Jakarta –
“Penelitian harus bisa menjawab permasalahan yang ada di masyarakat.”
Begitu kata Fahrul Nurkolis, SSi, seorang peneliti muda UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berhasil memiliki paten atas senyawa antikanker dan antidiabetes. Ia memperoleh hak paten dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum Republik Indonesia saat usianya baru 25 tahun.
Dalam prosesnya, hak paten yang diraih Fahrul telah melewati penelitian panjang dengan menggabungkan studi in silico, in vitro, dan uji biologi. Penelitian ini berangkat dari kebutuhan akan terapi berbasis bahan alam yang lebih aman dan efektif dalam menangani gangguan metabolik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Latar belakang (penelitian)nya adalah mencari solusi berbasis bahan alam yang potensial dan memiliki efek sinergis dalam terapi penyakit metabolik seperti diabetes dan obesitas. Dari situ, kami melakukan berbagai pendekatan mulai dari studi bioinformatika hingga uji biologis sebelum akhirnya dipatenkan,” ucapnya saat dihubungi detikEdu, Rabu (5/3/2025).
Senyawa dari Bahan Alam Indonesia
Menurut Fahrul, Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa untuk menjadi obat-obatan dari beragam penyakit yang ada. Namun, tantangan yang muncul yakni bagaimana mengolahnya menjadi inovasi medis yang berdampak bagi kesehatan global.
Hal ini yang kemudian memotivasi dirinya untuk melakukan penelitian senyawa antikanker dan antidiabetes, yang berasal dari bahan alam Indonesia, termasuk Echinacea purpurea , anggur laut (Caulerpa racemosa), dan bawang Dayak.
Senyawa bioaktif dari bahan alam tersebut ternyata memiliki potensi untuk mencegah kanker dengan menghambat proliferasi sel kanker, menginduksi apoptosis, atau menghambat jalur sinyal kanker.
Melalui prosesnya, Fahrul dan tim berhasil mendapatkan hak paten yang berkaitan dengan formulasi obat anti-cardiometabolic syndrome berbasis ekstrak anggur laut, yang terbukti menghambat enzim α-glukosidase, α-amilase, dan lipase.
Selain itu, ia juga berhasil mematenkan formulasi tepung fungsional dari bayam dan nanas yang kaya antioksidan untuk menjaga fungsi kognitif, serta produk konsentrat L-Arginine dari belut dan tempe yang bermanfaat bagi kesehatan.
Tak sendiri, dalam penelitiannya, Fahrul turut tergabung dalam tim peneliti yang mencakup para pakar dari berbagai latar belakang keilmuan, termasuk Prof Nurpudji (Universitas Hasanuddin), Prof Raymond (Dexa Medica), Prof Hardinsyah (Institut Pertanian Bogor), Dr Nelly, Prof Apollinaire Tsopmo (Kanada), Prof Rosy (Brasil), Dr Rony (Universitas Sumatera Utara), Dr Happy (Universitas Brawijaya), Dr Reggie (Universitas Bina Nusantara), Dr Ricky (Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga), Prof Arifa (Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga), Dr Yasmin (Universitas Hasanuddin), Juan Leonardo, BSc, Dr Yan Wisnu (Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro), dr Derren (Universitas Sam Ratulangi), serta Dian Aruni (Biomedis UIN Sunan Kalijaga).
Berprestasi Sejak Kuliah
Apa yang diraihnya bukan hal instan. Fahrul telah menyukai dunia penelitian sejak duduk di bangku kuliah.
Sejak mahasiswa, ia aktif mengikuti konferensi internasional dan membangun jejaring global. Ia juga pernah menjadi delegasi termuda di Nordic Nutrition Conference di Finlandia, serta mendapatkan penghargaan dari Ikatan Dokter Indonesia atas inovasi risetnya.
Saat lulus, ia juga berhasil menjadi lulusan terbaik dan tercepat dari Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (TA 2023/2024).
Tak hanya itu, Fahrul juga telah menerbitkan banyak publikasi di jurnal internasional bereputasi, menjadi penulis utama dalam studi terkait nutrisi, metabolomik, dan fitokimia.
Ia juga meraih penghargaan “Best Young Researcher” dari Kyung Hee University di Korea Selatan, serta “Impactful Young Researcher Under 25” berdasarkan jumlah sitasi dan publikasi di Web of Science dan Scopus.
Selain itu, ia aktif dalam berbagai konferensi ilmiah dunia dan menjadi anggota beberapa organisasi riset global, termasuk American Chemical Society (ACS) dan Royal Society of Biology.
Sebagai ilmuwan muda, kini ia telah memiliki lebih dari 105 publikasi jurnal internasional bereputasi.
Indonesia Masih Punya Potensi Kekayaan Alam untuk Diteliti
Fahrul mengatakan bahwa penelitian di Indonesia masih memiliki tantangan besar, terutama dalam pendanaan dan kolaborasi internasional.
“Kita punya banyak sumber daya alam dengan potensi luar biasa, tetapi sering kali kurang dioptimalkan. Harus ada sinergi yang lebih kuat antara akademisi, industri, dan pemerintah untuk mendorong riset berbasis inovasi,” ucap pria kelahiran Madiun tersebut.
Ia juga menekankan pentingnya hilirisasi riset agar inovasi yang dihasilkan tidak hanya berakhir di laboratorium, tetapi juga dapat diterapkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Ke depan, ia ingin generasi muda terus mengeksplorasi ide-ide baru. Baik dalam dunia riset atau pendidikan.
“Jangan ragu untuk bermimpi besar dan berani mengeksplorasi ide-ide baru. Dunia riset bukan sekadar mencari pengetahuan, tetapi juga menciptakan solusi untuk masalah nyata di masyarakat. Jika kita tekun dan mau terus belajar, pasti ada jalan untuk berkontribusi,” pesannya.
Bagi Fahrul, dengan semangat dan ketekunan, anak muda Indonesia akan mampu bersaing di kancah global dan berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan serta kesehatan masyarakat.
(faz/nwk)