Jakarta –
Keterbatasan tidak menghalangi Rovan dan Rohmat untuk menjadi sarjana. Dua mahasiswa disabilitas dari Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) angkatan 2020 Universitas Negeri Jakarta (UNJ), itu akhirnya lulus kuliah.
Rohmat menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya atas pencapaiannya menjadi sarjana. Dia mengaku akan memperdalam ilmu komputer setelah lulus.
“Alhamdulillah, saya bangga dan senang, meskipun ada rasa berat karena gelar ini membawa tanggung jawab baru setelah kehidupan kampus. Ke depan, saya bercita-cita menjadi guru dan ingin memperdalam ilmu komputer,” kata Rohmat dikutip dari situs UNJ, Kamis (24/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lika-liku Proses Menyelesaikan Studi
Rohmat juga mengakui tantangan yang dialaminya, khususnya selama pandemi, karena dia cenderung pendiam. Namun, ia berhasil melewati semua itu berkat dukungan dosen, teman-teman, keluarga, dan sahabat.
Ia pun menegaskan peran penting pihak UNJ dalam mendampingi dan membimbingnya sejak awal perkuliahan hingga kelulusannya.
Senada dengan Rohmat, Rovan mengapresiasi bahan ajar dalam bentuk digital yang dapat dibaca dengan screen reader. Hal ini memudahkan proses belajar mandiri di luar bantuan teman. Ia juga membagikan pengalaman berkesan selama kuliah, termasuk momen keakraban dengan teman-teman melalui canda dan tawa.
Ia berharap ke depannya UNJ bisa menambah guiding block dan kamar mandi khusus disabilitas di setiap fakultas. Hal ini untuk mendukung mobilitas mahasiswa penyandang disabilitas.
Keduanya berpesan kepada seluruh mahasiswa penyandang disabilitas untuk tetap semangat, berani bertanya, dan terus berusaha meraih mimpi melalui pendidikan.
Komitmen UNJ Menghadirkan Kampus yang Inklusif
Sementara itu, Kepala Kantor Humas dan Informasi Publik UNJ Syaifudin mengatakan, memperoleh pendidikan merupakan hak bagi setiap masyarakat. Tidak terkecuali bagi para penyandang disabilitas yang memiliki kedudukan yang sama dengan masyarakat lainnya.
Sebagai bagian dari masyarakat, penyandang disabilitas memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang setara dengan masyarakat lainnya. Salah satunya dapat dilihat pada kelulusan Rovan dan Rohmat menjadi sarjana.
“Tentu lulusnya Rovan dan Rohmat ini menjadi inspirasi kita bersama bahwa semua masyarakat Indonesia berhak untuk mengakses pendidikan hingga perguruan tinggi,” kata Syaifudin.
Syaifudin menambahkan, kelulusan Rovan dan Rohmat sebagai sarjana juga menjadi bentuk komitmen UNJ untuk menghadirkan kampus yang inklusif. UNJ berkomitmen untuk menciptakan lingkungan di mana setiap individu merasa dihargai, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang, dan tidak mengalami diskriminasi.
(nwy/faz)