Jakarta –
Gelar Profesor Riset merupakan buah komitmen dari penelitian dan inovasi. Hari ini Rabu (17/7) di Gedung B.J Habibie, BRIN, Jakarta, empat akademisi akan menyambut tanggung jawab baru sebagai Profesor Riset.
Gelar ini diberikan atas pencapaian dalam penelitian, berkontribusi signifikan dalam bidang keilmuan tertentu, dan memiliki pengaruh substansial dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Keempat kandidat ini datang dari bidang studi yang berbeda-beda. Mulai dari teknologi pascapanen hingga nuklir. Siapa saja mereka? Simak di bawah ini.
4 Profesor Riset Baru BRIN
1. Heny Herawati
Heny Herawati memiliki kepakaran di bidang Teknologi Pascapanen. Dalam orasi ilmiahnya, Heny akan menyampaikan peran penting teknologi formulasi-ekstrusi. Menurutnya, teknologi ini mampu mengolah bahan baku lokal menjadi produk pangan dan non-pangan dan meningkatkan nilai tambah serta daya saing agroindustri.
Heny mengungkapkan jika beras dan gandum merupakan sumber bahan pangan utama di Indonesia. Namun, tantangan peningkatan impor beras dan gandum membutuhkan peran teknologi yang mampu mensubstitusi produk olahan tersebut.
“Teknologi formulasi dan ekstrusi terbukti dapat merekayasa bahan baku lokal menjadi bahan yang berkarakteristik layaknya beras dan pasta gandum. Pemanfaatan teknologi ini berkontribusi dalam menjawab permasalahan tingginya kebutuhan beras dan gandum,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima detikEdu, Rabu (17/7/2024).
2. Muhammad Rifai
Muhammad Rifai dengan kepakaran Logam dan Paduan, berinovasi mengintegrasikan teknik hamburan neutron dan sinar-X synchrotron dalam mengembangkan logam nanostruktur.
Teknik hamburan neutron menyediakan metode non-destruktif yang efektif untuk memeriksa struktur dalam material.
“Keunggulan ini sangat berharga dalam riset material, terutama untuk mengeksplorasi sifat material yang tidak terlihat oleh mata manusia dan teknologi konvensional,” jelas Rifai.
3. A’an Johan Wahyudi
A’an Johan Wahyudi, dengan kepakaran Biogeokimia Laut, menekankan pentingnya pemantauan variabilitas karbon untuk mendukung pembangunan ekonomi biru yang berkelanjutan.
Riset A’an menekankan perlunya pendekatan komprehensif yang melibatkan observasi in-situ, pemanfaatan data model dan produk satelit, serta pemantauan yang terencana dan berkelanjutan.
A’an menguraikan, variabilitas faktor iklim seperti El Niño dan Indian Ocean Dipole (IOD) berpengaruh signifikan pada variabilitas biogeokimia laut. Pemahaman mendalam tentang siklus biogeokimia karbon, menurutnya sangat penting untuk upaya mitigasi perubahan iklim dan penurunan emisi karbon.
“Riset ini menawarkan strategi berbasis alam untuk mitigasi perubahan iklim, yang tidak hanya membantu menurunkan emisi karbon, tetapi juga meningkatkan pemanfaatan potensi ekonomi laut Indonesia,” tegasnya.
4. Didi Rosiyadi
Didi Rosiyadi, dengan kepakaran Keamanan Siber, berfokus pada riset terkait digital watermarking sebagai alternatif pemecahan masalah terhadap tindakan kriminal di dunia siber untuk data penting atau krusial, seperti pada institusi pemerintahan, kesehatan, perbankan, kepolisian, militer, kependudukan, perbankan, dan institusi lainnya.
Riset yang Didi lakukan berkaitan dengan perlindungan terhadap hak cipta dokumen e-government melalui penggunakan skema digital image watermarking berbasis kombinasi Singular Values Decomposition (SVD) dan Discrete Cosine Transform (DCT), serta dioptimasi dengan algoritma genetik.
“Dengan adanya algoritma ini, performansi dan resistensi dokumen e-government yang ditransmisikan melalui internet relatif dapat lebih meningkat dalam menghadapi berbagai serangan siber,” ungkapnya.
(nir/nwk)