki Indonesia. Suku ini tinggal di tengah Kota Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Ketua Lembaga Masyarakat Adat Suku Amungme (Lemasa) Manuel John Magal, menjelaskan sukunya merupakan salah satu suku asli di Kabupaten Mimika. Ada dua suku asli di daerah Mimika yakni Amungme dan Kamoro.
Mengutip Antara, kehidupan sehari-hari dan kebudayaan masyarakat adat suku Amungme sangat unik. Dari seni tari, nyanyian, pakaian tradisional rok rumbai dan koteka, bahasa Uhundani dengan dialeknya dan makanan dari sagu.
Masyarakat Amungme sangat suka bernyanyi di mana setiap kalimatnya menggambarkan keindahan alam ciptaan Tuhan. Nyanyian ini juga sangat mengagungkan sang pencipta.
Nama Amungme berasal dari kata ‘amung’ yang berarti utama dan ‘mee’ yang artinya manusia. Jadi, Amungme berarti manusia utama.
Meski begitu, suku ini dikenal memiliki ikatan kuat dengan gunung. Sehingga, di sana gunung dan sekitarnya merupakan tempat suci yang diyakini di dalamnya hidup roh dari leluhur dan harus dijaga.
Seni juga menjadi hal yang sangat erat dengan kehidupan masyarakat adat suku Amungme. Mereka memiliki tarian khas bernama tup dan Waisak dan juga noken (tas khas Papua) yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat.
Noken dalam bahasa lokal Amungme bernama ‘wi’. Dalam kehidupan sehari-hari Suku Amungme menggunakan noken untuk membawa hasil bumi sehingga dilambangkan sebagai simbol ekonomi.
Suku Amungme jadi salah satu kekayaan ragam budaya yang dimiliki Kabupaten Mimika dan Indonesia. Manuel berharap agar budaya ini bisa dilestarikan sehingga bisa menciptakan rumah bersama.
“Mari bersama-sama kita lestarikan budaya yang ada di Kabupaten Mimika baik dari Suku Amungme, Kamoro maupun lima suku kekerabatan lainnya, sehingga tercipta Mimika rumah kita bersama,” pungkas Manuel John Magal.
(det/pal)