Jakarta –
Pendidikan adalah kunci untuk meraih mimpi menjadi motivasi kuat yang dipegang oleh Nazwa Adinda. Gadis asal Desa Suka Damai, Serdang Bedagai, Sumatera Utara ini berasal dari keluarga dengan latar belakang sederhana.
Ibunya seorang penjual lontong sayur dan sang ayah berprofesi sebagai pedagang. Meski begitu, tekadnya kuat untuk mendapat pendidikan terbaik meski memiliki keterbatasan di masalah ekonomi.
Setelah melewati serangkaian tes, ia menjadi bagian dari 100 siswa terbaik yang berhasil melanjutkan pendidikan di SMA Unggulan CT ARSA Foundation.
“Saya memilih SMA Unggulan CT ARSA Foundation karena sekolah ini menawarkan pendidikan berkualitas dengan beasiswa penuh bagi siswa yang kurang mampu,” ujarnya dikutip dari rilis yang diterima detikEdu, Jumat (25/10/2024).
Berprestasi di SMA CT ARSA, Terbitkan Buku di UNS
Nazwa panggilan akrabnya memanfaatkan kesempatan yang diperolehnya untuk bersekolah di SMA CT ARSA Foundation Deli Serdang dengan berprestasi. Ia sempat menjadi penerima Access Indonesia Microscholarship Program dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS).
Melalui program itu ia aktif di berbagai kegiatan internasional yang berguna dalam memperluas wawasan dan kemampuannya. Berhasil menyelesaikan SMA, Nazwa melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Sebelas maret (UNS) melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) di program studi Perencanaan Wilayah Kota (PWK).
Di bangku perkuliahan ia aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Bahkan kini ia bertidak sebagai pemimpin divisi SIM Mengajar UNS 2024.
Bersama timnya, Nazwa berhasil menerbitkan buku “Matematika Interaktif untuk Sekolah Dasar” dengan ISBN. Sebuah prestasi yang membanggakan di semester 3 ya!
Juara 2 Lomba Inovasi Tata Ruang Kota Semarang
Terbaru, Nazwa sukses kembali mengukir prestasi dengan meraih juara 2 di lomba inovasi tata ruang Kota Semarang. Lomba ini digelar oleh Dinas Penataan Ruang (Distaru) Kota Semarang dalam memperingati Hari Agraria dan Tata Ruang Nasional.
Nazwa mengaku tidak menyangka dengan prestasi yang diraihnya ini. Karena kompetisi ini diikuti peserta dari berbagai kalangan termasuk praktisi dan doktor.
“Sejujurnya saya tidak menyangka sama sekali dengan perolehan pada kompetisi ini. Saat mendapat undangan untuk menghadiri penghargaan rasanya tidak percaya, apalagi ternyata mendapat juara dua dimana pesertanya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari praktisi, doktor, maupun mahasiswa,” kata Nazwa dikutip dari rilis di laman UNS.
Inovasi yang dirancangnya adalah sebuah sistem pengolahan limbah ketika banjir di Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Wilayah ini diketahui sering terkena banjir rob karena letaknya dengan pesisir.
“Kondisi ini diperparah lagi dengan terjadinya land subsidence atau penurunan muka tanah, karena di Kecamatan Genuk penggunaan akan air tanahnya sangat tidak terkontrol,” tuturnya lagi.
Faktor lainnya adalah sampah yang kerap menghalangi keluar masuknya air ke drainase. Untuk mengatasi hal tersebut, ia mengembangkan sistem kolam retensi dengan jaring otomatis dan mesin pencacah sampah plastik berbasis sensor.
Kolam retensi akan menjadi tempat penampungan air sekaligus menjaga agar tidak terjadi penurunan muka tanah. Sedangkan jaring otomatis serta mesin pencacah sampah adalah aplikasi tambahan yang akan memilah sampah plastik.
“Hasilnya akan dikumpulkan di belakang kolam agar bisa lebih mudah diolah,” ungkap Nazwa.
Karena berbasis sensor, inovasi Nazwa tak perlu dijalankan secara manual. Mesin akan hidup ketika terkena tekanan air tertentu seperti banjir rob.
Nazwa berharap inovasi ini bisa memberikan solusi sistematis untuk beberapa masalah tata ruang di Kota Semarang. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada pendiri SMA CT ARSA Foundation, Ayahanda Chairul Tanjung dan Bunda Anita, yang telah memberikan kesempatan pendidikan bagi anak-anak dari latar belakang ekonomi terbatas.
“Tanpa dukungan mereka, saya mungkin tidak akan berada di posisi saya sekarang,” ucapnya.
Ke depannya, Nazwa akan terus berupaya dalam melanjutkan pendidikannya hingga jenjang S2 atau S3. Ia ingin menjadi seorang akademisi di bidang penataan ruang.
“Ilmu (tata ruang) bisa berperan dalam mewujudkan kota-kota yang lebih inklusif dan stabil di masa depan,” tutup Nazwa.
(det/nwk)