Jakarta –
Akmal Insan Purwanda meraih beasiswa sekolah dari Yayasan Pendidikan Dharma Karya (YPDK) untuk menuntaskan pendidikannya hingga lulus, Selasa (10/9/2024). Siswa kelas 12 SMA Dharma Karya, Melawai, Jakarta Selatan ini diganjar beasiswa setelah meraih dua medali emas Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2024 pada Agustus lalu.
Siswa atlet renang perwakilan DKI Jakarta tersebut menyabet medali emas cabor renang 50 meter gaya dada SMA putra sekaligus 200 meter gaya ganti SMA putra pada O2SN 2024 tingkat nasional yang berlangsung pada 11-17 Agustus 2024.
Kepala SMA Dharma Karya Subur Sukindi menuturkan, prestasi Akmal menjadi salah satu yang kerap diumumkan saat upacara. Harapannya, pencapaian sang siswa dapat menginspirasi dan memotivasi teman-teman dan adik kelasnya untuk turut mengeksplorasi minat dan bakat masing-masing di ajang kompetisi maupun nonkompetisi.
“Adik-adik kelas, rekan-rekan, yang senang dengan sosok Akmal, harapannya jadi terinspirasi untuk mencoba, berkompetisi, sesuai bidang yang diminati,” tutur Subur pada detikEdu usai perayaan puncak Ulang Tahun YPDK ke-67 di SMA-SMK YPDK, Jalan Melawai XII No 2 Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Tekuni Renang Sejak Kecil
Anak bungsu dari tiga bersaudara tersebut mulai renang sejak kecil. Mulai bergabung di Pari Sakti Swimming Club, klub renang yang sama dengan kakak-kakaknya sejak TK, Akmal tumbuh melihat kedua saudaranya menekuni cabang olahraga ini hingga menjadi atlet tingkat nasional.
“Jadi role model, soalnya kan prestasinya kakak tuh udah bisa dibilang jauh lebih tinggi dari aku, udah pernah ke beberapa negara di Asia Tenggara ngewakilin Indonesia juga. Motivasi banget sih pengen jadi kayak mereka,” tutur Akmal usai pemberian beasiswa.
Ke depannya, Akmal sendiri berencana untuk terus menggali potensi di bidang renang sambil berkuliah di luar negeri dengan beasiswa prestasi. Para orang tua perenang di klubnya, pelatih, dan guru-guru baginya banyak membantu dalam menavigasi pilihan masa depan pendidikan dan kariernya tersebut.
“Rencana pengennya ke Australia, di University of Queensland. Di situ aku udah liat ada klub renangnya, dan juga ada orang Indonesia, atlet renang, yang di sana juga,” ucapnya.
“Pilihannya ada dua, kalau nggak (prodi) business management, ke computer science. Business management mungkin masih bisa diseimbangin sama renangku. Kalau yang computer science kayaknya bakal kepake banget di masa depan,” imbuh siswa yang suka matematika tersebut.
Untuk menyeimbangkan latihan renang dan pendidikannya, Akmal memanfaatkan akhir pekan untuk belajar ekstra.
Dukungan Orang Tua
Akmal Insan Purwanda dan ibunda. Foto: Trisna Wulandari/detikEdu
|
Ibunda Akmal, Resi Handayani, menuturkan sang anak sang anak berlatih renang sejak pukul 04.30 WIB pagi di Bulungan, Jakarta Selatan. Ia diberi kompensasi untuk masuk kelas selang 30 menit dari jadwal biasanya, menjadi pukul 07.30 WIB. Pulang sekolah pukul 15.00 WIB, Akmal harus kembali bersiap untuk latihan renang lagi mulai pukul 16.00 WIB.
Bagi Cici, begitu ia akrab disapa, mendukung anak sesuai minatnya jadi penting. Menurutnya, jika kemauan untuk menekuni bidang olahraga tak muncul dari sang anak sendiri, akan sulit bagi sang anak dapat berkembang dan berlatih dengan konsisten.
Cici juga mendukung Akmal dengan mencukupi kebutuhan nutrisi selama di sekolah dan luar sekolah. Sejak pukul 03.00 dini hari, ia menyiapkan bekal sarapan, buah, dan makanan untuk sang anak berlatih dan bersekolah.
“Nutrisinya penting, terutama dia latihannya lumayan berat,” tuturnya.
Dukungan sekolah bagi Cici juga menjadi penti ng sehingga Akmal dapat fokus berlatih, mengikuti kejuaraan, dan bersekolah di SMA umum non-keolahragaan.
“Misalkan untuk lomba luar kota, itu bisa sampai seminggu (izin kompetisi) biasanya,” ucapnya.
Cici sendiri semula mendukung ketiga anaknya menekuni renang agar dapat mengisi waktu dengan kegiatan positif. Langkah ini menurutnya juga mendukung anak tumbuh dan bergaul di lingkungan yang sehat.
Belajar dari klub renang, Akmal kecil dan kedua saudaranya kemudian senang untuk meneruskan minatnya ke tahap kompetisi. Namun kedua kakak Akmal kemudian memilih fokus kuliah teknik di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
“Kakaknya juga bilang (ke Akmal), kalau mau renang, mungkin jangan ambil teknik, mungkin akan berat. Dari pengalaman kakak yang dilihat, jadi (Akmal) pilih tujuannya (studi) sendiri,” tutur Cici.
(twu/nwk)