Jakarta –
Ahsan Muzri, saat menjalani perkuliahan jenjang S1 di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Makassar (UNM), memperoleh Beasiswa Djarum Plus selama setahun. Pria asal Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan ini pada tahun yang sama juga mengikuti Program Permata Sakti, yakni program pertukaran mahasiswa yang merupakan bagian dari Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kemendikbudristek.
“Saat itu, karena dalam suasana Covid-19, saya mengikuti perkuliahan online di tiga kampus, yakni Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Jambi, dan Universitas Pendidikan Indonesia, selama satu semester,” kata Ahsan dikutip dari Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kemendikbudristek, Jumat (17/1/2025).
Usai mengikuti Program Permata Sakti, Ahsan kembali berhasil mengikuti salah satu Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), yakni Kampus Mengajar Angkatan 1 pada tahun 2021. Pada program itu, Ahsan mengajar di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Sidrap. Saat wisuda kelulusan S1 pada 2022, Ahsan terpilih sebagai lulusan terbaik 3 di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris.
Usai lulus S1, kelahiran 5 April 1999 ini melanjutkan pendidikan jenjang S2 melalui Beasiswa Unggulan Kemendikbudristek dan lulus dan 2024. Tak puas di jenjang S2, masih pada 2024, anak bungsu dari dua bersaudara itu kembali memperoleh Beasiswa Unggulan jenjang S3. Di ketiga jenjang pendidikan tinggi itu, Ahsan konsentrasi di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.
Relawan Pendidikan
Ahsan menilai, keberhasilannya sebagai awardee di berbagai beasiswa dan program Kemendikbudristek itu tak lepas dari kontribusinya dalam pendidikan, terutama di pelosok dan pedalaman. Salah satunya sebagai relawan di komunitas Sikola Inspirasi Alam (SIA) sejak 2019, sebuah komunitas pendidikan yang berdiri pada 2016. SIA bergerak di pelosok-pelosok daerah, terutama daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) untuk memotivasi siswa-siswi di sekolah dasar, SMP, dan SMA agar tetap melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Sasaran utamanya adalah anak-anak putus sekolah dan siswa aktif yang berada di kelas jauh.
“Di pelosok, mindset orang tua masih berpikir, bahwa sekolah itu mahal, harus bayar banyak, nah, ini yang kita coba untuk berikan motivasi bahwa pemerintah sebenarnya hadir loh untuk membantu siswa di pelosok melalui Program Indonesia Pintar (PIP) dan saat kuliah ada KIP Kuliah,” kata Ahsan.
Baru setahun menjadi relawan, Ahsan dipercaya menjadi pelaksana tugas Kepala SIA dan pada 2024 didapuk sebagai Kepala SIA. Ahsan mengutarakan, SIA fokus di pelosok dan pedalaman di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan karena prihatin dengan tingginya angka putus sekolah serta minimnya ruang kelas dan tenaga pendidik.
“Di pelosok itu keterbatasan, guru itu sangat minim, gurunya cuma ada dua dan ruangan kelasnya cuma satu. Saat ini kita fokus di Dusun Borongbulo, Desa Paranglompoa, Kecamatan Bontolempangan, Kabupaten Gowa,” tuturnya.
SIA bekerja sama dengan pihak sekolah yang jadi sasaran untuk memberi pelajaran dan memotivasi para siswa supaya tetap melanjutkan sekolahnya ke jenjang berikutnya. SIA mengajak dan menggerakkan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Makassar untuk menjadi relawan. Kegiatan berlangsung biasanya saat libur semester. Pembiayaan atas kegiatan itu dilakukan secara mandiri, yakni dari saku masing-masing relawan.
“Kita memberangkatkan relawan itu biasanya empat kali dalam satu tahun dan para relawan berada di pelosok sekitar satu minggu,” lanjutnya.
Tak hanya mengajar dan memotivasi siswa, SIA juga kerap menggalang donasi dari pemerintah, perorangan, atau perusahaan melalui CSR untuk melengkapi sarana-dan prasarana di sekolah yang masih minim. Bahkan, di salah satu dusun di Sidrap yang kebetulan belum teraliri listrik, SIA bekerja sama dengan Pemda dan PLN sehingga berhasil mengalirkan listrik di dusun tersebut.
Tak sekadar di SIA, pada 2018, Ahsan bersama Rahmad Ahmad, seorang guru bahasa Inggris di SMAN 2 Sidrap, mendirikan komunitas Padi Menguning Study Club. Mereka juga membentuk Kampoeng Inggris Pabbaresseng di Sidrap, sebuah komunitas pembelajaran bahasa Inggris dengan sasaran utama lagi-lagi anak-anak di pedalaman dan di pelosok daerah di Sidrap.
“Saat diterima di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UNM tahun 2018, saya, bersama Rahmad Ahmad berinisiatif mendirikan Kampoeng Inggris Pabbaresseng, bekerja sama dengan pemda setempat dan PLN,” ujarnya.
Jalan Menuju Karier
Dikatakan Ahsan, motivasinya menjadi relawan di pelosok muncul ketika kuliah di Makassar. Ahsan merasakan adanya kesenjangan antara mahasiswa dari kampung dengan mahasiswa yang berasal dari Makassar atau kota-kota besar lainnya.
“Sangat jauh kesenjangannya. Jadi itu motivasi besar saya, bahwa kita harus berbagi informasi ke adik-adik yang ada di pelosok. Kehadiran kami sebagai relawan itu mungkin bisa memberikan sedikit pembangkitan, khususnya untuk adik-adik di pelosok,” jelasnya.
Ahsan tidak memungkiri, komitmennya dalam menempuh pendidikan di jenjang S1, S2, dan S3 di prodi Pendidikan Bahasa Inggris dan kegiatannya sebagai relawan di beberapa komunitas, selain merupakan kontribusinya bagi negara yang sudah membiayai pendidikannya melalui beasiswa, juga langkah menuju karier, yakni dosen.
“Saat ini juga, di sela-sela kegiatan sebagai relawan, saya juga menjadi pengajar Bahasa Inggris di Kampung Pare Kediri secara online,” kata dia.
Ahsan juga mengakui, komitmennya sebagai relawan yang mengajar di pelosok serta cita-citanya menjadi dosen tak lepas dari pengaruh profesi keluarganya. Ayahnya merupakan guru Bahasa Inggris dan ibunya guru agama, sementara kakaknya juga seorang guru Bahasa Inggris.
Di ujung perbincangan, Ahsan mengajak para pemuda dan mahasiswa untuk bersama-sama berkontribusi terbaik untuk negara.
“Kita berikan kontribusi kepada negara. Walaupun itu kecil, namun dari kontribusi itu, bisa mengantarkan kita untuk menjadi seorang awardee beasiswa, dan meraih pendidikan setinggi-tingginya. Percayalah pemerintah akan hadir ketika kita punya niat baik untuk melanjutkan pendidikan,” demikian Ahsan.
(nwy/twu)