Jakarta –
Awal tahun ajaran baru adalah waktu yang tepat bagi guru untuk memetakan rencana pembelajaran yang sesuai bagi siswa. Karena seperti yang diketahui, Kurikulum Merdeka sangat mengusung pembelajaran yang berbasis pada siswa.
Salah satu cara untuk mengetahui keadaan siswa secara mendalam, guru bisa melakukan Asesmen Diagnostik. Dikutip dari laman Direktorat Sekolah Dasar (DitpSD), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Jumat (19/7/2024) asesmen diagnostik adalah asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan siswa.
Sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik. Melalui asesmen ini, guru juga bisa mengetahui siswa mana yang perkembangan atau hasil belajarnya paling tertinggal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, guru juga bisa mengambil langkah lanjutan untuk membenahi hal itu. Seperti dengan memberikan pendampingan belajar secara afirmatif.
Jenis Asesmen Diagnostik
Mengutip Unit Modul Asesmen Diagnostik yang dikeluarkan Sekolah Penggerak Kemendikbudristek menjelaskan asesmen diagnostik terbagi menjadi dua jenis. Yakni asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnostik kognitif.
Tujuan dari masing-masing asesmen diagnostik tersebut adalah:
1. Asesmen Diagnostik Non-kognitif
- Mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa
- Mengetahui aktivitas selama belajar di rumah
- Mengetahui kondisi keluarga siswa
- Mengetahui latar belakang pergaulan siswa
- Mengetahui gaya belajar, karakter, serta minat siswa
2. Asesmen Diagnostik Kognitif
- Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa
- Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa
- Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah rata-rata.
Contoh Asesmen Diagnostik
Meski terbagi dalam dua jenis, pada awal tahun ajaran baru guru bisa melakukan keduanya. Berikut ini contoh kegiatannya.
Asesmen Diagnostik Non-kognitif
Dalam asesmen diagnostik non-kognitif keterampilan bertanya dan membuat pertanyaan guru sangatlah penting. Adapun tahapan dalam melaksanakan asesmen diagnostik non-kognitif terbagi menjadi tiga, yakni sebagai berikut.
1. Persiapan
Pada tahapan ini guru bisa menyiapkan alat bantu berupa gambar-gambar yang mewakili emosi untuk mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa. Selanjutnya guru bisa memberikan pertanyaan dan biarkan siswa menjawab melalui gambar emosi seperti:
- Apa yang sedang kamu rasakan saat ini?
- Bagaimana perasaanmu saat belajar di rumah?
Sedangkan untuk mengetahui aktivitas selama belajar di rumah dan topik lainnya, guru bisa membuat pertanyaan kunci mengenai aktivitas siswa, contohnya:
- Apa saja kegiatanmu selama belajar di rumah?
- Apa hal yang paling menyenangkan dan tidak menyenangkan ketika belajar di rumah?
- Apa harapanmu?
2. Pelaksanaan
Pada tahapan ini guru bisa meminta siswa mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah serta menjelaskan aktivitasnya. Caranya bisa bercerita, melalui proses menulis atau menggambar.
Guru juga bisa menggunakan strategi tanya jawab dengan ketentuan:
- Pastikan pertanyaan jelas dan mudah dipahami
- Menyertakan acuan atau stimulus informasi yang dapat membantu siswa menemukan jawabannya
- Memberikan waktu berpikir pada siswa sebelum menjawab pertanyaan.
3. Tindak Lanjut
Setelah semua informasi didapatkan, guru bisa melakukan proses tindak lanjut seperti:
- Mengidentifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi empat mata.
- Menentukan tindak lanjut dan mengomunikasikan dengan siswa serta orang tua bila diperlukan.
- Ulangi pelaksanaan asesmen non-kognitif pada awal pembelajaran.
Asesmen Diagnostik Kognitif
Asesmen diagnostik kognitif bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dalam topik sebuah mata pelajaran. Guru bisa melakukan asesmen ini secara rutin pada awal pembelajaran atau akhir setelah guru menjelaskan materi.
Tapi untuk dicatat asesmen ini digunakan untuk menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan kemampuan siswa. Bukan untuk mengejar target kurikulum
Sama seperti sebelumnya ada tiga tahapan pelaksanaan asesmen diagnostik kognitif, yakni:
1. Persiapan
- Buat jadwal pelaksanaan asesmen
- Identifikasi materi asesmen berdasarkan penyederhanaan kompetensi dasar yang telah disediakan Kemendikbud
- Susun pertanyaan yang sederhana
2. Pelaksanaan
- Berikan asesmen untuk semua siswa di kelas tanpa terkecuali bisa di akhir pembelajaran.
3. Tindak Lanjut
- Lakukan pengolahan hasil asesmen
- Bagi siswa menjadi tiga kelompok dengan nilai di atas rata-rata, di bawah rata-rata dan sesuai dengan rata-rata kelas
- Lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran baru
- Ulangi proses diagnosis ini dengan cara yang variatif sampai siswa mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan.
Informasi lebih lengkap detikers bisa mempelajari tentang asesmen diagnostik di sini. Yuk contoh guru!
(det/nwy)