Jakarta –
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti sebut sudah membahas program cek kesehatan gratis bagi anak di sekolah bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Namun, ia berharap ada pembahasan lebih lanjut tentang program tersebut. Terutama tentang masalah teknis pelaksanaannya di sekolah.
“Mudah-mudahan nanti ada rapat berikutnya (bersama Kemenkes) yang membahas bagaimana teknis dari pelaksanaan screening kesehatan,” kata Mu’ti di sela-sela acara Sarasehan Ulama Nahdlatul Ulama di Hotel Sultan, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (4/2/2025).
Kendati demikian, Mu’ti menegaskan dalam program ini Kemendikdasmen berperan sebagai mitra. Pelaksana utamanya adalah Kemenkes.
“Sekali lagi leading-nya (pelaksana utama) oleh Kementerian Kesehatan dan kami Kementerian Pendidikan Dasar Menengah adalah mitra dalam pelaksanaan screening kesehatan,” tambahnya lagi.
Dilakukan Awal Tahun Ajaran Baru
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan anak sekolah baik jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK akan mendapat cek kesehatan gratis pada awal tahun ajaran baru. Prosesnya akan dilakukan di sekolah.
Program ini direncanakan akan menyasar 250 ribu sekolah dengan 56 juta siswa. Setiap siswa akan menerima cek kesehatan yang berbeda-beda sesuai jenjang pendidikannya.
“Kalau SD sebelas (tes), SMP (ada) 13 tes karena ada thalasemia, kemudian SMA 12 (tes),” katanya lagi.
Tetapi secara umum ada lima jenis tes yang akan dilakukan. Dari thalasemia, obesitas, gigi dan mulut, diabetes melitus, serta kesehatan jiwa.
Dari seluruh tes itu, Kemenkes akan memberikan perhatian lebih pada kesehatan jiwa. Karena Karena berdasarkan data survei kesehatan Indonesia tahun 2023 lalu, satu dari sepuluh rakyat Indonesia punya masalah kesehatan mental termasuk anak.
Bagi anak-anak, banyak gangguan mental hadir sebagai akibat perundungan, kekerasan seksual. Sayangnya hal ini mungkin bisa tidak diketahui orang tua.
Jika sudah mendapat hasil tes, siswa akan melalui tindak lanjut seperti terapi psikologis ataupun farmakologis (melalui obat).
“Screening kesehatan jiwa ii nggak pernah dilakukan. Tapi begitu kita lihat survei tahun lalu 28 juta orang itu punya masalah kesehatan jiwa, itu kita lakukan,” ucap Budi seperti yang dikutip dari arsip detikEdu.
(det/nwk)