Budapest –
Budapest, yang dikenal sebagai ‘Mutiara Danube’ memiliki pesona tersendiri saat memasuki bulan suci Ramadan, terutama ketika berlangsung di musim semi. Suhu yang lebih sejuk dan keindahan alam yang mulai bermekaran menciptakan suasana yang lebih nyaman bagi umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa di kota ini.
Dibandingkan dengan musim panas, Ramadan di musim semi memberikan durasi puasa yang sedikit lebih pendek. Matahari terbit sekitar pukul 04.30 pagi dan terbenam sekitar pukul 17.30 sore, sehingga umat Muslim berpuasa sekitar 13-14 jam sehari. Waktu ini lebih bersahabat dibandingkan saat musim panas, yang dapat mencapai 17-18 jam.
Budapest adalah ibu kota Hungaria, sekaligus kota terbesar di negara tersebut. Ramadan merupakan bulan yang penuh berkah bagi umat Muslim di seluruh dunia. Di Kota Mutiara Danube, yang dikenal dengan keindahan sungainya dan perpaduan budaya Timur dan Barat, suasana Ramadan menjadi momen yang penuh kedamaian dan kebersamaan, terlebih saat musim semi mulai menyelimuti kota ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kota ini terkenal dengan arsitektur yang indah, sejarah yang kaya, dan pemandangan Sungai Danube yang membelahnya menjadi dua bagian utama: Buda bagian barat yang berbukit, penuh dengan istana, bangunan bersejarah, dan area yang lebih tenang dan Pest bagian timur yang lebih datar, modern, dan menjadi pusat ekonomi serta budaya.
Perpaduan Keindahan Alam dan Spiritualitas
Ramadan tahun ini bertepatan dengan musim semi, Kota Mutiara Danube menampilkan pesona yang luar biasa. Pepohonan mulai menghijau, bunga-bunga bermekaran di taman kota, dan udara yang sejuk semakin menambah kenyamanan dalam menjalankan ibadah puasa. Matahari yang lebih lama bersinar memberikan kesempatan bagi warga untuk menikmati suasana kota sebelum berbuka puasa.
Di sepanjang Sungai Danube, banyak keluarga dan komunitas Muslim yang berkumpul menjelang waktu berbuka, menikmati pemandangan air yang mengalir tenang. Sementara itu, masjid-masjid bersejarah yang tersebar di kota ini semakin ramai dengan jamaah yang datang untuk melaksanakan salat Tarawih dan ibadah lainnya. Saya dan istri, Cifebrima Suyastri, yang juga Mahasiswa s3 di Eotvos lorand University, bersama keluarga kecil kami sangat menikmati Ramadan tahun ini.
Suasana Ramadan di Negara Minoritas Muslim
![]() |
Islam memiliki sejarah yang cukup panjang di Hungaria. Pada tahun 1522, Hungaria berada dalam pemerintahan Kekaisaran Ottoman. 150 tahun setelah itu, Hungaria direbut oleh Kerajaan Austria sehingga kejayaan Islam di Hungaria berakhir. Dari sinilah penyebaram Islam di Hungaria dimulai.
Pada tahun 2020, ada sekitar 5.000 warga Hungaria yang beragama Islam atau 0,05% dari total populasi. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2001 yang mana populasi Muslim di sana hanya 3.201 orang saja.
Namun secara populasi jumlah warga muslim di Hungaria cukup banyak, diperkirakan sebesar 23 persen dari populasi penduduk Hungaria yang berjumlah 9,6 jutaan. Sebagian besar berasal dari Turki, Asia selatan (India, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan), Timur Tengah dan Afrika, Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Brunei) serta beberapa negara lainnya.
Mayoritas penduduk Hungaria beragama Katolik. Karena minoritas, tidak terasa suasana Ramadan pada saat siang hari. Suasana Ramadan terasa di masjid-masjid Budapest yang menyediakan takjil dan ifthar bagi jamaah yang ingin berbuka puasa.
Budapest memiliki komunitas Muslim yang aktif, dan di bulan Ramadan, berbagai kegiatan keagamaan digelar di masjid-masjid dan pusat-pusat Islam, seperti Masjid Dar Al-Salam, Masjid Al Huda, Masjid Paskal, Masjid Al Taqwa, Makutca Masjid, dan Islamic Cultural Center dan beberapa masjid kecil lainnya. Kegiatan seperti buka puasa bersama, salat Tarawih, serta kajian agama menjadi momen yang mempererat kebersamaan di antara umat Muslim yang tinggal di kota ini. Berbuka puasa di Kota Mutiara Danube menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Di beberapa restoran dan komunitas Muslim, digelar acara berbuka puasa bersama yang dihadiri oleh berbagai kalangan, baik Muslim maupun non-Muslim. Tradisi ini semakin mempererat hubungan sosial dan menunjukkan keberagaman yang harmonis di kota ini. Hampir setiap masjid berlomba lomba menyediakan makanan untuk berbuka puasa. Sebagian besar makanan berbuka puasa ini disediakan oleh para donatur yang berasal dari pengusaha-pengusaha muslim yang ada di Budapest Hungaria.
Selain itu kegiatan Ramadan juga dilakukan oleh diaspora Indonesia melalui organisasi PCIM (Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah) Hungaria. Kegiatan yang dilakukan seperti webinar tentang kesehatan selama Ramadan dan berbuka puasa yang melibatkan mahasiswa dan Pekerja Migran Indonesia di Hungaria.
Walaupun mahasiswa muslim Indonesia tidak terlalu banyak di Budapest, namun keakraban dan kebersamaan selalu ditunjunkkan oleh mahasiswa Indonesia. Kegiatan buka puasa bersama sering di lakukan mahasiswa Indonesia di flat atau apartemen mahasiswa. Bahkan tahun ini PPI Dunia menggandeng salah satu organisasi yang berasal dari Turki untuk mengadakan berbuka puasa. Di Budapest, PPI Dunia bekerja sama dengan Dialogue Platform Association melakukan buka puasa Bersama. Kegiatan ini juga di lakukan beberapa PPI negara yang berada diwilayah Eropa.
Di beberapa masjid juga mengadakan I’tikaf di akhir Ramadan dan salat Idul Fitri. Bagi warga negara Indonesia yang tinggal di Budapest biasanya melaksanakan salat iedul fitri di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Budapest. KBRI mengundang warga Indonesia utuk ikut salat Idul Fitri, namun karena tempat yang terbatas, pihak KBRI membatasi jemaah hanya untuk 300 orang. Jadi bagi warga Indonesia yang muslim ingin salat Idul Fitri di KBRI wajib mendaftarkan diri melalui link yang sudah disiapkan oleh KBRI dan PPI Hungaria.
Marhadi, mahasiswa PhD di Hungarian University of Agriculture and Life Science
Koordinator PPI Dunia periode 2024-2025
Artikel ini merupakan kolaborasi detikEdu dengan PPI Dunia. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)
(nwk/nwk)