Jakarta –
Ketua Yayasan Mochamad Thohir, Garibaldi (Boy) Thohir mengumumkan beasiswa S2 Administrasi Bisnis di University of Southern California (USC) sedang buka pendaftaran dalam program TAMBA & SAMBA Scholarship hingga 31 Agustus 2024. Boy berharap ke depannya beasiswa ini bisa menjadi program padanan (matching) beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Boy Thohir menjelaskan, sejak 2023, keluarga Thohir dan keluarga Soerjadjaja mengucurkan dana beasiswa masing-masing senilai USD 1 juta (Rp 16 miliar) untuk 5 tahun, dengan total USD 2 juta untuk 5 tahun. Dana ini disalurkan melalui beasiswa Thohir & Alumni USC Indonesia (AUSCI) MBA (TAMBA) Scholarship serta Soerjadjaja AUSCI MBA (SAMBA) Scholarship.
Ia menambahkan, para awardee TAMBA & SAMBA Scholarship diharapkan menjadi calon pemimpin Indonesia berwawasan internasional yang berkontribusi untuk kemajuan Indonesia. Namun karena keterbatasan dana, masing-masing jenis beasiswa tersebut hanya dapat membiayai 1 mahasiswa per tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kita komit untuk 5 tahun ke depan. Unfortunately karena mahal banget, kita cuma sanggup setahun 1 (mahasiswa); TAMBA 1, SAMBA 1. Jadi setiap tahun kita kirim 2 (mahasiswa). Selama 5 tahun, kita berharap 10 orang (mahasiswa),” ucap Boy di kantor Adaro Energy, Menara Karya, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Rabu (7/8/2024).
Di sisi lain, ia mengatakan, pihak USC saat ini membuka peluang lebih banyak pelajar asal RI untuk kuliah di kampus swasta elite tersebut. Untuk itu, ia berharap dapat bekerja sama dengan LPDP untuk menyediakan beasiswa LPDP matching program.
“Saya pengen–saya sebetulnya udah minta waktu ke LPDP (untuk bicara), karena kalau bisa saya berharap dari LPDP kan dana kelolaannya banyak, jadi saya berpikir kalau bisa ya apa nanti ada yang dari LPDP mungkin itu yang saya bilang matching program. Kalau misalnya kita (TAMBA & SAMBA Scholarship) kirim 2 (mahasiswa), LPDP ngirim 2 (mahasiswa),” ucap Boy.
“Nanti kita yang bantu pengurusan (pendaftaran) di USC-nya karena USC tuh susah banget gitu loh. Jangankan yang beasiswa, kita-kita aja yang mau sekolah mau masuk, mau bayar, itu nggak gampang masuknya. Kayak ke UI, ke ITB, deh orang mau masuk, mau bayar aja kan nggak bisa gitu karena sekolahnya memang top banget,” sambungnya.
Boy mengaku saat ini belum jadi bertemu dengan pihak LPDP. Ia berharap ada pembicaraan lanjut dengan untuk mengadakan beasiswa LPDP matching program MBA di USC.
“Udah bicara, kemarin itu sebenernya udah mau ketemu. Tapi terus (belum jadi). Mungkin nanti minggu depan saya temuin. Tapi sebetulnya dari LPDP sendiri juga banyak yang mengirim beasiswa ke Amerika kan. Tapi belum, yang MBA ini belum nih,” ucapnya.
“Insya Allah mungkin kalau nanti mereka bisa match gitu, paling nggak kita kirim 2 (mahasiswa), nanti LPDP kirim 2 (mahasiswa). Jadi kan bisa 4 (mahasiswa). Kalau 4 (mahasiswa), (dalam) 5 tahun kan 20 orang gitu. Saya berharap 20 orang itu yang creme de la creme dari Indonesia sehingga nanti waktu mereka kembali ke Indonesia bisa ikut bersama-sama kita membangun bangsa,” sambung Boy.
Boy berharap beasiswa TAMBA & SAMBA Scholarship dan padanannya dalam beasiswa LPDP nanti mendukung generasi muda dan calon pemimpin Indonesia memiliki wawasan global sehingga bisa bersaing dengan pemuda dan pemimpin terdidik di negara tetangga.
“Kita sebagai negara kan mau tidak mau juga competing with other countries. Terutama kita harus akuin lah bahwa salah satu yang cukup advance itu kan negara tetangga kita Singapura, udah kecil, tapi kita lihat dari susunan kabinetnya juga semua pasti itu kalau nggak dia (lulusan) Oxford, dia semua segala macam background education-nya hebat-hebat,” ucapnya.
“Nah kita sebagai negara kan mau nggak mau harus compete sama mereka gitu. Nah jadi kita berharap tentunya ke depan ini nanti mereka-mereka yang sudah lulus (seperti itu). Bukan gimana-gimana, teman-teman bisa Google, memang kalau education sampai hari ini seluruh dunia mengakui bahwa Amerika itu leading, universitas-universitasnya itu memang hebat-hebat,” imbuhnya.
Awardee Juga Wajib Kembali ke Indonesia
Boy mengatakan para awardee TAMBA & SAMBA Scholarship juga menerima dukungan uang kuliah penuh, tunjangan hidup, dan ongkos PP Indonesia-AS. Setelah 1 tahun studi, awardee juga wajib kembali dan berkontribusi di Indonesia selama minimal 5 tahun seperti penerima beasiswa LPDP, jika tidak ingin kena sanksi.
“Ada syarat harus balik. Kenapa? Karena tujuan utama kita semua atau tujuan utama saya dan Pak Edwin (Soerjadjaja), saya pengennya mereka balik, mereka bisa membangun bangsa ini gitu sama-sama. Jadi memang ada perjanjian antara kita dengan penerima beasiswa, ada perjanjian yang mengikat,” ucapnya.
“Kalau nggak salah nanti ya mungkin ada dendanya atau segala macam, tapi intinya kita dan saya yakin mereka juga komit, karena mereka kan bukan, sorry to say, undergraduate gitu kan; yang ke sana (kuliah di luar negeri) terus nggak mau balik lagi. Ya mustinya enggak lah,” sambungnya.
Peluang Berkontribusi di Indonesia
Boy mengakui sejumlah kualifikasi awardee beasiswa terkadang tidak cocok dengan perusahaan di Indonesia. Namun, ia mendapati kenyataannya berbeda dengan awardee beasiswa MBA ini. Sebab, di samping sudah punya pengalaman dan posisi relatif penting di instansi dan bisnis, pelamar beasiswa TAMBA & SAMBA Scholarship jadi memiliki nilai tambah yang cocok sekembalinya ke Tanah Air.
“Ini beda. Kenapa? Karena yang dikirim, contoh, batch pertama itu ada tiga orang (awardee). Dua dari Bank Mandiri, satu dari Ditjen (Direktorat Jenderal) Pajak. Secara logika, pasti Bank Mandiri akan me-retain mereka karena kalau sudah 6 tahun kerja kan mungkin levelnya juga udah lumayan, bukan di bawah banget. Begitu dapat titel lebih tinggi, Master, plus pengalaman di LA selama setahun, dengan semua pola pikir yang berubah, menurut saya sudah hampir pasti Bank Mandiri dan Dirjen Pajak akan me-retain mereka,” ucapnya.
“Yang Bang Mandiri saya bicara dengan Pak DJ gitu, Pak Dirutnya Bank Mandiri, Pak Darmawan Junedi, mereka appreciate sekali gitu, ‘Pak Boy terima kasih gini-gini nanti kalau mereka udah balik, jangan diambil ya, Pak, Bu.’ Karena menurut saya, nggak mungkin lah mereka mau melepaskan,” imbuhnya.
Ia berharap, awardee beasiswa ini juga dapat berkontribusi sebagai bagian pemerintahan setelah menempuh pendidikan tinggi di luar negeri.
“Dan saya bersyukur salah satu yang kita kirim kemarin dari Ditjen Pajak. Saya pengen nanti dari government, misanya dari selain Bank Mandiri, karena saya melihat, kenapa nggak sih nanti mungkin ada lulusan dari IBEAR yang nanti bisa balik menjadi atau berperan di regulator, di OJK (Otoritas Jasa Keuangan), atau di Ditjen Pajak, atau di Kementerian Keuangan. Saya berharap bahwa future leaders ini, yang membedakannya itu, pengalaman di sana (USC) yang kita nggak dapet,” ucapnya.
Sementara itu, Boy juga menyatakan alumni beasiswa TAMBA & SAMBA Scholarship yang tidak dapat kembali ke instansinya setelah lulus akan diterima berkarier di jejaring Alumni USC Indonesia (AUSCI).
“Bila Bank Mandiri ataupun institusi-institusi lain yang berhasil mengirimkan karyawannya nggak bersedia, kita di network-nya AUSCI itu akan sangat welcome. Karena kalau istilah saya tuh, ini barang jadi nih, bukan yang masih nggak jelas gitu, kalau ini pasti akan dibutuhkan,” ucapnya.
“Dan banyak sekali itu (alumni yang mau menerima). Nanti bisa dilihat list-nya. Mereka-mereka yang lulus dari IBEAR (MBA USC) itu semua udah jadi orang di seluruh dunia gitu,” sambung Boy.
(twu/nwk)