Jakarta –
Geopark Kebumen baru saja diresmikan sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp) melalui sidang di Paris, Prancis, pada 2-17 April 2025. Bersamaan dengan Geopark Meratus, Geopark Kebumen telah menjadi warisan geologi dunia baru.
Peneliti Ahli Utama BRIN Karangsambung, Dr Ir Chusni Ansori, MT, mengatakan, pengakuan UNESCO merupakan tahap awal pembuktian pada dunia. Pembuktian ini terutama menunjukkan bahwa pengelola Geopark Kebumen beserta seluruh pentahelixnya mampu menjaga alam serta membawa kesejahteraan pada penduduk lokal.
Namun, hal ini juga dibarengi dengan tanggung jawab besar. Sebab, jika tidak ada kemajuan pada 4 tahun ke depan akan terkena ‘kartu kuning’ dan jika tetap tidak ada perubahan maka status UNESCO Global Geopark akan dicabut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Tentu jika ini terjadi maka akan mencoreng nama Indonesia dan Kebumen sendiri pada lingkup global,” kata Chusni kepada detikEdu, ditulis Kamis (24/4/2025).
Anak Mudanya Jangan Hanya Bangga
Chusni menyampaikan bahwa kebanggaan atas Geopark Kebumen yang diresmikan oleh UNESCO, tak hanya berhenti di situ. Sebab, harus dipahami bersama esensi geopark tersebut.
“Perasaan bangga sebenarnya bagus, namun kebanggaan tanpa pemahaman esensi, (maka) apa yang dibanggakan adalah semu, tidak tahan lama, dan berbelok arah. Untuk itu perlu memahami apa esensi bumi Kebumen, mengapa bisa menjadi UNESCO Geopark dan unsur utama geopark apa yang harus digerakkan (ke depan),” jelasnya.
Bagi generasi muda, misalnya, ia menyarankan untuk belajar dengan serius di bidang masing-masing. Kemudian implementasinya bisa untuk mendukung kemajuan Kebumen, termasuk di geopark.
“Belajar secara benar pada berbagai ilmu yang sedang ditekuni, dan implementasikanlah ilmu tersebut di Geopark Kebumen melalui PKL, KKN, Tugas Akhir, ataupun kehidupanmu kelak, karena sejatinya semua jenis ilmu terkait dengan geopark,” terang Chusni.
“Generasi muda adalah calon pemimpin masa depan, di pundaknyalah ditaruh kepercayaan mengelola geopark ke depannya agar buminya lestari, masyarakatnya sejahtera,” imbuh lulusan doktor di Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.
Pembangunan Berkelanjutan Melalui Konservasi, Edukasi, dan Pengembangan Ekonomi
Chusni menilai tantang ke depan yakni mengubah pola pikir pemangku kepentingan di Kebumen. Sebab, konsep geopark adalah pembangunan berkelanjutan terhadap warisan geologi, keragaman geologi, keanekaragaman biologi, dan budaya.
Pembangunan itu dilakukan melalui pilar konservasi, edukasi dan pengembangan ekonomi lokal. Maka dari itu, perubahan pola pikir diperlukan untuk diimplementasikan pada rencana pembangunan berkelanjutan di Kebumen.
“Untuk mewujudkan hal tersebut, maka kelembagaan badan pengelola sebagai napas geopark harus diperkuat/dirombak dengan organisasi yang agile, penempatan orang berbasis rekam jejak yang meyakinkan di bidang konservasi geologi, budaya, pemberdayaan ekonomi, pariwisata berkelanjutan, penataan kawasan, networking, dan kelembagaan,” paparnya.
“Di samping itu, pengelola juga harus mampu membuat program tahunan yang rigid dan terukur sebagai implementasi dari master plan secara bertahap,” lanjutnya.
Menurut Chusni, pariwisata Kebumen harus punya kalender event tahunan pada berbagai lokasi, serta punya branding event berbasis budaya bertingkat internasional. Jika disederhanakan, maka garis besarnya yakni harus ada pengelola yang tepat, program yang terencana dengan bagus, pendanaan multipihak, serta event tahunan pariwisata.
Di sisi lain, katanya, perlu ada edukasi secara berkelanjutan dengan menciptakan hero-hero lokal yang mampu menerjemahkan konsep geopark untuk pengembangan desa wisata berkualitas, geoproduk/UMKM, geotrail/paket geowisata, hingga model desa wisata percontohan berbasis geo/bio/culture site.
“Berdasarkan data kunjungan wisatawan terlihat kenaikan signifikan jumlah pengunjung (tahun 2024 menembus 4 juta), namun pola wisatanya belum berkualitas. Sehingga model geotourism, eco-tourism, regenerative tourism perlu dikembangkan,” tuturnya.
Sebagai informasi, geopark merupakan warisan geologis yang berupa formasi batuan, rangkaian pegunungan atau gunung berapi, gua, ngarai, situs fosil, atau bentang alam gurun kuno. Wilayah geologis tersebut menjadi saksi sejarah, evolusi, dan iklim planet Bumi.
Beberapa waktu lalu, Dewan Eksekutif UNESCO meresmikan 16 UNESCO Global Geoparks dari berbagai penjuru dunia. Indonesia mewakili dunia geopark yakni Geopark Kebumen di Jawa Tengah dan Geopark Meratus di Kalimantan Selatan.
(faz/pal)