Jakarta –
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pastikan siswa SD, SMP, dan SMA akan mendapat cek kesehatan gratis setiap tahun ajaran baru. Prosesnya nanti akan dilakukan di sekolah.
“Anak-anak (sekolah) dilakukan pada saat masuk kelas di sekolah mereka. Jadi, setiap tahun ajaran baru. Buat kita lebih efektif untuk melakukan cek kesehatan gratisnya,” tutur Budi di sela-sela acara Peluncuran Album Lagu ‘Kicau’ di area Kemendikdasmen, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Minggu (2/2/2025).
Menyasar 250 Ribu Sekolah dan 56 Juta Murid
Cek kesehatan gratis memang menjadi salah satu terobosan di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Menurut Menkes Budi kebijakan ini juga menjadi program terbesar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menyasar 280 juta masyarakat seluruh Indonesia.
Dari bayi, balita, anak sekolah, dewasa, dan masyarakat lanjut usia. Untuk anak sekolah dalam rentang usia 7-17 tahun, cek kesehatan akan dilakukan di sekolah masing-masing.
“Ada 250 ribuan sekolah, itu ada 56 jutaan orang (siswa),” tambah Budi.
Bagi anak sekolah, Budi menegaskan cek kesehatan akan dilakukan setiap awal tahun ajaran baru. Cek kesehatan yang dilakukan juga berbeda-beda setiap jenjang pendidikannya.
“Kalau SD sebelas (tes), SMP 13 tes karena ada talasemia, kemudian SMA 12 (tes),” katanya lagi.
Mengutip laman Indonesia Baik Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) berbagai tes kesehatan yang akan dilalui anak sekolah yaitu:
- Thalasemia
- Obesitas
- Gigi dan Mulut
- Diabetes Melitus
- Kesehatan Jiwa
Tes lebih rinci akan dijelaskan lebih lanjut Kemenkes dalam aturan terkait.
Kesehatan Mental Jadi Catatan Penting
Bukan hanya kesehatan raga, Budi menegaskan kesehatan jiwa juga akan dilakukan. Karena berdasarkan data survei kesehatan Indonesia tahun 2023 lalu, satu dari sepuluh rakyat Indonesia punya masalah kesehatan mental termasuk anak.
“Jadi kalau ada 280 juta, artinya kan ada 28 juta masyarakat di Indonesia yang memiliki kesehatan mental. Lucunya adalah screeningnya nggak pernah dilakukan. Jadi orang nggak tahu kalau dia punya masalah kesehatan mental,” ungkap Budi.
Bagi anak-anak, banyak gangguan mental hadir sebagai akibat perundungan, kekerasan seksual. Sayangnya hal ini mungkin bisa tidak diketahui orang tua.
“Kadang-kadang orang tuanya nggak tahu, anaknya sendiri (juga) nggak tahu. Itu sebabnya mulai tahun ini kita akan lakukan screening,” imbuhnya.
Setelah hasilnya diketahui, akan ada tindak lanjut yang akan dilakukan Kemenkes. Yakni memberikan terapi psikologis ataupun farmakologis (melalui obat).
“Screening kesehatan jiwa ini nggak pernah dilakukan. Tapi begitu kita lihat survei tahun lalu 28 juta orang itu punya masalah kesehatan jiwa, itu kita lakukan,” tandasnya.
(det/nwk)