Jakarta –
Di Indonesia cukup dikenal adanya puasa setengah hari pada bulan Ramadan. Puasa semacam ini biasanya dilakukan oleh anak-anak, khususnya siswa-siswi yang masih kecil.
Pihak Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mengingatkan kepada para guru untuk mengemas bulan Ramadan sebagai bagian dari kegembiraan anak didik. Termasuk puasa setengah hari ini bisa dijadikan apresiasi.
“Saya kira seiring dengan puasa, Bapak dan Ibu sekalian ketika puasa itu menjadi sebuah pembelajaran pada anak didik kita, biasa juga memang dikondisikan dengan puasa setengah hari walaupun memang itu tidak ada dalilnya, tetapi ini semata-mata merujuk dalam proses pembiasaan,” kata Widyaprada Direktorat Sekolah Dasar Abdul Halim Muharam melalui webinar Aktivitas Pembelajaran Ramah di Bulan Ramadan yang dilansir oleh Direktorat Sekolah Dasar Kemendikdasmen secara daring pada Jumat (21/2/2025), dan ditulis Minggu (23/2/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dan kemudian bila ini terbangun komunikasi dengan orang tua, ada apresiasi-apresiasi terhadap penyampaian orang tua kepada gurunya bahwa, ‘Anak saya itu sudah bisa sahur sampai jam 12’, ketika itu dijadikan apresiasi oleh gurunya di kelas ini adalah menjadi bagian untuk memberi semangat pada anak,” lanjutnya.
Halim juga memiliki sejumlah tips agar anak mau tetap aktif dan berpuasa dengan baik.
Tips agar Siswa Mau Tetap Aktif dan Puasa dengan Baik
Menurut Halim, secara psikologi ada tiga penyebab seseorang bisa berperilaku. Pertama, ada yang ingin dicapai.
“Satu di antaranya ketika perilaku itu yang dilakukan ada sesuatu yang ingin dicapai. Ketika perilaku itu ada nilainya, ada kecenderungan orang melakukan. Yang kedua, ada memang yang berperilaku karena ingin mengulangi kesuksesannya,” kata Halim.
“Jadi dia ada pengalaman-pengalaman bahwa ketika melakukan seperti itu ada sesuatu yang didapatkan, ada pengalaman. Jadi pengulangan terhadap pengalaman sehingga dia beraktivitas,” imbuhnya.
“Ada juga memang yang bersikap itu karena memang kreativitas. Dia mampu menciptakan sesuatu,” ucapnya soal faktor ketiga orang berperilaku tertentu.
Halim mengatakan, ketika guru dan orang tua memberikan berbagai motivasi-motivasi atau semangat kepada para siswa, maka anak-anak tersebut akan mau melaksanakan ibadah.
“Nah, oleh karena itu dalam bulan suci Ramadan ini ketika kita memberi semangat pada anak didik kita bahwa ini adalah bulan yang penuh rahmat yang dilipatgandakan pahalanya, maka puasa itu adalah diterima langsung pahala dari Allah itu berbeda dengan ibadah-ibadah lain. Kemudian ibadah puasa itu mampu memperbaiki kondisi tubuh dalam hal kesehatan,” jelas Halim.
“Nah, itu menjadi motivasi-motivasi seperti itu sehingga orang mau melaksanakan ibadah-ibadah termasuk kegiatan malam saya kira,” tegasnya.
(nah/nwy)