Jakarta –
20 Guru dari 10 sekolah di Indonesia akan belajar bareng mitra di Australia. Para guru ini akan homestay bersama komunitas guru mereka di Australia selama dua pekan.
Para guru dari 10 sekolah ini bergabung dalam Program Kemitraan Sekolah BRIDGE (Building Relationships through Intercultural Dialogue and Growing Engagement)Australia-Indonesia pada acara peresmian di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 2024, demikian rilis Kedubes Australia yang diterima, Jumat (9/8/2024).
“Program BRIDGE membangun hubungan antara masyarakat dan komunitas di Indonesia dan Australia. Saya yakin para peserta sekolah BRIDGE yang baru akan dapat mengambil banyak manfaat dari kesempatan yang unik ini,” ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
10 Sekolah yang masing-masing 2 gurunya akan dikirimkan dalam program BRIDGE ini adalah:
Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
MAN 11 Jakarta Selatan, Jakarta
MA Pesantren Terpadu Al Fauzan, Jawa Timur
MINU KH. Mukmin Sidoarjo, Jawa Timur
SD Islam Harapan Ibu, Jakarta
SD Smart Auladi, Jawa Barat
SMP Laboratorium UM Malang, Jawa Timur
SD Islam Kreatif Mutiara Anak Sholeh, Jawa Timur
SD Kristen Citra Bangsa, Nusa Tenggara Timur
SMPN 6 Langke Rembong, Nusa Tenggara Timur
Program Kemitraan Sekolah BRIDGE merupakan program unggulan dari Australia-Indonesia Institute dan diselenggarakan oleh Asia Education Foundation. Program ini telah beroperasi selama 16 tahun sejak 2008. Program ini mendanai program dan peluang pengembangan profesional virtual dan tatap muka yang intensif, termasuk homestay timbal balik dan kunjungan sekolah. Program ini telah membangun 253 kemitraan sekolah Australia-Indonesia dan melibatkan 800 guru Australia dan Indonesia.
BRIDGE mengakui bahwa pemahaman antarbudaya sangat penting untuk membekali kaum muda agar dapat hidup dan bekerja dengan sukses sebagai warga negara lokal dan global yang bertanggung jawab. Program ini mendukung para pendidik dan siswa untuk meningkatkan pemahaman antarbudaya, kemampuan dan literasi digital di dunia nyata, serta memperkuat pengetahuan regional dan keterampilan bahasa mereka.
(nwk/erd)