Jakarta –
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti ingatkan guru untuk dukung hak pendidikan penyandang disabilitas, salah satunya dengan menciptakan ruang belajar yang inklusif.
“Semangat inklusivitas harus memberikan ruang bagi setiap individu untuk bersinar tanpa batas,” katanya dalam perayaan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2024 di Hotel The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa (3/12/2024).
Mu’ti mengatakan hak itu sudah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalam aturan tersebut ditegaskan setiap warga berhak mendapat pendidikan tanpa diskriminasi.
Dalam hal ini, Mu’ti dan pihaknya berkomitmen meningkatkan mutu pendidikan bagi penyandang disabilitas. Contoh realisasinya adalah lewat kebijakan bolehnya siswa disabilitas bersekolah di satuan pendidikan reguler.
“Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaran pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik penyandang disabilitas dan memiliki potensi atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan dalam lingkungan pendidikan bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya,” katanya.
“Sedangkan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, anak dengan disabilitas belajar bersama dalam sekolah yang sama dengan anak pada umumnya di sekolah reguler,” sambungnya.
Kendala Pendidikan Inklusif di Indonesia
Namun, Mu’ti pun tak menutup mata dari berbagai kendala pendidikan inklusif di tanah air. Ia melihat masih banyaknya masyarakat yang tak sepenuhnya menerima keberadaan mereka.
“Namun demikian, anak berkebutuhan khusus memiliki kendala dalam mengikuti pendidikan yang antara lain disebabkan oleh sifat disabilitasnya dan yang tidak kalah pentingnya adalah penerimaan masyarakat terhadap kondisinya,” jelasnya.
Selain itu, pemenuhan sekolah luar biasa dan guru di beberapa daerah masih terbatas. Ia dan pihaknya berkomitmen untuk membuat solusi atas tantangan tersebut
“Kita selesaikan bersama-sama mulai dari tantangan implementasi pendidikan inklusif di lingkungan sekolah sampai pada dukungan dan regulasi pendidikan inklusif di tingkat daerah,” ujarnya.
Ia mengajak berbagai lapisan masyarakat untuk ikut serta merealisasikan pendidikan inklusif ini. Baik dari pihak sekolah, pemerintah, yayasan, orang tua dan siswa itu sendiri.
“Namun hingga saat ini masih terdapat beberapa tantangan dalam implementasi pendidikan inklusif di masa mendatang yang harus kita selesaikan bersama-sama mulai dari tantangan implementasi,” tegasnya.
Dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional ini Mu’ti berharap informasi soal pendidikan inklusif lebih tersalurkan lagi kepada masyarakat luas.
“Peran kolaboratif, saling mendukung antar komunitas, satuan pendidikan masyarakat dan pemerintah menjadi salah satu kunci dalam menyediakan pendidikan yang berkualitas bagi penyandang disabilitas,” kata Mu’ti.
“Untuk itu, pada Puncak Perayaan Hari Disabilitas Internasional Tahun 2024, saya mengimbau kita semua untuk bersama-sama membawa semangat inklusivitas mulai dari ruang pendidikan hingga ke dalam hubungan bermasyarakat,” pungkasnya.
(cyu/nah)