Jakarta –
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti beberapa waktu lalu mengundang berbagai aspirasi untuk mewujudkan budaya literasi yang kuat di Indonesia. Lalu bagaimana tanggapan anak muda tentang pentingnya literasi?
“Menurut saya, literasi itu penting banget,” kata mahasiswa program studi ilmu komunikasi dari Universitas Bhayangkara, Dinda Qutratu Ain kepada detikEdu beberapa waktu lalu.
Dinda menerangkan literasi tidak hanya berkaitan dengan kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan dalam memahami informasi dan berpikir kritis.
“Sekarang kan informasi udah kayak banjir, apalagi di media sosial. Kalau kita nggak punya kemampuan literasi yang baik, ya gampang banget terombang-ambing sama informasi yang nggak jelas sumbernya,” terang Dinda.
Dinda menambahkan, literasi juga dapat membuat seseorang lebih terbuka dalam menerima gagasan dan ide yang berbeda.
Saat ditanya mengenai tingkat literasi di lingkungannya, Dinda menyampaikan sebagian besar teman-temannya gemar membaca, meskipun medianya saat ini berbeda.
“Ada yang rajin banget baca buku, artikel, atau jurnal. Tapi ada juga yang baca cuma sekadar scrolling media sosial,” ujar Dinda.
“Saya ngerasa minat baca (generasi muda) itu sebenarnya ada. Cuma medianya aja yang berubah. Orang lebih suka baca thread di Twitter atau caption Instagram ketimbang buku tebal,” tambahnya.
Menurut Dinda, anak muda saat ini cenderung membaca melalui media digital, seperti e-book, artikel online, atau bahkan konten edukasi di media sosial.
“Jadi, bukan berarti nggak suka baca, tapi cara bacanya aja yang berubah,” simpul Dinda.
Dinda yang saat ini tergabung dalam komunitas Membaca Raden Saleh (MRS), menjelaskan komunitas literasi mungkin dapat menjadi solusi dalam membantu meningkatkan minat baca anak-anak muda.
“Kadang orang malas baca karena ngerasa sendirian. Kalau ada komunitas yang bisa bikin mereka ngobrol soal buku atau artikel, pasti lebih seru,” tuturnya.
Membangun Kebiasaan Membaca
Sementara itu, seorang alumni SMAN 4 Bogor yang baru saja lulus pada 2024, Khaitami Islami Pasha Hadi Sutisna atau yang akrab disapa Pasha berpendapat budaya membaca perlu ditingkatkan sedari kecil.
Pasha yang juga tergabung dalam komunitas Membaca Raden Saleh (MRS), menjelaskan banyak anak muda di sekolahnya yang tidak suka membaca karena tidak memiliki kebiasaan membaca di rumah.
“Literasi bukan hal yang utama untuk dipelajari oleh anak-anak (sedari kecil). Sehingga mereka tidak terbiasa dan tidak tahu kepentingan dari literasi,” kata Pasha kepada detikEdu.
“Orang tua saya suka baca, makanya saya ikut (baca),” tambahnya.
Lebih jauh, Pasha juga menyoroti berita di sosial media yang mayoritas berdasarkan headline atau judulnya saja, tanpa memahami konteks dan isi dari keseluruhan berita.
“Kalau kita lihat di TikTok sama di media sosial, headline (berita) tuh udah jadi main idea (ide utama),” ucap Pasha.
Menurut Pasha, kondisi ini menunjukkan rendahnya tingkat literasi yang dimiliki oleh sebagian besar pengguna media sosial.
Melihat kecenderungan masyarakat yang menilai berita berdasarkan judulnya, Pasha menyarankan untuk membuat headline buku yang menarik di sosial media sebagai pemantik.
“Jadi, kita kasih headline buku yang menarik di sosial media biar mereka tertarik (baca),” ujar Pasha.
Apa Kata Pengajar?
Trainer dan pengajar di Program Studi Independen, Kampus Merdeka, Petrus Setiawan atau yang kerap disapa Peter mengatakan, anak-anak yang membaca secara serius buku yang diterbitkan oleh penerbit terpercaya mungkin tidak sampai 10 persen.
“Sebagian besar (murid) dari yang saya lihat hanya membaca komik dan novel online yang menurut saya sangat kurang secara mutu,” kata Peter kepada detikEdu ketika ditanya mengenai kondisi literasi di tempatnya mengajar.
Kondisi ini mendorong Peter untuk mengajak murid-muridnya bergabung dengan komunitas literasi, seperti komunitas Membaca Raden Saleh (MRS) yang secara rutin mengadakan kegiatan membaca setiap satu bulan sekali.
“Itulah sebabnya, saya rajin mengajak teman-teman (murid) ke acara MRS,” ujar Peter.
“Memang hanya satu buku yang dibaca, tetapi itu menjadi satu pintu bagi murid-murid saya untuk lebih tertarik kepada dunia literasi,” tuturnya.
Menurut Peter, komunitas literasi dapat berperan dalam memperkenalkan dunia literasi kepada anak muda. Hal ini karena di komunitas, mereka berkesempatan untuk membaca buku, membahas buku, mengikuti kuis buku, dan tukar-menukar buku.
“Dari komunitas ini yang rata-rata suka membaca buku, saya harap mereka mulai tertarik membaca buku secara serius,” tutupnya.
(nwy/nwy)