Jakarta –
Upah Minimum Kota (UMK) di Sukabumi pada 2025 mencapai Rp3.018.634,94. Namun, angka ini masih sangat jauh dari jumlah gaji guru honorer yang ada di Sukabumi.
Gaji guru honorer yang dimaksud adalah milik Empan Supandi. Dia adalah guru honorer di MTs Thoriqul Hidayah, Desa Bojongtipar, Kec. Jampang Tengah, Kab. Sukabumi.
Selama mengajar, ia harus menempuh perjalanan 3 jam sejauh 12 kilometer setiap harinya untuk ke sekolah. Per bulannya, ia hanya mendapatkan gaji Rp200 ribu per bulan, angka yang sangat jauh dari UMK Sukabumi.
Semua jerih payahnya, ia lakukan karena bertekad ingin mengajar, terutama ke anak-anak di Bojongtipar.
“Saya ingin berjuang demi bangsa dan negara,” ucap Empan kepada detikJabar, dikutip Senin (20/1/2025).
Mengajar Tiga Mata Pelajaran hingga Jualan Sayur
Apa yang dilakukan Empan bukan semata-mata kepasrahan, melainkan ia hanya fokus dengan apa yang dilakukannya sebagai pengajar. Meski kondisi ekonominya sulit, ia hanya tetap ingin mengajar.
Pada musim hujan, bahkan ia sering kali melalui jalan berbatu dan licin. Ia menempuh perjalanan sejak subuh dan sampai di sekolah sekitar pukul 8 pagi.
Baginya, kewajiban memberikan ilmu ke anak-anak jauh lebih penting daripada rasa lelah yang dirasakannya.
“Kalau hujan, pasti terlambat. Tapi berapa pun jamnya, saya tetap siap mengajar,” ungkapnya.
Selama mengajar, Empan mengaku pernah mengampu tiga mata pelajaran sekaligus, yakni Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan Bahasa Inggris. Namun, seiring bertambahnya tenaga pengajar di yayasan, kini ia hanya memegang satu mata pelajaran.
Meski sebagai pengajar merasakan lelah, tapi jika tidak ada yang mengajar mata pelajaran tertentu, Empan akan mengambil posisi itu.
“Kalau tidak ada yang mau ambil, ya saya tetap mengajar. Karena kewajiban saya memberikan ilmu kepada anak-anak,” ujarnya.
Soal gaji, Empan mengaku tetap bersyukur meski kenyataannya jumlah yang ia dapatkan masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun baginya, cukup tidak cukup, gajinya sebagai guru harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.
Dulu, ia mengatakan sempat berjualan sayur ketika sekolah libur. Namun kini, dirinya hanya fokus sebagai pengajar, sehingga ia tak punya waktu lain untuk mencari tambahan penghasilan.
“Kami punya prinsip, kita berbuat baik, insyaAllah ke depannya ada hikmah,” tuturnya.
Guru Honorer di Mata Menteri Pendidikan
Guru honorer menjadi persoalan yang tak pernah diselesaikan dengan baik meski Menteri Pendidikan RI berganti-ganti. Terbaru, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, mengatakan peran guru honorer sangat penting bagi siswa dan sekolah.
Menteri Mu’ti berharap, sekolah, siswa, dan orang tua bisa memperlakukan seorang guru honorer sama seperti guru tetap atau Pegawai Negeri Sipil (PNS).
“Kita belum ada rencana untuk meniadakan guru honorer, ya. Karena selama ini, posisi dan peran dari guru honorer itu masih sangat kita perlukan,” ucapnya saat berkunjung ke SDN 59 Palembang, pada November 2024 lalu.
Terkait gaji, Mu’ti mengatakan jika anggaran Kemdikdasmen bisa mencukupi, maka masalah guru-guru honorer bisa teratasi. Ia menyebut, kesejahteraan mereka akan selalu diusahakan.
“Dan mungkin juga kalau misalnya budgetnya memungkinkan, ya kita lakukan rekrutmen guru pada bidang tertentu,” terangnya.
Pihak Kemendikdasmen mengatakan, selamat menjabat, akan berfokus pada tiga hal terkait guru, termasuk kesejahteraan mereka. Kedua adalah pemberian bimbingan konseling kepada guru. Ketiga, sertifikasi guru sebagai upaya penjaminan kelayakan guru.
(faz/nwk)