Jakarta –
Predikat wisudawan terbaik memang hadiah manis yang didapatkan mahasiswa ketika menyelesaikan studi. Namun, bagaimana rasanya mendapat predikat itu sebanyak 2 kali?
Hal ini terjadi pada mahasiswa asing asal Yaman di Universitas Airlangga (Unair), Mohammed Ahmed Qasim Saleh Aljunaid. Aljunaid panggilan akrabnya, berhasil menyelesaikan studi pascasarjana magister dan doktoral di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unair.
Pada Desember 2020, Aljunaid meraih predikat wisudawan terbaik program S2 FKG Unair. Kini pada 2024, ia mewujudkan mimpi berkuliah S3 di FKG Unair dengan kembali menyabet gelar wisudawan terbaik.
Alasan Pilih Unair dan Kendalanya
Ada dua alasan penting mengapa Aljunaid memilih untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Indonesia, khususnya Unair. Alasan pertama lantaran menurutnya Indonesia adalah negara yang sangat kaya, terutama terkait keberagaman budaya dan kepercayaan.
Sedangkan alasan kedua berkaitan dengan memilih Unair sebagai kampus menyelesaikan program pascasarjananya. Baginya kampus Garuda Mukti ini adalah salah satu universitas terbesar di dunia dengan reputasi yang tidak perlu diragukan lagi.
“Saya memilih UNAIR karena kampus ini salah satu institusi yang terbesar di dunia, dan reputasinya tidak perlu diragukan lagi,” katanya dikutip dari rilis di laman resmi Unair, Selasa (13/8/2024).
Sebagai mahasiswa asing, tentu bahasa menjadi kendalanya sejak pertama kali sampai di Indonesia. Meski begitu, ia tak patah semangat dan mengikuti kelas khusus bahasa Indonesia di Pusat Bahasa Unair untuk mengatasi kendalanya.
Tak terlalu sulit bahasa Indonesia dijelaskannya memiliki susunan gramatikal yang tak jauh berbeda dengan bahasa Yaman. Wajar bila ia berhasil memahami bahasa Indonesia dalam kurun waktu 6 bulan.
“Saya juga menyukai bahasa Indonesia, karena susunan gramatikalnya tidak ribet. Kondisi itu yang memudahkan saya dalam belajar,” tambahnya.
Pasca merampungkan studi pascasarjana, Aljunaid siap kembali ke negara asalnya. Ia akan mengabdikan diri dalam dunia pendidikan karena profesinya merupakan seorang dosen di Taiz University Yaman, melanjutkan penelitian dan terus menghasilkan publikasi ilmiah.
Ia juga akan kembali berkumpul dengan keluarga, karena selama studi Aljunaid jarang pulang ke Yaman. Bahkan beberapa perayaan seperti hari raya Idul Fitri dihabiskannya di Surabaya.
“Selama ini saya kurang tidur dan jarang pulang ke Yaman. Setelah ini saya akan pulang ke Yaman bersama anak dan istri,” tutupnya.
(det/nah)